Cerpen dari Shivers
Nama
: Dina
Uswatun Hasanah
acc Twitter : DinaShiv
acc FB : Dina Uswatun
Hasanah
DOA
SAJADAH TUA
Sehelai sajadah bergambar masjid nan
indah tergeletak begitu saja di sudut kamar.Tak ada yang
memerdulikannya,terlihat begitu lusuh dan tak terurus.”Andai saja kehadiranku
bisa membawa manfaat di sini” bisik sajadah itu,entah pada siapa.Di ruangan
sunyi di sudut kamar beratapkan alang-alang,Ia hanya sendiri.Mungkin sedang
memikirkan sesuatu atau mungkin merenungkan sesuatu.Tapi,itu tidak mungkin.Ia
hanyalah sehelai sajadah,tak punya akal dan fikiran.Bagaimana bisa..??
Ya,Ia
memang hanyalah sehelai sajadah,tetapi Ia bahkan bisa lebih peka dari manusia
di sekitarnya,Ia bisa merasakan apa yang tidak bisa dirasakan manusia di
sekitarnya,dan Ia pun bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat manusia di
sekitarnya.Dialah sajadah tua yang selama bertahun-tahun dilupakan
pemiliknya,selama bertahun-tahun tidak dianggap kehadirannya,bahkan tidak
pernah diperdulikan deritanya.”Brukk” suara hantaman pintu yang sudah biasa
didengarnya,Ia tau bahwa itu merupakan pertanda kedatangan pemiliknya.Benar
saja,seorang laki-laki bertubuh jangkung masuk ke dalam rumah,yang lebih
terlihat seperti gubuk tua tak berpenghuni.
Usia laki-laki itu kira-kira 30
tahun.Laki-laki itu merebahkan diri di atas tikar yang biasa digunakannya
sebagai alas tidur.Orang-orang sering memanggil laki-laki itu dengan nama
Kus,lebih tepatnya Bang Kus.Nama itu juga terukir di atas sehelai sajadah yang
tak pernah dihiraukannya lagi.Bang Kus hanyalah orang tak berpenghasilan yang
kerjanya hanya luntang-lantung di jalanan.Kadang,jika nasib baik sedang
menimpanya ada beberapa pekerjaan yang akan menyibukkan Bang Kus.Namun
sayang,tak selamanya nasib baik berpihak pada Bang Kus.Persaingan hidup yang
tidak mudah seringkali membuat Bang Kus pulang tanpa hasil.Tapi,untunglah dia
hanya hidup sendiri.
Setidaknya tidak ada keluarga ataupun sanak saudara yang
harus dihidupinya.Jangankan menghidupi orang lain,menghidupi dirinya sendiri
saja dia belum mampu.Itulah yang juga menjadi salah satu alasan mengapa sampai
saat ini Bang Kus belum berkeluarga.
“Kus,keluar kau.Aku ingin berbicara
dengan kau” panggil seseorang dengan suara keras.Sepertinya itu Farhan.Dengan
santai Bang Kus berjalan ke arah pintu dan membukanya perlahan.”Ada apa
malam-malam kau teriak di rumah orang,hah..?” wajah sangar Bang Kus mulai
terlihat.Beberapa kali sempat terdengar kedua orang itu berkata kasar.Entah apa
yang sedang mereka bicarakan.”Ya Allah,lindungi Bang Kus” kembali sajadah itu
berbisik,sepertinya kali ini Ia sedang berdoa pada Tuhan.
Memohon perlindungan
agar Bang Kus senantiasa berada dalam penjagaanNya.Hampir saja,terjadi baku
hantam antara kedua lelaki itu,syukurlah seorang tetangga yang mendengar
keributan mereka segera melerai.Rupanya Bang Kus dengan Farhan terlibat
hutang-piutang.Bang Kus memang sering menghutang sana-sini.Bagaimana tidak,Bang
Kus tidak mempunyai pekerjaan tetap yang bisa menjamin kehidupannya
sehari-hari.Namun sayang,kerasnya kehidupan telah membutakan hati Bang
Kus.Seharusnya,sebagai orang yang berhutang,Bang Kus harus merasa bersalah atau
setidaknya meyakinkan pada Farhan bahwa Ia akan membayar hutang
secepatnya.
Tapi,malah sebaliknya Bang Kus sama sekali tidak merasa bersalah,Ia
malah santai saja mengatakan pada Farhan bahwa dia akan membayar hutangnya
nanti,ketika sudah mendapat pekerjaan.Karena sudah tidak sanggup berbicara
dengan Bang Kus lagi,akhirnya Farhan memutuskan untuk pergi.Bang Kus pun masuk
dan menutup pintu rumah.Bang Kus kembali
berbaring di atas tikar satu-satunya yang Ia miliki.Kali ini mata Bang Kus
menatap kosong pada langit-langit rumahnya.Entah,apa yang saat itu ada dalam
fikrian Bang Kus.Perlahan,Ia melirik sajadah yang tergeletak di sudut ruangan
kamarnya.
“Ayo Bang Kus,kau harus ingat kau masih
punya Allah tempat meminta.Raih aku Bang Kus,jadikan aku alas untuk kau kembali
mengingat,memuji dan mengagungkan Allah” kembali sajadah tua itu meronta saat
Ia menyadari,Bang Kus sedang menatap ke arahnya.Ingin sekali rasanya Ia menghampiri Bang Kus.Tapi apa
hendak di kata,Tuhan telah mentakdirkannya menjadi sehelai sajadah yang dibuat
oleh tangan-tangan terampil.Jika Ia boleh memilih, Ia akan lebih memilih untuk
diciptakan sebagai manusia.Karena manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang
paling sempurna.
Namun Ia benar-benar tidak punya pilihan,karena yang maha kuasa
mempunyai pilihan terbaik untuknya.Yaitu,dengan menjadi sehelai sajadah seperti
saat ini.Mungkin dengan begitu,Ia bisa menjadi sesuatu yang berguna bagi
kehidupan manusia,meski terkadang Ia tidak diperdulikan dan tidak dihiraukan
seperti yang Ia rasakan saat ini.Bang Kus kembali menatap ke arah langit-langit
kamar.Membuat sajadah tua semakin tak berdaya.Sepertinya Bang Kus memang tak
menganggapnya seperti dahulu lagi.Dahulunya Bang Kus adalah orang yang taat
beribadah.Shalat lima waktu selalu dijalankannya.Tapi entah mengapa,Bang Kus
tidak mau lagi mengerjakan shalat lima waktu.Padahal,setiap malam sajadah tua
selalu berharap akan tersentuh tangan Bang Kus.Sajadah tua selalu berharap Bang
Kus menjadikannya tempat sujud seperti dulu lagi.Merawatnya seperti dulu,dan
memperhatikannya seperti dulu.
Ah,tapi harapan itu terlalu tinggi untuk dapat
dicapai sajadah tua.Kini angan tinggalah angan,sajadah tua hanya bisa berdo’a
dan berdo’a pada yang kuasa.Pada Dzat yang maha membolak-balikkan hati setiap
manusia,dan sajadah tua tidak pernah ragu akan kekuatan do’a.Ia yakin,suatu
hari nanti yang Maha Kuasa akan mengabulkan do’a dan harapannya.Meski Ia
sendiri pun tak tau kapan.Rupanya Bang Kus sudah tidur,mungkin Ia kelelahan
karena seharian luntang-lantung di jalanan untuk mencari pekerjaan.
Seharian ini
Bang Kus juga belum makan.Perutnya yang sudah meronta ingin diisi,rupanya tidak
diperdulikan Bang Kus.Dia lebih memilih untuk tidur daripada memikirkan rasa
laparnya.
No comments:
Post a Comment