WAITING
LOVE
PART 7
Chelsea menatap ruangan
yang kini ia gunakan untuk beristirahat. Dilihatnya kamar itu begitu besar dan
rapi. Sangat jauh berbeda dengan keadaan kamar yang sering ia gunakan untuk
beristirahat. Wangi kamar ini begitu terasa menyegarkan dan kasurnya terasa
sangatlah empuk. Chelsea mencoba berbaring ditempat tidur, ada perasaan senang
dihati Chelsea saat ini. Ia sangat senang setidaknya ia adalah anak seorang
konglomerat bukan anak dari penjual sate yang miskin dan kumuh
-Flashback-
Ibu Nada terlihat sedang
merapikan meja meja ditendanya. Saat itu ia tersenyum melihat dua orang yang
sedang berada diwarung sate miliknya. Ia segera bergegas melayani kea rah
mereka. Dua orang yang dilihatnya itu nampaknya adalah sepasang suami istri.
Mereka berdua memesan menu yang ada disitu.
Mama Widya dan Papa Boy
mencari tempat untuk duduk. Mereka berdua seharian ini telah bersusah payah
mencari alamat yang didapatkan oleh papa Boy dari pihak rumah sakit. Mereka
berdua mengamati warung tersebut. Warung itu tidaklah besar dan seperti warung
warung biasa yang dipinggir jalan hanya seadanya saja. Bahkan keadaan disitu
tidak terlihat bersih. Disekitar warung itu juga berjejel para penjual
sepertinya juga.
Setelah menunggu beberapa
lama, pesanan itu telah diantar ke meja Mama Widya dan Papa Boy. Mereka hanya
terlihat memandang makanan itu.
“Apa ada yang
kurang?” Tanya Ibu Nada
“Tidak ada” Ucap Mama
widya. Melihat Ibu Nada hendak pergi papa Boy langsung memanggil ibu Nada.
“Maaf kalo boleh tahu
apakah kamu mempunyai seorang putri?” Tanya Papa Boy langsung
“Yah saya punya dua orang
putri, ada apa memangnya?”
“Apakah salah satu dari
puti anda masih duduk dibangku sekolah dasar?”
“Iya betul. Kenapa? Apa
dia membuat masalah? Dia memang pembuat onar dan suka membuat masalah. Maafkan
putri saya” Ucap Ibu Nada
“Tidak bukan begitu. Apa
saya boleh melihat putri anda?” Kata Papa Boy yang membuat Ibu Nada menatapnya
dengan tajam
“Sebenarnya kalian siapa?
Untuk apa kalian kemari? Kalian bukan mau makan, tetapi menanyakan tentang putri
saya terus” Kini terlihat raut wajah emosi pada Mama Widya
“Maaf atas kelancangan
suami saya”
“Kalau kalian sudah
selesai kalian boleh keluar” Pinta Ibu Nada. Mama Widya lalu memberikan uang
diatas meja itu. Kemudian berdiri ia meminta Papa Boy untuk berdiri juga.
“Apakah kami tak boleh
melihat putri kamu? Sebentar saja” Pinta Papa Boy kembali. Ibu nada Nampak naik
darah kini emosinya kembali lagi.
“Sudah aku katakana cepat
keluar untuk apa kalian terus menanyakan anak it uterus” Teriak ibu nada sambil
mendorong Papa Boy dan Mama Widya keluar. Namun papa Boy bersikeras untuk tetap
disitu.
“Anak kita tertukar”
Ibu nada menatap papa boy
yang berteriak keras sambil mengatakan itu. Raut wajahnya seperti tidak
percaya. Mama Widya hanya tertunduk dan duduk dengan lemas.
“Apa yang kamu katakan
tadi?” Tanya Ibu Nada
“Yah anak kita tertukar.
Anak yang selama ini kamu besarkan adalah anak aku. Dan anak yang selama ini
aku besarkan adalah anak kamu” Jelas Papa Boy
“Itu tidak mungkin.
Bagaimana mungkin?”
“Kemarin ketika putri kita
mengalami kekurangan darah kita mengetahui bahwa golongan darah dia berbeda
dengan golongan darah kita. Jadi kita mencari tahu kepada pihak rumah sakit.
Dan seperti inilah jawabannya” Jelas Papa Boy yang membuat Ibu Nada terdiam. Ia
tak percaya. Sulit diperaya bahwa anak yang selama ini ia besarkan bukanlah
darah dagingnya.
“Ibu Aku pulang”
Teriak Chelsea keras saat
masuk kedalam warung. Chelsea menatap heran kea rah ibunya yang kini
menatapnya. Chelsea juga melihat bahwa kedua orang tua Shilla berada disitu.
“Ibu, ada apa ini? Untuk
apa mereka datang kemari?” Chelsea mendekat kearah Ibunya dan bertanya.
Ibu Nada tak menjawab
perkataan Chelsea kemudian ia melihat kea rah Mama Widya serta Papa Boy yang
terlihat serius menatap Chelsea.
“Untuk apa kamu disini,
cepat cuci piring sana” Teriak Ibu Nada keras dengan nada marah. Papa Boy dan
Mama widya terkejut mendengarnya.
“Iya Ibu, aku akan
mencucinya sebentar lagi” Kata Chelsea
“Bisakah kau tak
membentaknya untuk melakukan hal seperti ini? Dia baru pulang dan dia harusnya
makan terlebih dahulu” Kata papa Boy
“Itu bukan urusan anda,
sekarang lebih baik kalian keluar dan jangan pernah kemari” Teriak Ibu Nada
sambil mendorong mereka. Papa Boy Nampak tak tahan mendengar perlakuan Ibu Nada
itu
“Cukup. Kita akan membawa
Chelsea” Kata papa Boy yang membuat suasana sedikit tegang. Chelsea menatap kea
rah Papa Boy dengan tatapan yang sangat tajam
“Dia Putri kami, dan dia
harus ikut bersama kami.” Tegas papa Boy kembali.
“Apa? Apa maksudnya?” Chelsea
menatap Papa Boy
“Kamu adalah anak kita.
Putri kita. Kamu dan Shilla sudah tertukar selama ini” Jelas Papa Boy, mama
widya hanya terlihat lemas tak kuasa menahan air matanya saat papa boy
mengatakan hal itu pada Chelsea.
“Ibu, apa ucapan mereka
benar?” Kini Chelsea menanyakan itu pada ibunya. Ibunya tak menjawabnya sama
sekali. Terlihat Mama Widya sudah berjalan keluar dari warung itu.
“Sebaiknya kamu lebih baik
tinggal bersama kami” Tegas Papa Boy pada Chelsea kemudian ia memeluk Chelsea
dan meninggalkan warung itu. Chelsea hanya menatap kepergian Papa Boy dan
melihat mobil mereka bergerak meninggalkan tempat itu. Ia kemudian menatap kea rah Ibunya yang
terlihat kecewa dan sedih.
“Apa? Apa yang kamu lihat?
Ini yang kamu inginkan bukan? Keluarga kaya?” Teriak Ibu Nada keras
“Ibuuu”
“Untuk apa lagi kamu
disini, lebih baik kamu pergi dari sini dan tinggalah bersama mereka. Merekalah
orang tua kandungmu. Bahkan mereka bisa memberimu lebih dari ibu berikan selama
ini” Teriak Ibu Nada dengan isakan kecil. Chelsea menatap Ibu Nada pelan
kemudian menghampirinya. Namun Ibu Nada langsung mendorong Chelsea dengan
keras.
“Untuk apa kamu masih
disini. Cepat pergi dan jangan pernah kembali lagi. Ini bukan rumahmu.” Teriak
Ibu Nada sambil mendorong Chelsea keluar warung. Kemudian ibu nada masuk
kembali ke warung dan pergi kerumahnya.
Selang beberapa saat ibu
nada terlihat membawa tas dengan isi lumayan besar. Ia melemparkan tas itu
kepada Chelsea. Chelsea menatap tajam perbuatan ibunya itu.
“Pergi sana. Temui orang tua
aslimu” Teriak Ibu Nada keras kemudian tanpa mempedulikan Chelsea ia langsung
masuk kedalam warung itu kembali. Chelsea menangis. Ia menatap tas yang
dilemparkan oleh Ibunya itu kemudian memasangkannya dipunggungnya. Ia bangkit
kemudian berdiri sambil melihat kea rah warung ibunya itu kembali. Saat ia
berdiri dilihatnya samar samar seseorang yang terlihat berlari dari tempatnya.
Chelsea terdiam. Ia hanya berpikir ketempat yang akan ia tuju sekarang.
--
Alvin terdiam di tempat
tidurnya pikirannya kacau. Ia mencoba melupakan kejadian yang ia lihat beberapa
hari lalu saat ia melihat mobil Mama serta Papanya berada ditempat Chelsea.
Karena rasa penasarannya ia mengikuti mereka dan ternyata ia telah mendengarkan
percakapan mengenai tertukarnya Chelsea dengan Shilla.
Ia memandang foto yang ia
pajang diatas meja belajarnya. Dilihatnya foto foto keluarganya. Nampak
harmonis seperti tak ada masalah. Namun kejadian ini membuatnya sedikit takut.
Alvin takut jika suatu saat Shilla akan meninggalkan keluarga ini dan akan
kembali bersama keluarga kandungnya. Ia juga kecewa saat ia tahu bahwa Chelsea
yang selama ini sering membuat masalah dengan shilla adalah adiknya. Adik
kandungnya yang sebenarnya.
“Shill, kenapa harus ada
kejadian ini sih. Gue nggak mau kehilangan elo. Gue nggak mau keluarga kita
nggak harmonis lagi seperti dulu. Gue takut elo akan ninggalin kita semua. Gue
takut elo juga akan lupa sama kita”
Alvin menatap kembali foto
itu dengan perasaan tak menentu. Yang ia tahu adalah kejadian ini akan merubah
situasi keluarganya juga.
--
Rio melemparkan stick game
yang ada ditangannya. Pikirannya Nampak kacau. Ia tak bisa focus beberapa kali
saat bermain game sedari tadi. Diva yang berada disampingnya pun menatap heran
tingkah kakaknya itu.
“Kak Rio kenapa?” Ucap diva
heran. Rio menatap diva kemudian memeluk diva dengan erat.
“Dek gue nggak mau
kehilangan shilla, biarpun dia bukan keluarga kita dia nggak boleh pergi
ninggalin kita” Ucapnya perlahan. Diva kemudian menatap kea rah Rio. Tanpa
terasa bulir bulir airmata keluar dari kedua mata diva.
“Kak, diva juga nggak mau
kalo kak shilla nanti pergi ninggalin kita. Diva nggak mau kalau Chelsea yang
jadi kakak diva. Diva cuman punya Kakak yaitu Kak Alvin, Kak Rio serta Kak
Shilla. Diva nggak mau punya kakak kaya kak Chelsea. Kak Chelsea itu bukan
kakak diva” Ucap Diva polos sambil menitikkan air matanya. Rio geli melihat
adiknya itu menangis namun terharu juga melihat kepolosan diva yang sangat
jujur itu.
“Iya dek, kakak tahu. Kita
harus bersikap seperti biasa seolah olah tak ada yang berubah. Shilla tetap
shilla kakak kamu, dan juga adik kakak” Jelas Rio sambil mengembangkan
senyumnya. Diva juga ikut tersenyum sambil memeluk Rio kembali.
--
“Shilla! Aku turut
bersedih mendengar berita ini”
“Kamu yang sabar yah
shill, kita tetep berteman kok”
“Shilla, aku ingin
menangis mendengar berita ini”
Ucapan demi ucapan keluar
dari mulut teman teman shilla, ada yang tak percaya, ada yang ikut prihatin
mendengar berita tentang shilla dan Chelsea yang sudah tersebar. Siapa lagi yang
menyebarkan jika bukan Chelsea sendiri.
Chelsea hanya menatap
shilla dengan tatapan sinis sambil mengembangkan senyumnya. Shilla Nampak
berusaha tegar sambil memeluk teman temannya yang memberinya ucapan semangat
dan sabar padanya. Chelsea menatapnya kembali seolah senang bahwa kini ia
adalah putrid asli dari seorang konglomerat dan itu berarti dia tak akan diejek
ejek dan tak akan diabaikan seperti dulu lagi.
--
--
Bersambung..
Kritik & Saran mention
@Quotesshivers
No comments:
Post a Comment