Saturday, November 2, 2013

Waiting Love - Part 7



WAITING LOVE
PART  7


Chelsea menatap ruangan yang kini ia gunakan untuk beristirahat. Dilihatnya kamar itu begitu besar dan rapi. Sangat jauh berbeda dengan keadaan kamar yang sering ia gunakan untuk beristirahat. Wangi kamar ini begitu terasa menyegarkan dan kasurnya terasa sangatlah empuk. Chelsea mencoba berbaring ditempat tidur, ada perasaan senang dihati Chelsea saat ini. Ia sangat senang setidaknya ia adalah anak seorang konglomerat bukan anak dari penjual sate yang miskin dan kumuh

-Flashback-
Ibu Nada terlihat sedang merapikan meja meja ditendanya. Saat itu ia tersenyum melihat dua orang yang sedang berada diwarung sate miliknya. Ia segera bergegas melayani kea rah mereka. Dua orang yang dilihatnya itu nampaknya adalah sepasang suami istri. Mereka berdua memesan menu yang ada disitu.
Mama Widya dan Papa Boy mencari tempat untuk duduk. Mereka berdua seharian ini telah bersusah payah mencari alamat yang didapatkan oleh papa Boy dari pihak rumah sakit. Mereka berdua mengamati warung tersebut. Warung itu tidaklah besar dan seperti warung warung biasa yang dipinggir jalan hanya seadanya saja. Bahkan keadaan disitu tidak terlihat bersih. Disekitar warung itu juga berjejel para penjual sepertinya juga.
Setelah menunggu beberapa lama, pesanan itu telah diantar ke meja Mama Widya dan Papa Boy. Mereka hanya terlihat memandang makanan itu. 

“Apa ada yang kurang?”  Tanya Ibu Nada
“Tidak ada” Ucap Mama widya. Melihat Ibu Nada hendak pergi papa Boy langsung memanggil ibu Nada.
“Maaf kalo boleh tahu apakah kamu mempunyai seorang putri?” Tanya Papa Boy langsung
“Yah saya punya dua orang putri, ada apa memangnya?”
“Apakah salah satu dari puti anda masih duduk dibangku sekolah dasar?”
“Iya betul. Kenapa? Apa dia membuat masalah? Dia memang pembuat onar dan suka membuat masalah. Maafkan putri saya” Ucap Ibu Nada
“Tidak bukan begitu. Apa saya boleh melihat putri anda?” Kata Papa Boy yang membuat Ibu Nada menatapnya dengan tajam
“Sebenarnya kalian siapa? Untuk apa kalian kemari? Kalian bukan mau makan, tetapi menanyakan tentang putri saya terus” Kini terlihat raut wajah emosi pada Mama Widya
“Maaf atas kelancangan suami saya”
“Kalau kalian sudah selesai kalian boleh keluar” Pinta Ibu Nada. Mama Widya lalu memberikan uang diatas meja itu. Kemudian berdiri ia meminta Papa Boy untuk berdiri juga.
“Apakah kami tak boleh melihat putri kamu? Sebentar saja” Pinta Papa Boy kembali. Ibu nada Nampak naik darah kini emosinya kembali lagi.
“Sudah aku katakana cepat keluar untuk apa kalian terus menanyakan anak it uterus” Teriak ibu nada sambil mendorong Papa Boy dan Mama Widya keluar. Namun papa Boy bersikeras untuk tetap disitu.
“Anak kita tertukar”
Ibu nada menatap papa boy yang berteriak keras sambil mengatakan itu. Raut wajahnya seperti tidak percaya. Mama Widya hanya tertunduk dan duduk dengan lemas.
“Apa yang kamu katakan tadi?” Tanya Ibu Nada
“Yah anak kita tertukar. Anak yang selama ini kamu besarkan adalah anak aku. Dan anak yang selama ini aku besarkan adalah anak kamu” Jelas Papa Boy
“Itu tidak mungkin. Bagaimana mungkin?”
“Kemarin ketika putri kita mengalami kekurangan darah kita mengetahui bahwa golongan darah dia berbeda dengan golongan darah kita. Jadi kita mencari tahu kepada pihak rumah sakit. Dan seperti inilah jawabannya” Jelas Papa Boy yang membuat Ibu Nada terdiam. Ia tak percaya. Sulit diperaya bahwa anak yang selama ini ia besarkan bukanlah darah dagingnya.
“Ibu Aku pulang”
Teriak Chelsea keras saat masuk kedalam warung. Chelsea menatap heran kea rah ibunya yang kini menatapnya. Chelsea juga melihat bahwa kedua orang tua Shilla berada disitu.
“Ibu, ada apa ini? Untuk apa mereka datang kemari?” Chelsea mendekat kearah Ibunya dan bertanya.
Ibu Nada tak menjawab perkataan Chelsea kemudian ia melihat kea rah Mama Widya serta Papa Boy yang terlihat serius menatap Chelsea.
“Untuk apa kamu disini, cepat cuci piring sana” Teriak Ibu Nada keras dengan nada marah. Papa Boy dan Mama widya terkejut mendengarnya.
“Iya Ibu, aku akan mencucinya sebentar lagi” Kata Chelsea
“Bisakah kau tak membentaknya untuk melakukan hal seperti ini? Dia baru pulang dan dia harusnya makan terlebih dahulu” Kata papa Boy
“Itu bukan urusan anda, sekarang lebih baik kalian keluar dan jangan pernah kemari” Teriak Ibu Nada sambil mendorong mereka. Papa Boy Nampak tak tahan mendengar perlakuan Ibu Nada itu
“Cukup. Kita akan membawa Chelsea” Kata papa Boy yang membuat suasana sedikit tegang. Chelsea menatap kea rah Papa Boy dengan tatapan yang sangat tajam
“Dia Putri kami, dan dia harus ikut bersama kami.” Tegas papa Boy kembali.
“Apa? Apa maksudnya?” Chelsea menatap Papa Boy
“Kamu adalah anak kita. Putri kita. Kamu dan Shilla sudah tertukar selama ini” Jelas Papa Boy, mama widya hanya terlihat lemas tak kuasa menahan air matanya saat papa boy mengatakan hal itu pada Chelsea.
“Ibu, apa ucapan mereka benar?” Kini Chelsea menanyakan itu pada ibunya. Ibunya tak menjawabnya sama sekali. Terlihat Mama Widya sudah berjalan keluar dari warung itu.
“Sebaiknya kamu lebih baik tinggal bersama kami” Tegas Papa Boy pada Chelsea kemudian ia memeluk Chelsea dan meninggalkan warung itu. Chelsea hanya menatap kepergian Papa Boy dan melihat mobil mereka bergerak meninggalkan tempat itu.  Ia kemudian menatap kea rah Ibunya yang terlihat kecewa dan sedih.
“Apa? Apa yang kamu lihat? Ini yang kamu inginkan bukan? Keluarga kaya?” Teriak Ibu Nada keras
“Ibuuu”
“Untuk apa lagi kamu disini, lebih baik kamu pergi dari sini dan tinggalah bersama mereka. Merekalah orang tua kandungmu. Bahkan mereka bisa memberimu lebih dari ibu berikan selama ini” Teriak Ibu Nada dengan isakan kecil. Chelsea menatap Ibu Nada pelan kemudian menghampirinya. Namun Ibu Nada langsung mendorong Chelsea dengan keras.
“Untuk apa kamu masih disini. Cepat pergi dan jangan pernah kembali lagi. Ini bukan rumahmu.” Teriak Ibu Nada sambil mendorong Chelsea keluar warung. Kemudian ibu nada masuk kembali ke warung dan pergi kerumahnya.
Selang beberapa saat ibu nada terlihat membawa tas dengan isi lumayan besar. Ia melemparkan tas itu kepada Chelsea. Chelsea menatap tajam perbuatan ibunya itu.
“Pergi sana. Temui orang tua aslimu” Teriak Ibu Nada keras kemudian tanpa mempedulikan Chelsea ia langsung masuk kedalam warung itu kembali. Chelsea menangis. Ia menatap tas yang dilemparkan oleh Ibunya itu kemudian memasangkannya dipunggungnya. Ia bangkit kemudian berdiri sambil melihat kea rah warung ibunya itu kembali. Saat ia berdiri dilihatnya samar samar seseorang yang terlihat berlari dari tempatnya. Chelsea terdiam. Ia hanya berpikir ketempat yang akan ia tuju sekarang.
--

Alvin terdiam di tempat tidurnya pikirannya kacau. Ia mencoba melupakan kejadian yang ia lihat beberapa hari lalu saat ia melihat mobil Mama serta Papanya berada ditempat Chelsea. Karena rasa penasarannya ia mengikuti mereka dan ternyata ia telah mendengarkan percakapan mengenai tertukarnya Chelsea dengan Shilla.
Ia memandang foto yang ia pajang diatas meja belajarnya. Dilihatnya foto foto keluarganya. Nampak harmonis seperti tak ada masalah. Namun kejadian ini membuatnya sedikit takut. Alvin takut jika suatu saat Shilla akan meninggalkan keluarga ini dan akan kembali bersama keluarga kandungnya. Ia juga kecewa saat ia tahu bahwa Chelsea yang selama ini sering membuat masalah dengan shilla adalah adiknya. Adik kandungnya yang sebenarnya.
“Shill, kenapa harus ada kejadian ini sih. Gue nggak mau kehilangan elo. Gue nggak mau keluarga kita nggak harmonis lagi seperti dulu. Gue takut elo akan ninggalin kita semua. Gue takut elo juga akan lupa sama kita”
Alvin menatap kembali foto itu dengan perasaan tak menentu. Yang ia tahu adalah kejadian ini akan merubah situasi keluarganya juga.
--

Rio melemparkan stick game yang ada ditangannya. Pikirannya Nampak kacau. Ia tak bisa focus beberapa kali saat bermain game sedari tadi. Diva yang berada disampingnya pun menatap heran tingkah kakaknya itu.
“Kak Rio kenapa?” Ucap diva heran. Rio menatap diva kemudian memeluk diva dengan erat.
“Dek gue nggak mau kehilangan shilla, biarpun dia bukan keluarga kita dia nggak boleh pergi ninggalin kita” Ucapnya perlahan. Diva kemudian menatap kea rah Rio. Tanpa terasa bulir bulir airmata keluar dari kedua mata diva.
“Kak, diva juga nggak mau kalo kak shilla nanti pergi ninggalin kita. Diva nggak mau kalau Chelsea yang jadi kakak diva. Diva cuman punya Kakak yaitu Kak Alvin, Kak Rio serta Kak Shilla. Diva nggak mau punya kakak kaya kak Chelsea. Kak Chelsea itu bukan kakak diva” Ucap Diva polos sambil menitikkan air matanya. Rio geli melihat adiknya itu menangis namun terharu juga melihat kepolosan diva yang sangat jujur itu.
“Iya dek, kakak tahu. Kita harus bersikap seperti biasa seolah olah tak ada yang berubah. Shilla tetap shilla kakak kamu, dan juga adik kakak” Jelas Rio sambil mengembangkan senyumnya. Diva juga ikut tersenyum sambil memeluk Rio kembali.
--

“Shilla! Aku turut bersedih mendengar berita ini”
“Kamu yang sabar yah shill, kita tetep berteman kok”
“Shilla, aku ingin menangis mendengar berita ini”
Ucapan demi ucapan keluar dari mulut teman teman shilla, ada yang tak percaya, ada yang ikut prihatin mendengar berita tentang shilla dan Chelsea yang sudah tersebar. Siapa lagi yang menyebarkan jika bukan Chelsea sendiri.
Chelsea hanya menatap shilla dengan tatapan sinis sambil mengembangkan senyumnya. Shilla Nampak berusaha tegar sambil memeluk teman temannya yang memberinya ucapan semangat dan sabar padanya. Chelsea menatapnya kembali seolah senang bahwa kini ia adalah putrid asli dari seorang konglomerat dan itu berarti dia tak akan diejek ejek dan tak akan diabaikan seperti dulu lagi.
--
--
Bersambung..
Kritik & Saran mention @Quotesshivers

No comments:

Post a Comment