Friday, November 15, 2013

Waiting Love - Part 8



                                                              WAITING LOVE
                                                                      PART 8
                                                                  





Saat anak anak mereka telah pergi kesekolah tersisa Mama Widya dan Papa Boy yang masih di meja makan. Karena tadi situasinya terlalu tegang papa Boy memutuskan tak ikut sarapan bersama yang lainnya. Karena papa Boy sadar jika sekarang keadaan keluarganya telah berubah sudah tak seperti dulu lagi.
“Apa yang akan papa lakukan pada Chelsea? Papa yang menyuruhnya kesini?” Tiba tiba Mama widya mengatakan hal itu pada papa Boy. Papa Boy hanya menoleh kearah mama widya kemudian melanjutkan kembali sarapannya.
“Mama harap papa segera membawanya pulang ketempat asalnya” ucap Mama widya kembali
“Apa maksud mama? Tempat asalnya?” kini papa boy Nampak sudah serius menjawab mama widya
“ya lebih baik dia tinggal disana daripada disini”
“tapi bukankah ini rumahnya juga? Dia juga berhak tinggal disini ma” Tanya papa boy
Mama boy hanya diam mendengar pernyataan papa boy, mama boy seolah menganggap papa boy terlalu membela chelsea.
“jadi sekarang papa lebih membela chelsea?”
“bukan begitu ma? Papa hanya menganggap chelsea itu putri kita, dan sudah seharusnya dia tinggal disini, bukankah papa melihat sendiri kondisi rumah chelsea itu? apa dia layak berada disitu? Apa mama tega melihat putri kita hidup dengan keadaan seperti itu?” tegas papa boy
“Lalu bagaimana dengan Shilla? Bukankah dia putri kita? Apa papa bermaksud untuk mengembalikan shilla ke orang tua kandungnya juga jika chelsea telah tinggal disini. Lagipula kita sudah memiliki Alvin, Rio, Shilla serta Diva untuk apa kita menampung chelsea kembali? Bukankah dia telah memiliki orang tua yang sudah mengurusnya juga?” Ucap Mama widya dengan nada sedikit keras dan ditekan
“Ma, papa ngerti. Shilla akan tetap berada disini, biar bagaimanapun shilla juga sudah seperti anggota keluarga kita, aku tahu shilla adalah putri kita, tapi bukankah chelsea juga anak kandung kita, putri kamu yang sebenarnya. Jadi kenapa mama seperti ini? ” Tanya papa boy kembali
“sudah cukup mama tak mau mendengarnya kembali. Mama hanya ingin dia kembali kerumahnya. Dan mama nggak mau melihatnya berada dikamar shilla lagi” ucap mama widya kemudian meninggalkan papa boy.
“Ma, mama mau kemana? Maaa” teriak papa boy namun tak dijawab oleh mama widya. Mama widya seolah tak mau menjawab peryataan papa boy itu. Papa boy hanya bisa mendengus kesal melihat sikap istrinya yang masih belum bisa menerima chelsea sebagai putrinya itu.

------
Ibu Nada terlihat sedang mencuci piringnya, namun ia melihat seseorang terlihat sedang ada didepan warungnya ia bergegas menghampiri orang tersebut. Namun ia seketika terdiam saat melihat orang itu adalah Mama Widya.
“selamat datang”
“bisakah kamu membawa satu porsi untukku?” ucap mama widya
“baiklah. Tunggu sebentar” jawab ibu nada dan segera pergi kedapur untuk membawakan satu porsi sate beserta nasi yang dipesan oleh mama widya.
Selang beberapa saat Ibu Nada membawakan makanan untuk Mama Widya. Namun Mama Widya sepertinya tak tertarik untuk memakannya ia hanya melihat makanan itu saja. Ibu Nada yang melihat sikap Mama Widya hanya bisa menghela nafasnya pelan.
“Sekarang chelsea telah tinggal bersamamu”
“Bagaimana keadaan Chelsea disana? Apakah ia masih nakal?” Ibu Nada membuka pembicaraan. Mama Widya kemudian kaget mendengar pertanyaan ibu Nada itu.
“Apakah Chelsea bisa beradaptasi dengan yang lainnya? Aku harap dia tak menyusahkanmu disana. Selama ini dia terlalu menyusahkan disini” Ucap Ibu Nada kembali.
“Tolong bawa chelsea kembali” Mama widya tiba tiba mengatakan itu secara pelan, ibu nada Nampak kaget mendengar pernyataan Mama Widya.
“Apa maksudmu?”
“Aku datang kesini untuk memintamu”
“memintaku? Untuk apa?”
“Aku harap Chelsea segera kembali kesini. Tolong bawa chelsea kembali kesini. Kerumahmu.” Tegas Mama Widya
“bukankah kau adalah orang tua kandungnya. Aku rasa dia sangat senang sekali karena mengetahui bahwa orang tua kandungnya itu kaya tak sepertiku”
“tapi kau adalah ibu yang telah membesarkannya selama ini, pasti dia akan menurutimu” ucap mama widya
“Apa? Bahkan dia tak mau kesini lagi sejak ia mengetahui bahwa orang tua kandungnya bukanlah orang miskin. Bagaimana bisa aku membawanya kembali kesini?”
“Tolong. Aku mohon. Aku sangat menyayangi Shilla. Aku tak mau berpisah dengannya.” Ucap Mama Widya kembali
“Tapi..” Ibu Nada mencoba memotong perkataan Mama Widya
“Shilla dari kecil fisiknya sudah lemah, ia sering sakit sakitan, maka dari itu kami sekeluarga selalu berusaha menjaganya” ucap Mama widya
“Suamiku meninggal karena penyakitnya. Kami tak sanggup merawatnya dirumah sakit karena biaya yang sangat mahal” Kata Ibu Nada perlahan
“Maaf aku tak bermaksud..”
“Tak apa”
“Aku terlalu sibuk untuk mengurusi warung dan mencari uang, sehingga aku tak sadar bahwa aku terlalu mencampakan chelsea dengan menyuruhnya untuk membantuku sepulang sekolah. Aku tak mampu menyekolahkannya dengan baik dan membelikannya baju baju yang bagus sesuai dengan permintaannya”
“Aku mohon. Bawalah chelsea kembali”
“Aku takut tak bisa membahagiakannya. Namun dia adalah putriku. Bagiku dia masih putriku” Ucap Ibu Nada Kembali
“Aku akan memintanya untuk kembali lagi” Lanjut ibu nada kembali. Mama Widya kembali menatap Ibu Nada. Ibu Nada kemudian mengantarkan Mama Widya kedepan warung.
“apakah kamu tidak kasihan jika chelsea hidup bersamaku?” Tanya ibu nada
“kasihan?”
“ya lihatlah kehidupan kita sangatlah berbeda darimu. Dia tak bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan dariku” tegas ibu nada
“aku rasa aku tak bisa membuatnya menjadi gadis yang mandiri nantinya” ucap ibu nada
“Biar bagaimanapun dia putriku, chelsea adalah putriku, tolong jaga dia” Ucap Mama Widya kembali berjalan. Kemudian ia menoleh kembali kea rah ibu nada
“aku percaya kamu bisa menjaganya sama seperti yang sudah kamu lakukan selama ini” kata mama widya
“Baiklah aku berusaha merawatnya” Balas Ibu Nada
“Terimakasih,” Ucap Mama widya kemudian ia bergegas masuk kedalam mobil dan meninggalkan tempat itu. Ibu Nada hanya bisa terdiam sejujurnya ia tak mengerti bagaimana bisa ia mengatakan hal seperti tadi.
---
Shilla termenung sendirian dikelas, ia masih memikirkan kejadian kemarin secara terus menerus. Ia bingung sekarang keadaan begitu cepat berubah. Ia masih tak percaya dengan keadaannya sekarang. Sejujurnya ia bingung bagaimana ia harus menjalani hidupnya sekarang.
“Eh lo belum pulang, kalo gitu sekarang elo ikut gue?” Chelsea berada didepannya sekarang sambil menatapnya sinis. Shilla hanya bisa membalas tatapan mata Chelsea dengan mata sayunya.
“Mau kemana emangnya?”
“Gue mau tunjukin rumah lo. Udah cepetan ikut gue”
“chel…”
Chelsea menarik tangan shilla untuk mengikutinya segera keluar dari kelas. Suasana sekolah cukup sepi karena anak anak sudah pulang sekolah sehingga tak ada yang melihat mereka. Namun disitu sivia masih menatap shilla yang ditarik paksa oleh Chelsea keluar sekolah.
“Shilla” Teriak sivia keras, shilla hanya bisa menoleh pelan pada sivia dengan mimic seperti “meminta bantuan”
Chelsea membawa shilla ke tempat yang tak asing lagi untuk Chelsea.

Sivia berlari kencang ia bingung harus pergi kemana, ia berlari ke kelas diva namun tak menemukan diva dikelasnya, akhirnya sivia berlari ke sekolah Alvin dan Rio. Ia pergi ke kelas fotografer kelas Alvin dan menemukan alvin sedang duduk sambil mengelap lensa kameranya.
“Kak Alvin gawat” Kata sivia dengan suara yang parau
“ada apa?” Tanya Alvin
“Chelsea kak, Chelsea membawa shilla ke suatu tempat kak”
“kemana emangnya?”
“kata Chelsea kerumahnya”
Alvin kaget mendengar ucapan sivia, ia segera bangkit dan memasukkan kameranya kedalam tasnya dan segera berlari keluar kelas, didepan kelas ia bertubrukan dengan Rio yang hendak memanggil Alvin untuk pulang bersama.
“Kak, lo kenapa?” Tanya Rio
“Yo, ini penting yo, cepetan ikut gue”
“kemana?”
“Chelsea bawa shilla kerumahnya, ayo yo kita susul shilla”
Rio mengangguk dan akhirnya ia mengikuti Alvin pergi, sivia juga ikut menyusul mereka berdua.
-----
Terlihat seorang ibu yang sedang membentak seorang pria hingga membuat orang itu terjatuh ke tanah. Ibu Nampak Nampak kesal dan marah sehingga ia terlihat membentak dengan suara yang cukup keras.
“Heh, sampai kapan kamu akan membayar utang utangmu, kamu kira warung ini adalah menampung utang” teriak ibu itu dengan keras, pria yang jatuh dibawah tanah berusaha bangkit dan segera melawan ibu itu.
“Aku tahu tapi aku tak mempunyai uang sedikitpun” bela pria itu
“lebih baik kau pergi dari sini segera atau aku akan segera menghajarmu” bentak ibu itu lagi
“cepat pergi sekarang” teriak ibu itu lebih keras lagi, pria itu segera bergegas pergi dari hadapan ibu itu. Setelah orang itu pergi ibu itu melihat Chelsea berada disitu. Ia pun menatap Chelsea.
“Chelsea..” lirih ibu Nada pelan
“Aku bukan Chelsea, ini Chelsea putrimu” balas Chelsea sambil mendorong Shilla kedepan. Shilla menatap ibu Nada perlahan.
“Chelsea apa yang kamu bilang? Cepat pulang dan bantu ibu, cepat” bentak ibu Nada sambil berlari kepada Chelsea, chelsea berjalan pelan kebelakang menghindar dari Ibu Nada
“Aku bukan putrimu, dia putrimu, dialah yang seharusnya kamu suruh bukan aku dan kamu bukan ibuku” balas chelsea sambil berlari menghindari kejaran ibu Nada.
Saat chelsea berusaha menghindar dari kejaran Ibu Nada tiba tiba Alvin datang dan menampar pipi kiri Chelsea sehingga membuat Chelsea terjatuh. Chelsea menatap Alvin.
“Kakak” Lirih Shilla saat melihat Alvin menampar Chelsea. Chelsea pun menangis melihat Alvin yang menamparnya.
“Kakakkk” Ucap chelsea sambil menangis kemudian Chelsea segera berlari  meninggalkan tempat itu dengan menangis. Rio serta sivia terkejut melihat apa yang telah dilakukan Alvin. Kemudian Rio menghampiri Shilla segera. Ibu Nada hanya bisa melihat shilla sebentar begitu juga dengan shilla. Untuk pertama kalinya ia melihat Ibu Nada dengan situasi seperti ini.
“Ayo kita pulang” Ajak Rio sambil memegang tangan shilla, shilla menuruti ajakan Rio dan mengikutinya pulang. Alvin dan Sivia pun juga mengikuti Rio serta Shilla.
Kini mereka berada disebuah taman, mereka duduk di bangku taman itu. Shilla yang duduk disamping Rio hanya bisa menangis karena mengingat kejadian tadi. Alvin hanya bisa terdiam akan sikapnya namun ia melihat shilla yang Nampak sedih karena dihadapkan akan situasi yang sebenarnya. Sedangkan sivia ia masih menunggu shilla agar shilla tenang lebih dahulu dan ia bisa pulang dengan lega.
----
Chelsea pulang dengan berjalan kaki, sepanjang perjalanan ia terlihat menangis. Ia telah sampai dihalaman rumah orang tua kandungnya. Papanya yang saat itu baru pulang kerja melihat Chelsea yang menangis tersedu.
“Chelsea” Panggil Papa Boy. Chelsea menoleh ke Papa Boy, Papa Boy segera menghampiri chelsea dan mengajaknya masuk kerumah bersama sama.
Ketika masuk kedalam rumah, Mama Widya langsung menghampiri mereka. Ia melihat chelsea dengan muka sedih dan masih terisak.
“Chelsea kamu kenapa?” Tanya Mama Widya, Papa Boy tak bisa menjawab karena ia pun tak tahu permasalahan yang sebenarnya.
“Kak Alvin menamparku, dan kak Rio tak menolongku, ini semua karena shilla” Ucap Chelsea lantang
“Shilla? Sudahlah jangan karena permasalahan sekecil ini membuatmu menangis, sungguh memalukan” ucap Mama Widya kemudian ia berbalik dan mencoba menghindari chelsea. Chelsea benar benar kesal dengan Mama Widya itu.
“Baiklah, aku akan kembali kesana jika kamu mau, aku memang lebih baik disana. Dan sepertinya kamupun tak mengharapkanku disini.” Chelsea berteriak dengan nada sedikit keras seolah sedang mengatakannya pada Mama Widya. Mama Widya menghentikan langkahnya ada sedikit perasaan tak tega mendengar chelsea mengatakan hal itu.
“Apa kamu mau jika aku kembali lagi kerumah, aku akan menjadi pelayan di warung it uterus, terus terusan disiksa dan dibentak. Itu yang kamu inginkan?”
“Kenapa kamu membenciku? Apa salahku?  Bukankah aku putrimu? Apa aku salah ingin mendapatkan perhatian disini? “
“Selama ini aku tak pernah diperhatikan disana. Setiap pulang sekolah aku selalu bekerja di warung itu, aku tak pernah makan enak, aku tak pernah memakai baju bagus, aku tak pernah bermain bersama teman teman sebayaku, aku tak pernah merasakan bahwa aku mempunyai  kakak yang selalu melindungiku”
“Apa aku salah jika aku ingin memakai baju bagus, pergi bersama teman teman, merayakan pesta, makan makanan enak? Aku juga ingin mempunyai kakak dan adik yang menyayangiku, mama dan papa yang selalu menyayangiku juga.”
“Aku adalah putrimu, putrid kandungmu. Bukan Shilla. Jadi kenapa kamu membenciku” isak tangis terdengar Chelsea lebih keras lagi. Mama Widya tak kuasa mendengar semua pernyataan chelsea. Jauh didalam hatinya ia sadar bahwa chelsea adalah darah dagingnya. Ia pun menyesal akan tindakannya selama ini yang selalu bersikap seolah menganggap chelsea tak ada. Mama Widya pun berbalik dan segera menghampiri Chelsea yang masih menangis”
“Mamaaaa” Lirih chelsea pelan.
Mama Widya segera memeluk chelsea dengan menangis.
“Maafkan Mama chelsea, kamu adalah putriku, tak seharusnya aku membencimu. Maafkan mama sayang” Ucap Mama Widya sambil memeluk chelsea dengan menangis
“Mamaaaa” Kata Chelsea pelan kembali sambil memeluk Mama Widya dengan erat. Papa Boy hanya bisa melihat istrinya dengan lega karena sudah mau menerima chelsea sebagai putrinya.
--
Papa Boy Nampak berdiri berjam jam untuk menunggu anaknya yang belum pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam namun ia belum melihat alvin, rio dan shilla pulang kerumah. Tiba tiba diva datang dari dalam rumah dan memanggil papa boy.
“Papa, papa belum makan malam, diva temenin yah” ucap diva. Papa diva tersenyum melihat anak bungsunya itu.
“Diva, kakak kakak kamu belum pulang jadi papa tunggu mereka dulu baru papa makan malam” Jawab papa boy
“Diva, bukankah ini sudah larut? Kenapa kamu belum tidur? Bukankah besok kamu sekolah?” Tanya papa boy
“iya paaa. Tapi diva mau nunggu kak Alvin, kak Rio dan Kak shilla pulang dulu. Kalo begitu diva nunggu disini sama papa yah?” Tanya diva, papa boy pun mengangguk dan tersenyum pada putra bungsunya itu.
Alvin, Rio dan Shilla pun sudah pulang mereka melihat papanya dan diva sedang duduk di teras depan. Mereka pun langsung bergegas kerumah.
“Kami pulang” Ucap Rio kemudian hendak pergi kedalam rumah
“dari mana saja kalian? Sudah jam segini? Apa yang kalian lakukan diluar sana?” Tanya papa boy
“apa itu penting bagi papa?” tiba tiba alvin mengucapkan itu pada papanya, shilla dan rio kaget melihat perubahan pada diri alvin
“alvin, kenapa kamu jadi memberontak seperti ini? Apa papa pernah mengajarkanmu? Oh iya apa kenapa kamu memukul adik kamu sendiri?” bentak papanya kembali
“alvin nggak pernah memukul shilla” balas alvin
“maksud papa chelsea, chelsea itu adalah adik kamu juga, sama seperti shilla. Dia adalah keluarga kita juga” ucap papa boy
“bagi papa chelsea memang adik kita tapi bagi aku shilla adalah adik perempuan aku satu satunya bukan chelsea. Aku tak mau melihatnya lebih baik papa memulangkannya kembali” tegas alvin kembali dengan nada keras. Tiba tiba papanya menampar alvin. Alvin memegang pipinya yang terkena tamparan oleh papanya itu. Rio, shilla dan diva juga ikut kaget melihat papanya yang langsung menampar pipi alvin dengan keras.
“Papa” lirih shilla pelan
“Papa kenapa ngelakuin hal ini sama alvin? Apa karena chelsea? Kenapa papa begitu memperhatikan chelsea? Kenapa papa terlalu membela chelsea hingga menampar kak Alvin seperti ini?” teriak Rio keras
“Diam kamu rio lebih baik kamu ajak adik adik kamu untuk masuk ke kamar dan segeralah tidur” ucap papa Boy
“Enggak. Rio nggak mau.” Kata Rio
“Rio..”
“Kak Rio ayo masuk ke dalam kak, mungkin papa dan kak alvin mau bicara dengan serius, diva ayo kita ke kamar kamu juga udah harusnya tidur udah jam berapa ini?” shilla mencoba menengahi pertengkaran itu dan mengajak Rio serta diva kedalam rumah. Setelah mereka masuk kedalam kini tinggal Alvin dan Papanya yang tersisa.
“Maafkan papa, papa tak bermaksud untuk melakukannya tadi” kata papa boy
“Sudahlah alvin mau istirahat” balas alvin yang sepertinya tak berniat untuk berdebat kembali dengan papanya. Ia langsung bergegas menuju kamarnya dan memutuskan untuk beristirahat.
--
Shilla berjalan pelan mencari Mamanya. Ia tak menemukan mamanya berada didapur ataupun kamarnya. Di kamar Alvin, Rio dan Diva pun tak Nampak mamanya disitu. Ia melihat pintu kamar chelsea terbuka sedikit. Akhirnya karena penasaran shilla pun melangkahkan kakinya dan melihatnya. Shilla tak bisa berkata kata lagi saat ia melihat mamanya berada disamping tempat tidur chelsea. Mamanya terlihat sedang membelai rambut chelsea. Chelsea Nampak tidur dengan pulas. Shilla tak tahu lagi bagaimana perasaannya sekarang disatu sisi ia merasa bahwa ia takut kehilangan kasih sayang mamanya dan disatu sisi ia juga bersalah karena ia seharusnya bukan berada disini sekarang. Karena ini bukanlah keluarganya yang sebenarnya
--
Shilla berjalan pelan ke kamarnya. Ia mengambil figura foto yang ada di atas meja belajarnya. Ia mengamati wajah wajah yang selama ini sudah bersamanya dari dulu. Rasanya ia tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya selanjutnya tampa mereka namun ia tak boleh egois. Ia merasa bahwa sudah saatnya ia juga kembali pada keluarganya yang sebenarnya sama seperti chelsea. Kemudian ia mengambil sebuah tas dan mengemasi barang barangnya kedalam tasnya itu.
--
Diva sudah bangun. Ia melihat jendela kamarnya yang belum terbuka dan ketika ia melihat keluar jendela ia masih melihat bahwa ini masih terlalu pagi. Bahkan matahari pun belum terlihat. Akhirnya diva memutuskan untuk membangunkan shilla dan mengajaknya untuk jogging pagi.
“Kak shilla. Bangun kak” teriak diva dan menggedor gedor kamar shilla, namun tak terdengar sahutan dari kamar shilla
“kak, diva masuk yah” ucap diva kemudian diva membuka pintu kamar shilla.
Diva kaget saat ia masuk ia melihat kamar itu rapi. Dan tak ada shilla disitu. Ia melihat lemari pakaian shilla yang terbuka kemudian diva segera melihat kedalam lemari itu. dan tak ada baju shilla disana.
“astaga kak shilla kemana?” ucap diva polos kemudian berlari dan menuju kamar kedua kakak cowoknya.
--
Shilla berjalan pelan. Matanya tak bisa diajak berkompromi, begitu juga dengan kakinya yang merasa sangat kelelahan. Yah dari tadi shilla berjalan kaki sejak subuh untuk pergi kesuatu tempat. Ia berjalan jauh dengan membawa tas yang berat. Ia rasa ia tak sanggup lagi berjalan. Badannya sudah lemas bahkan sangat kelelahan. Namun kelelahannya terbayar saat ia melihat seorang ibu yang sedang membersihkan sebuah warung. Ibu itu Nampak sedang menyapu halaman warung itu. saat ibu itu menyapu bagian lagi ibu itu melihat ada seseorang yang sedang berjalan. Dan ia terkejut saat ia menyadari siapa orang yang dilihatnya itu. Shilla. Shilla hanya tersenyum simpul saat melihat ibu itu menatapnya.
Shilla hanya bisa pasrah melihat apa yang menjadi hidangan untuk sarapannya kali ini. Hanya ada tahu dan sambal terasi lauk yang ada diatas meja makan itu. Ibu Nada kemudian menatap shilla, ia tahu bahwa shilla mungkin susah beradaptasi dengan keadaan disini.
“Jika kamu tidak suka, besok aku akan membelikanmu yang lebih baik dari ini” ucap ibu, shilla segera memalingkan kea rah ibu nada itu
“tidak, aku tidak bermaksud seperti itu. aku akan memakannya” balas shilla kemudian mengambil nasi dan satu buah tahu keatas piringnya. Tiba tiba Gita berjalan dan duduk disamping shilla.
“Jadi ini adik kandung aku? Aku kira dia jauh lebih jelek dariku ternyata tidak.” Ucap gita saat ia melihat shilla, shilla hanya diam mendengar perkataan gadis itu.
“dia itu gita, kakak kamu” ucap ibu nada. Gita melirik kearah meja makan. Ia Nampak kesal melihat lauk yang tersedia diatas meja makan itu.
“apa apaan ini bu? Kenapa lagi lagi lauk kita hanya tahu? Tidakkah ibu bosan memakan tahu setiap hari?” gita bangkit dari meja makannya
“kak, kalau kakak kurang kakak bisa ambil lauk shilla” ucap shilla saat kakaknya beranjak dari tempat duduknya
“aku tidak mau makan makanan murahan seperti ini. Kenapa ibu tak mengambil daging itu sedikit untuk sarapan kita?” bentak gita keras
“gita, apa kamu kira ibu punya banyak uang untuk membeli daging? Daging itu untuk dagangan ibu, kalau daging itu diambil sedikit ibu akan rugi” teriak ibu nada keras
“sudahlah, aku muak mendengar perkataan ibu, lebih baik aku pergi dari sini” gita kemudian meninggalkan meja makan itu, ibu nada Nampak kesal dengan ulah gita. Shilla kemudian memandang ibu nada itu.
“sudahlah nanti kamu juga tidak tahan berada disini. Untuk apa kamu tinggal disini? Bukankah disana hidupmu sudah enak? Disini kamu akan serba susah” ucap ibu nada sambil menatap shilla tegas, shilla hanya menunduk mendengar ucapan ibu nada itu.
--
Shilla berjalan lemas keluar dari kelas, rasanya ia sekarang bingung apakah ia harus tinggal kembali bersama Mama dan Papanya atau ia harus tinggal bersama orang tua kandungnya itu. Saat ia berjalan pulang ia merasa bahwa tangannya digeret oleh seseorang. Seseorang itu kemudian membawanya kesuatu tempat.
“Kak Alvin?” Lirih shilla pelan
“Yah, bukan cuman aku tapi ada rio dan diva juga” ucap alvin kemudian rio dan diva terlihat mengayuh sepedanya dengan cepat dan langsung mengejar mereka.
“Kita mau kemana kak?”
“Pantai” ketus alvin singkat. Kemudian shilla pun membonceng alvin. Alvin pun mengajak adik adiknya untuk ke pantai. Di pantai mereka berkejar kejaran melepas rasa rindu mereka akan suasana dulu, suasana hangat yang sering terjadi pada mereka. Terlihat rio dan shilla sedang bermain air dan berusaha menyeret diva agar lebih dalam lagi berjalan kea rah pantai. Alvin pun Nampak membantu diva agar berani berjalan kedalam permukaan pantai yang lebih dalam lagi.
“Hahaaa dasar penakut” teriak rio keras pada diva
“apaan sih kak, diva nggak takut nih, lihat diva udah berani kan” teriak diva
“makanya bisa berenang” ledek alvin
“yeh besok diva belajar berenang deh, tapi ajarin yah kak” ucap diva
“iya yah., tapi gue nggak tanggung jawab kalo lo kelelep yah” ledek rio kembali. Diva pun hanya memasang muka ngambek pada kelakuan kakaknya itu. sedangkan shilla hanya tersenyum melihat kelakuan mereka.
“eh udah yuk capek nih” ucap shilla saat menyadari bahwa ia sudah capek.
“okeh, kita duduk disana yuk” tunjuk alvin kemudian mereka berjalan dan duduk di pasir pantai itu
“Hah, minum gue mana kak?” Tanya diva saat melihat rio dan alvin sedang minum dari botol mineral mereka
“ya elah, lo kagak bawa minum sendiri apa?” Tanya rio diva hanya menggeleng. Kemudian shilla menyodorkan minumnya pada diva
“ini div, minum punya kakak aja” shilla menyodorkan minumnya pada diva, diva hanya menatapnya heran
“kalo diva minum ini, nanti kak shilla minum apa dong?” Tanya diva
“ya elah div, air pantai kan banyak nanti kakak minum dari situ” shilla mencoba sedikit bercanda kemudian diva tersenyum dan diva meminum air mineral pemberian shilla
“gimana lo?” Tanya alvin tiba tiba
“apanya kak?” shilla tak paham dengan perkataan alvin barusan
“gimana hari pertama kamu di keluarga km?” ucap alvin kembali
“oh, begitu deh kak. Menyenangkan.” Balas shilla pelan kemudian tersenyum kearah mereka. Namun ia menyadari bahwa kini mereka bertiga serius menatapnya. Shilla jadi tak tahu apa yang harus ia perbuat
“kenapa kalian ngeliat gue kaya gini, gue tahu gue cantik tapi jangan segininya juga” ucap shilla kembali mencoba bercanda namun sepertinya tak ada yang mau bercanda untuk situasi seperti ini begitu juga dengan diva. Anak kecil itu terlalu serius untuk ukuran anak seusianya
“kenapa kamu tiba tiba meninggalkan kami tanpa pamit?” kini rio yang bertanya
“kak, shilla nggak bermaksud begitu. Tapi karena masih terlalu pagi shilla takut mengganggu tidur kalian” jelas shilla pelan
“terus kamu nggak mikirn perasaan kami? Kami itu udah nyari kamu ke sekitar rumah, tapi diva malah nemuin surat kamu di atas meja dan diva bilang kamu pergi ke keluarga kandung kamu” tegas rio
“maaf kak, shilla nggak bermaksud untuk nyakitn perasaan kakak, diva dan mama papa,” ucap shilla
“shilla nggak enak kalo shilla terus terusan berada disitu,” shilla melanjutkan kembali perkataannya
“kakak, kakak nanti pulang kan?” Tanya diva polos
“diva, sekarang kan kak shilla udah punya keluarga sendiri, dan kan udah ada kak chelsea, dia juga kakak kamu jadi kakak nggak mungkin pulang lagi kerumah diva” jelas shilla perlahan sambil memegang kedua pipi diva pelan.
“kak, diva nggak mau pisah sama kakak, diva maunya kak shilla bukan chelsea” ucap diva perlahan, tak terasa air mata keluar begitu saja dari mata diva. Shilla yang melihatnya langsung memeluk adiknya itu dengan erat dan menangis juga.
“shill, kita tahu mungkin ini berat untuk kamu tapi kita mohon kamu kembali kerumah, kita juga butuh kamu” ucap alvin
“ya shill, kalo kamu nggak ada rasanya kita enggak bakal kaya dulu, kita udah kaya beda, rasanya keluarga kita benar benar hancur” ungkap rio
“kakak jangan bilang gitu kak, keluarga kakak tetap bakal utuh kok, ada atau tidak adanya shilla kalian harus bisa kembali kaya dulu, jangan karena persoalan kaya gini kalian jadi pecah. Shilla nggak mau liat kakak berantem dengan papa dan chelsea itu juga adalah keluarga kalian. Kalian juga harus terima chelsea sama layaknya kalian anggep shilla itu adik kalian.” Jelas shilla
“tapi pada kenyataannya semua telah berubah shill, biarpun kita nerima chelsea namun kita nggak akan bisa kaya dulu lagi, apalagi kalo kamu memutuskan untuk meninggalkan kita semua” lirh alvin
“shilla, tolong pikirkan matang matang lagi, shilla kak rio, kak alvin dan diva cuman nggak mau kamu nanti kenapa napa, kita udah nggak bisa bareng bareng kamu lagi dan ngejaga kamu serta nggak bisa ada disamping kamu terus” ucap rio
“kak shilla ngerti, maka dari itu kak shilla mohon sama kakak, kakak jangan ngelarang shilla untuk tinggal sama keluarga shilla, biar bagaimana pun mereka keluarga kandung shilla, begitu juga chelsea yang sudah tinggal bersama keluarga kandungnya, apa shilla salah memutuskan untuk tinggal bersama keluarga kandung shilla?”
“kak, shilla akan berusaha mandiri dan tegar. Shilla juga berusaha akan menjaga diri shilla sebaik mungkin. Kak alvin, kak rio dan diva tolong percaya sama shilla sekali ini aja. “ jelas shilla
“tapi kak, nanti kita nggak bisa ketemu terus dong? Nanti nggak ada teman diva kalo jogging dan ngerjain pr dong?” Tanya diva
“diva, kan masih ada kak alvin dan kak rio. Dan ada kak chelsea juga. Dia bisa membantu kamu. Dan kita bisa bertemu dan bermain bersama juga sepulang sekolah kan? Jangan khawatir div, kakak akan selalu ada disamping kamu kok” ucap shilla pelan sambil memandang wajah adiknya yang sayu itu. kedua kakaknya hanya bisa diam mendengar keputusan yang telah diambil oleh shilla itu.
“kak, jangan pernah lupain aku yah? Janji yah?” lirih shilla pelan sambil menatap kedua kakaknya itu. kedua kakaknya itu mengangguk dan tersenyum pada shilla.
--
Siang itu saat seusai pelajaran matematika, chelsea Nampak menangis terus menerus di kelas, teman temannya pun menghampiri chelsea yang terus menerus menangis.
“Chelsea sudahlah jangan menangis lagi” Angel mencoba menenangkan chelsea yang terus menangis. Namun chelsea terus menangis. Shilla pun hanya bisa heran melihat chelsea yang terus menangis. Tiba tiba Bu Winda datang kekelas dan membuat suasana menjadi hening.
“Mohon perhatiannya hari ini chelsea akan meninggalkan sekolah, karena keluarganya akan pergi ke Amerika” Ucap Bu winda yang membuat kelas begitu ricuh. Begitu juga dengan shilla ia rasanya kaget mendengar pernyataan bu winda kemudian shilla melihat chelsea ternyata chelsea pun meliriknya dengan sinis.
“Baiklah chelsea silahkan kamu ucapkan salam perpisahan pada teman temanmu” ucap bu winda. Chelsea maju kedepan dan ia mengucapkan salam perpisahan pada teman temannya.
“Teman teman maafkan aku kalau aku selama ini menyusahkan kalian. Terimakasih”
Itulah pernyataan chelsea yang begitu singkat namun sukses membuat teman temannya menangis. Shilla hanya terdiam ia hanya berpikir bahwa ia akan berpisah pada Mama, papa, kakak kakaknya dan adiknya.  Kemudian chelsea berjalan keluar mengikuti bu winda. Anak anak kembali ribut lagi membicarakan kepindahan chelsea keluar negeri.
--
Selang beberapa saat bu winda datang, ia datang tak bersama chelsea ia datang sendirian. Kemudian ia menyampaikan suatu pemberitahuan
“hari ini keluarga chelsea akan berangkat ke Amerika dan kita akan kehilangan salah satu anggota kelas lagi. Tapi tidak apa apa kalian tetap bersemangat yah, dan mari kita lanjutkan kembali pelajaran kita”
Shilla diam saat mendengar pernyataan bu winda, ia berpikir bagaimana mungkin begitu cepat chelsea langsung pergi ke amerika. Ia berdiri dan langsung beranjak keluar dari kelasnya. Bu winda dan yang lainnya kaget melihat shilla dan hanya memanggil nama shilla namun tak ditanggapi oleh shilla.

Mobil itu telah berjalan jauh, dengan kecepatan yang lumayan tinggi karena mereka harus mengejar jam terbang pesawat. Shilla melihat mobil itu, ia kembali mempercepat larinya namun mobil itu telah jauh, dan kini ia hanya bisa menatap kepergian keluarganya dari jalan. Ia melihat mobil itu perlahan menjauh dan menghilang dari pandangannya. Shilla menangis menatap kepergian keluarganya.
“Mama, Papa, Ka Alvin, Kak Rio, diva” lirih shilla pelan sambil menangis.
--

Mention @quotesshivers

No comments:

Post a Comment