Thursday, October 31, 2013

Cerpen Shivers - DOA SAJADAH TUA



Cerpen dari Shivers

Nama                   :         Dina Uswatun Hasanah
acc Twitter  :         DinaShiv
acc FB        :         Dina Uswatun Hasanah

DOA SAJADAH TUA

Sehelai sajadah bergambar masjid nan indah tergeletak begitu saja di sudut kamar.Tak ada yang memerdulikannya,terlihat begitu lusuh dan tak terurus.”Andai saja kehadiranku bisa membawa manfaat di sini” bisik sajadah itu,entah pada siapa.Di ruangan sunyi di sudut kamar beratapkan alang-alang,Ia hanya sendiri.Mungkin sedang memikirkan sesuatu atau mungkin merenungkan sesuatu.Tapi,itu tidak mungkin.Ia hanyalah sehelai sajadah,tak punya akal dan fikiran.Bagaimana bisa..?? 

Ya,Ia memang hanyalah sehelai sajadah,tetapi Ia bahkan bisa lebih peka dari manusia di sekitarnya,Ia bisa merasakan apa yang tidak bisa dirasakan manusia di sekitarnya,dan Ia pun bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat manusia di sekitarnya.Dialah sajadah tua yang selama bertahun-tahun dilupakan pemiliknya,selama bertahun-tahun tidak dianggap kehadirannya,bahkan tidak pernah diperdulikan deritanya.”Brukk” suara hantaman pintu yang sudah biasa didengarnya,Ia tau bahwa itu merupakan pertanda kedatangan pemiliknya.Benar saja,seorang laki-laki bertubuh jangkung masuk ke dalam rumah,yang lebih terlihat seperti gubuk tua tak berpenghuni.
Usia laki-laki itu kira-kira 30 tahun.Laki-laki itu merebahkan diri di atas tikar yang biasa digunakannya sebagai alas tidur.Orang-orang sering memanggil laki-laki itu dengan nama Kus,lebih tepatnya Bang Kus.Nama itu juga terukir di atas sehelai sajadah yang tak pernah dihiraukannya lagi.Bang Kus hanyalah orang tak berpenghasilan yang kerjanya hanya luntang-lantung di jalanan.Kadang,jika nasib baik sedang menimpanya ada beberapa pekerjaan yang akan menyibukkan Bang Kus.Namun sayang,tak selamanya nasib baik berpihak pada Bang Kus.Persaingan hidup yang tidak mudah seringkali membuat Bang Kus pulang tanpa hasil.Tapi,untunglah dia hanya hidup sendiri.
Setidaknya tidak ada keluarga ataupun sanak saudara yang harus dihidupinya.Jangankan menghidupi orang lain,menghidupi dirinya sendiri saja dia belum mampu.Itulah yang juga menjadi salah satu alasan mengapa sampai saat ini Bang Kus belum berkeluarga.
“Kus,keluar kau.Aku ingin berbicara dengan kau” panggil seseorang dengan suara keras.Sepertinya itu Farhan.Dengan santai Bang Kus berjalan ke arah pintu dan membukanya perlahan.”Ada apa malam-malam kau teriak di rumah orang,hah..?” wajah sangar Bang Kus mulai terlihat.Beberapa kali sempat terdengar kedua orang itu berkata kasar.Entah apa yang sedang mereka bicarakan.”Ya Allah,lindungi Bang Kus” kembali sajadah itu berbisik,sepertinya kali ini Ia sedang berdoa pada Tuhan.
Memohon perlindungan agar Bang Kus senantiasa berada dalam penjagaanNya.Hampir saja,terjadi baku hantam antara kedua lelaki itu,syukurlah seorang tetangga yang mendengar keributan mereka segera melerai.Rupanya Bang Kus dengan Farhan terlibat hutang-piutang.Bang Kus memang sering menghutang sana-sini.Bagaimana tidak,Bang Kus tidak mempunyai pekerjaan tetap yang bisa menjamin kehidupannya sehari-hari.Namun sayang,kerasnya kehidupan telah membutakan hati Bang Kus.Seharusnya,sebagai orang yang berhutang,Bang Kus harus merasa bersalah atau setidaknya meyakinkan pada Farhan bahwa Ia akan membayar hutang secepatnya.
Tapi,malah sebaliknya Bang Kus sama sekali tidak merasa bersalah,Ia malah santai saja mengatakan pada Farhan bahwa dia akan membayar hutangnya nanti,ketika sudah mendapat pekerjaan.Karena sudah tidak sanggup berbicara dengan Bang Kus lagi,akhirnya Farhan memutuskan untuk pergi.Bang Kus pun masuk dan  menutup pintu rumah.Bang Kus kembali berbaring di atas tikar satu-satunya yang Ia miliki.Kali ini mata Bang Kus menatap kosong pada langit-langit rumahnya.Entah,apa yang saat itu ada dalam fikrian Bang Kus.Perlahan,Ia melirik sajadah yang tergeletak di sudut ruangan kamarnya.
“Ayo Bang Kus,kau harus ingat kau masih punya Allah tempat meminta.Raih aku Bang Kus,jadikan aku alas untuk kau kembali mengingat,memuji dan mengagungkan Allah” kembali sajadah tua itu meronta saat Ia menyadari,Bang Kus sedang menatap ke arahnya.Ingin sekali  rasanya Ia menghampiri Bang Kus.Tapi apa hendak di kata,Tuhan telah mentakdirkannya menjadi sehelai sajadah yang dibuat oleh tangan-tangan terampil.Jika Ia boleh memilih, Ia akan lebih memilih untuk diciptakan sebagai manusia.Karena manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna.
Namun Ia benar-benar tidak punya pilihan,karena yang maha kuasa mempunyai pilihan terbaik untuknya.Yaitu,dengan menjadi sehelai sajadah seperti saat ini.Mungkin dengan begitu,Ia bisa menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia,meski terkadang Ia tidak diperdulikan dan tidak dihiraukan seperti yang Ia rasakan saat ini.Bang Kus kembali menatap ke arah langit-langit kamar.Membuat sajadah tua semakin tak berdaya.Sepertinya Bang Kus memang tak menganggapnya seperti dahulu lagi.Dahulunya Bang Kus adalah orang yang taat beribadah.Shalat lima waktu selalu dijalankannya.Tapi entah mengapa,Bang Kus tidak mau lagi mengerjakan shalat lima waktu.Padahal,setiap malam sajadah tua selalu berharap akan tersentuh tangan Bang Kus.Sajadah tua selalu berharap Bang Kus menjadikannya tempat sujud seperti dulu lagi.Merawatnya seperti dulu,dan memperhatikannya seperti dulu.
Ah,tapi harapan itu terlalu tinggi untuk dapat dicapai sajadah tua.Kini angan tinggalah angan,sajadah tua hanya bisa berdo’a dan berdo’a pada yang kuasa.Pada Dzat yang maha membolak-balikkan hati setiap manusia,dan sajadah tua tidak pernah ragu akan kekuatan do’a.Ia yakin,suatu hari nanti yang Maha Kuasa akan mengabulkan do’a dan harapannya.Meski Ia sendiri pun tak tau kapan.Rupanya Bang Kus sudah tidur,mungkin Ia kelelahan karena seharian luntang-lantung di jalanan untuk mencari pekerjaan.
Seharian ini Bang Kus juga belum makan.Perutnya yang sudah meronta ingin diisi,rupanya tidak diperdulikan Bang Kus.Dia lebih memilih untuk tidur daripada memikirkan rasa laparnya.

No comments:

Post a Comment