WAITING LOVE
PART 8
Saat anak anak mereka telah pergi kesekolah tersisa
Mama Widya dan Papa Boy yang masih di meja makan. Karena tadi situasinya
terlalu tegang papa Boy memutuskan tak ikut sarapan bersama yang lainnya.
Karena papa Boy sadar jika sekarang keadaan keluarganya telah berubah sudah tak
seperti dulu lagi.
“Apa yang akan papa lakukan pada Chelsea? Papa yang
menyuruhnya kesini?” Tiba tiba Mama widya mengatakan hal itu pada papa Boy.
Papa Boy hanya menoleh kearah mama widya kemudian melanjutkan kembali
sarapannya.
“Mama harap papa segera membawanya pulang ketempat
asalnya” ucap Mama widya kembali
“Apa maksud mama? Tempat asalnya?” kini papa boy Nampak
sudah serius menjawab mama widya
“ya lebih baik dia tinggal disana daripada disini”
“tapi bukankah ini rumahnya juga? Dia juga berhak
tinggal disini ma” Tanya papa boy
Mama boy hanya diam mendengar pernyataan papa boy, mama
boy seolah menganggap papa boy terlalu membela chelsea.
“jadi sekarang papa lebih membela chelsea?”
“bukan begitu ma? Papa hanya menganggap chelsea itu
putri kita, dan sudah seharusnya dia tinggal disini, bukankah papa melihat
sendiri kondisi rumah chelsea itu? apa dia layak berada disitu? Apa mama tega
melihat putri kita hidup dengan keadaan seperti itu?” tegas papa boy
“Lalu bagaimana dengan Shilla? Bukankah dia putri kita?
Apa papa bermaksud untuk mengembalikan shilla ke orang tua kandungnya juga jika
chelsea telah tinggal disini. Lagipula kita sudah memiliki Alvin, Rio, Shilla
serta Diva untuk apa kita menampung chelsea kembali? Bukankah dia telah
memiliki orang tua yang sudah mengurusnya juga?” Ucap Mama widya dengan nada
sedikit keras dan ditekan
“Ma, papa ngerti. Shilla akan tetap berada disini, biar
bagaimanapun shilla juga sudah seperti anggota keluarga kita, aku tahu shilla
adalah putri kita, tapi bukankah chelsea juga anak kandung kita, putri kamu
yang sebenarnya. Jadi kenapa mama seperti ini? ” Tanya papa boy kembali
“sudah cukup mama tak mau mendengarnya kembali. Mama
hanya ingin dia kembali kerumahnya. Dan mama nggak mau melihatnya berada
dikamar shilla lagi” ucap mama widya kemudian meninggalkan papa boy.
“Ma, mama mau kemana? Maaa” teriak papa boy namun tak
dijawab oleh mama widya. Mama widya seolah tak mau menjawab peryataan papa boy
itu. Papa boy hanya bisa mendengus kesal melihat sikap istrinya yang masih
belum bisa menerima chelsea sebagai putrinya itu.
------
Ibu Nada terlihat sedang mencuci piringnya, namun ia
melihat seseorang terlihat sedang ada didepan warungnya ia bergegas menghampiri
orang tersebut. Namun ia seketika terdiam saat melihat orang itu adalah Mama
Widya.
“selamat datang”
“bisakah kamu membawa satu porsi untukku?” ucap mama
widya
“baiklah. Tunggu sebentar” jawab ibu nada dan segera
pergi kedapur untuk membawakan satu porsi sate beserta nasi yang dipesan oleh
mama widya.
Selang beberapa saat Ibu Nada membawakan makanan untuk
Mama Widya. Namun Mama Widya sepertinya tak tertarik untuk memakannya ia hanya
melihat makanan itu saja. Ibu Nada yang melihat sikap Mama Widya hanya bisa
menghela nafasnya pelan.
“Sekarang chelsea telah tinggal bersamamu”
“Bagaimana keadaan Chelsea disana? Apakah ia masih
nakal?” Ibu Nada membuka pembicaraan. Mama Widya kemudian kaget mendengar
pertanyaan ibu Nada itu.
“Apakah Chelsea bisa beradaptasi dengan yang lainnya?
Aku harap dia tak menyusahkanmu disana. Selama ini dia terlalu menyusahkan
disini” Ucap Ibu Nada kembali.
“Tolong bawa chelsea kembali” Mama widya tiba tiba
mengatakan itu secara pelan, ibu nada Nampak kaget mendengar pernyataan Mama
Widya.
“Apa maksudmu?”
“Aku datang kesini untuk memintamu”
“memintaku? Untuk apa?”
“Aku harap Chelsea segera kembali kesini. Tolong bawa
chelsea kembali kesini. Kerumahmu.” Tegas Mama Widya
“bukankah kau adalah orang tua kandungnya. Aku rasa dia
sangat senang sekali karena mengetahui bahwa orang tua kandungnya itu kaya tak
sepertiku”
“tapi kau adalah ibu yang telah membesarkannya selama
ini, pasti dia akan menurutimu” ucap mama widya
“Apa? Bahkan dia tak mau kesini lagi sejak ia
mengetahui bahwa orang tua kandungnya bukanlah orang miskin. Bagaimana bisa aku
membawanya kembali kesini?”
“Tolong. Aku mohon. Aku sangat menyayangi Shilla. Aku
tak mau berpisah dengannya.” Ucap Mama Widya kembali
“Tapi..” Ibu Nada mencoba memotong perkataan Mama Widya
“Shilla dari kecil fisiknya sudah lemah, ia sering
sakit sakitan, maka dari itu kami sekeluarga selalu berusaha menjaganya” ucap
Mama widya
“Suamiku meninggal karena penyakitnya. Kami tak sanggup
merawatnya dirumah sakit karena biaya yang sangat mahal” Kata Ibu Nada perlahan
“Maaf aku tak bermaksud..”
“Tak apa”
“Aku terlalu sibuk untuk mengurusi warung dan mencari
uang, sehingga aku tak sadar bahwa aku terlalu mencampakan chelsea dengan
menyuruhnya untuk membantuku sepulang sekolah. Aku tak mampu menyekolahkannya
dengan baik dan membelikannya baju baju yang bagus sesuai dengan permintaannya”
“Aku mohon. Bawalah chelsea kembali”
“Aku takut tak bisa membahagiakannya. Namun dia adalah
putriku. Bagiku dia masih putriku” Ucap Ibu Nada Kembali
“Aku akan memintanya untuk kembali lagi” Lanjut ibu
nada kembali. Mama Widya kembali menatap Ibu Nada. Ibu Nada kemudian
mengantarkan Mama Widya kedepan warung.
“apakah kamu tidak kasihan jika chelsea hidup
bersamaku?” Tanya ibu nada
“kasihan?”
“ya lihatlah kehidupan kita sangatlah berbeda darimu.
Dia tak bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan dariku” tegas ibu nada
“aku rasa aku tak bisa membuatnya menjadi gadis yang
mandiri nantinya” ucap ibu nada
“Biar bagaimanapun dia putriku, chelsea adalah putriku,
tolong jaga dia” Ucap Mama Widya kembali berjalan. Kemudian ia menoleh kembali
kea rah ibu nada
“aku percaya kamu bisa menjaganya sama seperti yang
sudah kamu lakukan selama ini” kata mama widya
“Baiklah aku berusaha merawatnya” Balas Ibu Nada
“Terimakasih,” Ucap Mama widya kemudian ia bergegas
masuk kedalam mobil dan meninggalkan tempat itu. Ibu Nada hanya bisa terdiam
sejujurnya ia tak mengerti bagaimana bisa ia mengatakan hal seperti tadi.
---
Shilla termenung sendirian dikelas, ia masih memikirkan
kejadian kemarin secara terus menerus. Ia bingung sekarang keadaan begitu cepat
berubah. Ia masih tak percaya dengan keadaannya sekarang. Sejujurnya ia bingung
bagaimana ia harus menjalani hidupnya sekarang.
“Eh lo belum pulang, kalo gitu sekarang elo ikut gue?”
Chelsea berada didepannya sekarang sambil menatapnya sinis. Shilla hanya bisa
membalas tatapan mata Chelsea dengan mata sayunya.
“Mau kemana emangnya?”
“Gue mau tunjukin rumah lo. Udah cepetan ikut gue”
“chel…”
Chelsea menarik tangan shilla untuk mengikutinya segera
keluar dari kelas. Suasana sekolah cukup sepi karena anak anak sudah pulang
sekolah sehingga tak ada yang melihat mereka. Namun disitu sivia masih menatap
shilla yang ditarik paksa oleh Chelsea keluar sekolah.
“Shilla” Teriak sivia keras, shilla hanya bisa menoleh
pelan pada sivia dengan mimic seperti “meminta bantuan”
Chelsea membawa shilla ke tempat yang tak asing lagi
untuk Chelsea.
Sivia berlari kencang ia bingung harus pergi kemana, ia
berlari ke kelas diva namun tak menemukan diva dikelasnya, akhirnya sivia
berlari ke sekolah Alvin dan Rio. Ia pergi ke kelas fotografer kelas Alvin dan
menemukan alvin sedang duduk sambil mengelap lensa kameranya.
“Kak Alvin gawat” Kata sivia dengan suara yang parau
“ada apa?” Tanya Alvin
“Chelsea kak, Chelsea membawa shilla ke suatu tempat
kak”
“kemana emangnya?”
“kata Chelsea kerumahnya”
Alvin kaget mendengar ucapan sivia, ia segera bangkit
dan memasukkan kameranya kedalam tasnya dan segera berlari keluar kelas,
didepan kelas ia bertubrukan dengan Rio yang hendak memanggil Alvin untuk
pulang bersama.
“Kak, lo kenapa?” Tanya Rio
“Yo, ini penting yo, cepetan ikut gue”
“kemana?”
“Chelsea bawa shilla kerumahnya, ayo yo kita susul
shilla”
Rio mengangguk dan akhirnya ia mengikuti Alvin pergi,
sivia juga ikut menyusul mereka berdua.
-----
Terlihat seorang ibu yang sedang membentak seorang pria
hingga membuat orang itu terjatuh ke tanah. Ibu Nampak Nampak kesal dan marah
sehingga ia terlihat membentak dengan suara yang cukup keras.
“Heh, sampai kapan kamu akan membayar utang utangmu,
kamu kira warung ini adalah menampung utang” teriak ibu itu dengan keras, pria
yang jatuh dibawah tanah berusaha bangkit dan segera melawan ibu itu.
“Aku tahu tapi aku tak mempunyai uang sedikitpun” bela
pria itu
“lebih baik kau pergi dari sini segera atau aku akan
segera menghajarmu” bentak ibu itu lagi
“cepat pergi sekarang” teriak ibu itu lebih keras lagi,
pria itu segera bergegas pergi dari hadapan ibu itu. Setelah orang itu pergi
ibu itu melihat Chelsea berada disitu. Ia pun menatap Chelsea.
“Chelsea..” lirih ibu Nada pelan
“Aku bukan Chelsea, ini Chelsea putrimu” balas Chelsea
sambil mendorong Shilla kedepan. Shilla menatap ibu Nada perlahan.
“Chelsea apa yang kamu bilang? Cepat pulang dan bantu
ibu, cepat” bentak ibu Nada sambil berlari kepada Chelsea, chelsea berjalan
pelan kebelakang menghindar dari Ibu Nada
“Aku bukan putrimu, dia putrimu, dialah yang seharusnya
kamu suruh bukan aku dan kamu bukan ibuku” balas chelsea sambil berlari
menghindari kejaran ibu Nada.
Saat chelsea berusaha menghindar dari kejaran Ibu Nada
tiba tiba Alvin datang dan menampar pipi kiri Chelsea sehingga membuat Chelsea
terjatuh. Chelsea menatap Alvin.
“Kakak” Lirih Shilla saat melihat Alvin menampar
Chelsea. Chelsea pun menangis melihat Alvin yang menamparnya.
“Kakakkk” Ucap chelsea sambil menangis kemudian Chelsea
segera berlari meninggalkan tempat itu
dengan menangis. Rio serta sivia terkejut melihat apa yang telah dilakukan
Alvin. Kemudian Rio menghampiri Shilla segera. Ibu Nada hanya bisa melihat
shilla sebentar begitu juga dengan shilla. Untuk pertama kalinya ia melihat Ibu
Nada dengan situasi seperti ini.
“Ayo kita pulang” Ajak Rio sambil memegang tangan
shilla, shilla menuruti ajakan Rio dan mengikutinya pulang. Alvin dan Sivia pun
juga mengikuti Rio serta Shilla.
Kini mereka berada disebuah taman, mereka duduk di
bangku taman itu. Shilla yang duduk disamping Rio hanya bisa menangis karena
mengingat kejadian tadi. Alvin hanya bisa terdiam akan sikapnya namun ia
melihat shilla yang Nampak sedih karena dihadapkan akan situasi yang
sebenarnya. Sedangkan sivia ia masih menunggu shilla agar shilla tenang lebih
dahulu dan ia bisa pulang dengan lega.
----
Chelsea pulang dengan berjalan kaki, sepanjang
perjalanan ia terlihat menangis. Ia telah sampai dihalaman rumah orang tua
kandungnya. Papanya yang saat itu baru pulang kerja melihat Chelsea yang
menangis tersedu.
“Chelsea” Panggil Papa Boy. Chelsea menoleh ke Papa
Boy, Papa Boy segera menghampiri chelsea dan mengajaknya masuk kerumah bersama
sama.
Ketika masuk kedalam rumah, Mama Widya langsung
menghampiri mereka. Ia melihat chelsea dengan muka sedih dan masih terisak.
“Chelsea kamu kenapa?” Tanya Mama Widya, Papa Boy tak
bisa menjawab karena ia pun tak tahu permasalahan yang sebenarnya.
“Kak Alvin menamparku, dan kak Rio tak menolongku, ini
semua karena shilla” Ucap Chelsea lantang
“Shilla? Sudahlah jangan karena permasalahan sekecil
ini membuatmu menangis, sungguh memalukan” ucap Mama Widya kemudian ia berbalik
dan mencoba menghindari chelsea. Chelsea benar benar kesal dengan Mama Widya
itu.
“Baiklah, aku akan kembali kesana jika kamu mau, aku
memang lebih baik disana. Dan sepertinya kamupun tak mengharapkanku disini.”
Chelsea berteriak dengan nada sedikit keras seolah sedang mengatakannya pada
Mama Widya. Mama Widya menghentikan langkahnya ada sedikit perasaan tak tega
mendengar chelsea mengatakan hal itu.
“Apa kamu mau jika aku kembali lagi kerumah, aku akan
menjadi pelayan di warung it uterus, terus terusan disiksa dan dibentak. Itu
yang kamu inginkan?”
“Kenapa kamu membenciku? Apa salahku? Bukankah aku putrimu? Apa aku salah ingin
mendapatkan perhatian disini? “
“Selama ini aku tak pernah diperhatikan disana. Setiap
pulang sekolah aku selalu bekerja di warung itu, aku tak pernah makan enak, aku
tak pernah memakai baju bagus, aku tak pernah bermain bersama teman teman
sebayaku, aku tak pernah merasakan bahwa aku mempunyai kakak yang selalu melindungiku”
“Apa aku salah jika aku ingin memakai baju bagus, pergi
bersama teman teman, merayakan pesta, makan makanan enak? Aku juga ingin
mempunyai kakak dan adik yang menyayangiku, mama dan papa yang selalu
menyayangiku juga.”
“Aku adalah putrimu, putrid kandungmu. Bukan Shilla.
Jadi kenapa kamu membenciku” isak tangis terdengar Chelsea lebih keras lagi.
Mama Widya tak kuasa mendengar semua pernyataan chelsea. Jauh didalam hatinya
ia sadar bahwa chelsea adalah darah dagingnya. Ia pun menyesal akan tindakannya
selama ini yang selalu bersikap seolah menganggap chelsea tak ada. Mama Widya
pun berbalik dan segera menghampiri Chelsea yang masih menangis”
“Mamaaaa” Lirih chelsea pelan.
Mama Widya segera memeluk chelsea dengan menangis.
“Maafkan Mama chelsea, kamu adalah putriku, tak
seharusnya aku membencimu. Maafkan mama sayang” Ucap Mama Widya sambil memeluk
chelsea dengan menangis
“Mamaaaa” Kata Chelsea pelan kembali sambil memeluk
Mama Widya dengan erat. Papa Boy hanya bisa melihat istrinya dengan lega karena
sudah mau menerima chelsea sebagai putrinya.
--
Papa Boy Nampak berdiri berjam jam untuk menunggu
anaknya yang belum pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam namun ia belum
melihat alvin, rio dan shilla pulang kerumah. Tiba tiba diva datang dari dalam
rumah dan memanggil papa boy.
“Papa, papa belum makan malam, diva temenin yah” ucap
diva. Papa diva tersenyum melihat anak bungsunya itu.
“Diva, kakak kakak kamu belum pulang jadi papa tunggu
mereka dulu baru papa makan malam” Jawab papa boy
“Diva, bukankah ini sudah larut? Kenapa kamu belum
tidur? Bukankah besok kamu sekolah?” Tanya papa boy
“iya paaa. Tapi diva mau nunggu kak Alvin, kak Rio dan
Kak shilla pulang dulu. Kalo begitu diva nunggu disini sama papa yah?” Tanya
diva, papa boy pun mengangguk dan tersenyum pada putra bungsunya itu.
Alvin, Rio dan Shilla pun sudah pulang mereka melihat
papanya dan diva sedang duduk di teras depan. Mereka pun langsung bergegas kerumah.
“Kami pulang” Ucap Rio kemudian hendak pergi kedalam
rumah
“dari mana saja kalian? Sudah jam segini? Apa yang
kalian lakukan diluar sana?” Tanya papa boy
“apa itu penting bagi papa?” tiba tiba alvin
mengucapkan itu pada papanya, shilla dan rio kaget melihat perubahan pada diri
alvin
“alvin, kenapa kamu jadi memberontak seperti ini? Apa
papa pernah mengajarkanmu? Oh iya apa kenapa kamu memukul adik kamu sendiri?”
bentak papanya kembali
“alvin nggak pernah memukul shilla” balas alvin
“maksud papa chelsea, chelsea itu adalah adik kamu
juga, sama seperti shilla. Dia adalah keluarga kita juga” ucap papa boy
“bagi papa chelsea memang adik kita tapi bagi aku
shilla adalah adik perempuan aku satu satunya bukan chelsea. Aku tak mau
melihatnya lebih baik papa memulangkannya kembali” tegas alvin kembali dengan
nada keras. Tiba tiba papanya menampar alvin. Alvin memegang pipinya yang
terkena tamparan oleh papanya itu. Rio, shilla dan diva juga ikut kaget melihat
papanya yang langsung menampar pipi alvin dengan keras.
“Papa” lirih shilla pelan
“Papa kenapa ngelakuin hal ini sama alvin? Apa karena
chelsea? Kenapa papa begitu memperhatikan chelsea? Kenapa papa terlalu membela
chelsea hingga menampar kak Alvin seperti ini?” teriak Rio keras
“Diam kamu rio lebih baik kamu ajak adik adik kamu
untuk masuk ke kamar dan segeralah tidur” ucap papa Boy
“Enggak. Rio nggak mau.” Kata Rio
“Rio..”
“Kak Rio ayo masuk ke dalam kak, mungkin papa dan kak
alvin mau bicara dengan serius, diva ayo kita ke kamar kamu juga udah harusnya
tidur udah jam berapa ini?” shilla mencoba menengahi pertengkaran itu dan
mengajak Rio serta diva kedalam rumah. Setelah mereka masuk kedalam kini
tinggal Alvin dan Papanya yang tersisa.
“Maafkan papa, papa tak bermaksud untuk melakukannya
tadi” kata papa boy
“Sudahlah alvin mau istirahat” balas alvin yang
sepertinya tak berniat untuk berdebat kembali dengan papanya. Ia langsung
bergegas menuju kamarnya dan memutuskan untuk beristirahat.
--
Shilla berjalan pelan mencari Mamanya. Ia tak menemukan mamanya berada didapur ataupun kamarnya. Di kamar Alvin, Rio dan Diva pun tak Nampak mamanya disitu. Ia melihat pintu kamar chelsea terbuka sedikit. Akhirnya karena penasaran shilla pun melangkahkan kakinya dan melihatnya. Shilla tak bisa berkata kata lagi saat ia melihat mamanya berada disamping tempat tidur chelsea. Mamanya terlihat sedang membelai rambut chelsea. Chelsea Nampak tidur dengan pulas. Shilla tak tahu lagi bagaimana perasaannya sekarang disatu sisi ia merasa bahwa ia takut kehilangan kasih sayang mamanya dan disatu sisi ia juga bersalah karena ia seharusnya bukan berada disini sekarang. Karena ini bukanlah keluarganya yang sebenarnya
Shilla berjalan pelan mencari Mamanya. Ia tak menemukan mamanya berada didapur ataupun kamarnya. Di kamar Alvin, Rio dan Diva pun tak Nampak mamanya disitu. Ia melihat pintu kamar chelsea terbuka sedikit. Akhirnya karena penasaran shilla pun melangkahkan kakinya dan melihatnya. Shilla tak bisa berkata kata lagi saat ia melihat mamanya berada disamping tempat tidur chelsea. Mamanya terlihat sedang membelai rambut chelsea. Chelsea Nampak tidur dengan pulas. Shilla tak tahu lagi bagaimana perasaannya sekarang disatu sisi ia merasa bahwa ia takut kehilangan kasih sayang mamanya dan disatu sisi ia juga bersalah karena ia seharusnya bukan berada disini sekarang. Karena ini bukanlah keluarganya yang sebenarnya
--
Shilla berjalan pelan ke kamarnya. Ia mengambil figura
foto yang ada di atas meja belajarnya. Ia mengamati wajah wajah yang selama ini
sudah bersamanya dari dulu. Rasanya ia tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya
selanjutnya tampa mereka namun ia tak boleh egois. Ia merasa bahwa sudah
saatnya ia juga kembali pada keluarganya yang sebenarnya sama seperti chelsea.
Kemudian ia mengambil sebuah tas dan mengemasi barang barangnya kedalam tasnya
itu.
--
Diva sudah bangun. Ia melihat jendela kamarnya yang
belum terbuka dan ketika ia melihat keluar jendela ia masih melihat bahwa ini
masih terlalu pagi. Bahkan matahari pun belum terlihat. Akhirnya diva
memutuskan untuk membangunkan shilla dan mengajaknya untuk jogging pagi.
“Kak shilla. Bangun kak” teriak diva dan menggedor
gedor kamar shilla, namun tak terdengar sahutan dari kamar shilla
“kak, diva masuk yah” ucap diva kemudian diva membuka
pintu kamar shilla.
Diva kaget saat ia masuk ia melihat kamar itu rapi. Dan
tak ada shilla disitu. Ia melihat lemari pakaian shilla yang terbuka kemudian
diva segera melihat kedalam lemari itu. dan tak ada baju shilla disana.
“astaga kak shilla kemana?” ucap diva polos kemudian
berlari dan menuju kamar kedua kakak cowoknya.
--
Shilla berjalan pelan. Matanya tak bisa diajak
berkompromi, begitu juga dengan kakinya yang merasa sangat kelelahan. Yah dari
tadi shilla berjalan kaki sejak subuh untuk pergi kesuatu tempat. Ia berjalan
jauh dengan membawa tas yang berat. Ia rasa ia tak sanggup lagi berjalan.
Badannya sudah lemas bahkan sangat kelelahan. Namun kelelahannya terbayar saat
ia melihat seorang ibu yang sedang membersihkan sebuah warung. Ibu itu Nampak
sedang menyapu halaman warung itu. saat ibu itu menyapu bagian lagi ibu itu
melihat ada seseorang yang sedang berjalan. Dan ia terkejut saat ia menyadari
siapa orang yang dilihatnya itu. Shilla. Shilla hanya tersenyum simpul saat
melihat ibu itu menatapnya.
Shilla hanya bisa pasrah melihat apa yang menjadi
hidangan untuk sarapannya kali ini. Hanya ada tahu dan sambal terasi lauk yang
ada diatas meja makan itu. Ibu Nada kemudian menatap shilla, ia tahu bahwa
shilla mungkin susah beradaptasi dengan keadaan disini.
“Jika kamu tidak suka, besok aku akan membelikanmu yang
lebih baik dari ini” ucap ibu, shilla segera memalingkan kea rah ibu nada itu
“tidak, aku tidak bermaksud seperti itu. aku akan
memakannya” balas shilla kemudian mengambil nasi dan satu buah tahu keatas
piringnya. Tiba tiba Gita berjalan dan duduk disamping shilla.
“Jadi ini adik kandung aku? Aku kira dia jauh lebih
jelek dariku ternyata tidak.” Ucap gita saat ia melihat shilla, shilla hanya
diam mendengar perkataan gadis itu.
“dia itu gita, kakak kamu” ucap ibu nada. Gita melirik kearah
meja makan. Ia Nampak kesal melihat lauk yang tersedia diatas meja makan itu.
“apa apaan ini bu? Kenapa lagi lagi lauk kita hanya
tahu? Tidakkah ibu bosan memakan tahu setiap hari?” gita bangkit dari meja makannya
“kak, kalau kakak kurang kakak bisa ambil lauk shilla”
ucap shilla saat kakaknya beranjak dari tempat duduknya
“aku tidak mau makan makanan murahan seperti ini.
Kenapa ibu tak mengambil daging itu sedikit untuk sarapan kita?” bentak gita
keras
“gita, apa kamu kira ibu punya banyak uang untuk
membeli daging? Daging itu untuk dagangan ibu, kalau daging itu diambil sedikit
ibu akan rugi” teriak ibu nada keras
“sudahlah, aku muak mendengar perkataan ibu, lebih baik
aku pergi dari sini” gita kemudian meninggalkan meja makan itu, ibu nada Nampak
kesal dengan ulah gita. Shilla kemudian memandang ibu nada itu.
“sudahlah nanti kamu juga tidak tahan berada disini.
Untuk apa kamu tinggal disini? Bukankah disana hidupmu sudah enak? Disini kamu
akan serba susah” ucap ibu nada sambil menatap shilla tegas, shilla hanya
menunduk mendengar ucapan ibu nada itu.
--
Shilla berjalan lemas keluar dari kelas, rasanya ia
sekarang bingung apakah ia harus tinggal kembali bersama Mama dan Papanya atau
ia harus tinggal bersama orang tua kandungnya itu. Saat ia berjalan pulang ia
merasa bahwa tangannya digeret oleh seseorang. Seseorang itu kemudian
membawanya kesuatu tempat.
“Kak Alvin?” Lirih shilla pelan
“Yah, bukan cuman aku tapi ada rio dan diva juga” ucap
alvin kemudian rio dan diva terlihat mengayuh sepedanya dengan cepat dan
langsung mengejar mereka.
“Kita mau kemana kak?”
“Pantai” ketus alvin singkat. Kemudian shilla pun
membonceng alvin. Alvin pun mengajak adik adiknya untuk ke pantai. Di pantai
mereka berkejar kejaran melepas rasa rindu mereka akan suasana dulu, suasana
hangat yang sering terjadi pada mereka. Terlihat rio dan shilla sedang bermain
air dan berusaha menyeret diva agar lebih dalam lagi berjalan kea rah pantai.
Alvin pun Nampak membantu diva agar berani berjalan kedalam permukaan pantai
yang lebih dalam lagi.
“Hahaaa dasar penakut” teriak rio keras pada diva
“apaan sih kak, diva nggak takut nih, lihat diva udah
berani kan” teriak diva
“makanya bisa berenang” ledek alvin
“yeh besok diva belajar berenang deh, tapi ajarin yah
kak” ucap diva
“iya yah., tapi gue nggak tanggung jawab kalo lo
kelelep yah” ledek rio kembali. Diva pun hanya memasang muka ngambek pada
kelakuan kakaknya itu. sedangkan shilla hanya tersenyum melihat kelakuan
mereka.
“eh udah yuk capek nih” ucap shilla saat menyadari
bahwa ia sudah capek.
“okeh, kita duduk disana yuk” tunjuk alvin kemudian
mereka berjalan dan duduk di pasir pantai itu
“Hah, minum gue mana kak?” Tanya diva saat melihat rio
dan alvin sedang minum dari botol mineral mereka
“ya elah, lo kagak bawa minum sendiri apa?” Tanya rio
diva hanya menggeleng. Kemudian shilla menyodorkan minumnya pada diva
“ini div, minum punya kakak aja” shilla menyodorkan
minumnya pada diva, diva hanya menatapnya heran
“kalo diva minum ini, nanti kak shilla minum apa dong?”
Tanya diva
“ya elah div, air pantai kan banyak nanti kakak minum
dari situ” shilla mencoba sedikit bercanda kemudian diva tersenyum dan diva
meminum air mineral pemberian shilla
“gimana lo?” Tanya alvin tiba tiba
“apanya kak?” shilla tak paham dengan perkataan alvin
barusan
“gimana hari pertama kamu di keluarga km?” ucap alvin
kembali
“oh, begitu deh kak. Menyenangkan.” Balas shilla pelan
kemudian tersenyum kearah mereka. Namun ia menyadari bahwa kini mereka bertiga
serius menatapnya. Shilla jadi tak tahu apa yang harus ia perbuat
“kenapa kalian ngeliat gue kaya gini, gue tahu gue
cantik tapi jangan segininya juga” ucap shilla kembali mencoba bercanda namun
sepertinya tak ada yang mau bercanda untuk situasi seperti ini begitu juga
dengan diva. Anak kecil itu terlalu serius untuk ukuran anak seusianya
“kenapa kamu tiba tiba meninggalkan kami tanpa pamit?”
kini rio yang bertanya
“kak, shilla nggak bermaksud begitu. Tapi karena masih
terlalu pagi shilla takut mengganggu tidur kalian” jelas shilla pelan
“terus kamu nggak mikirn perasaan kami? Kami itu udah
nyari kamu ke sekitar rumah, tapi diva malah nemuin surat kamu di atas meja dan
diva bilang kamu pergi ke keluarga kandung kamu” tegas rio
“maaf kak, shilla nggak bermaksud untuk nyakitn perasaan
kakak, diva dan mama papa,” ucap shilla
“shilla nggak enak kalo shilla terus terusan berada
disitu,” shilla melanjutkan kembali perkataannya
“kakak, kakak nanti pulang kan?” Tanya diva polos
“diva, sekarang kan kak shilla udah punya keluarga
sendiri, dan kan udah ada kak chelsea, dia juga kakak kamu jadi kakak nggak
mungkin pulang lagi kerumah diva” jelas shilla perlahan sambil memegang kedua
pipi diva pelan.
“kak, diva nggak mau pisah sama kakak, diva maunya kak
shilla bukan chelsea” ucap diva perlahan, tak terasa air mata keluar begitu
saja dari mata diva. Shilla yang melihatnya langsung memeluk adiknya itu dengan
erat dan menangis juga.
“shill, kita tahu mungkin ini berat untuk kamu tapi
kita mohon kamu kembali kerumah, kita juga butuh kamu” ucap alvin
“ya shill, kalo kamu nggak ada rasanya kita enggak
bakal kaya dulu, kita udah kaya beda, rasanya keluarga kita benar benar hancur”
ungkap rio
“kakak jangan bilang gitu kak, keluarga kakak tetap
bakal utuh kok, ada atau tidak adanya shilla kalian harus bisa kembali kaya
dulu, jangan karena persoalan kaya gini kalian jadi pecah. Shilla nggak mau
liat kakak berantem dengan papa dan chelsea itu juga adalah keluarga kalian.
Kalian juga harus terima chelsea sama layaknya kalian anggep shilla itu adik
kalian.” Jelas shilla
“tapi pada kenyataannya semua telah berubah shill,
biarpun kita nerima chelsea namun kita nggak akan bisa kaya dulu lagi, apalagi
kalo kamu memutuskan untuk meninggalkan kita semua” lirh alvin
“shilla, tolong pikirkan matang matang lagi, shilla kak
rio, kak alvin dan diva cuman nggak mau kamu nanti kenapa napa, kita udah nggak
bisa bareng bareng kamu lagi dan ngejaga kamu serta nggak bisa ada disamping
kamu terus” ucap rio
“kak shilla ngerti, maka dari itu kak shilla mohon sama
kakak, kakak jangan ngelarang shilla untuk tinggal sama keluarga shilla, biar
bagaimana pun mereka keluarga kandung shilla, begitu juga chelsea yang sudah
tinggal bersama keluarga kandungnya, apa shilla salah memutuskan untuk tinggal
bersama keluarga kandung shilla?”
“kak, shilla akan berusaha mandiri dan tegar. Shilla
juga berusaha akan menjaga diri shilla sebaik mungkin. Kak alvin, kak rio dan
diva tolong percaya sama shilla sekali ini aja. “ jelas shilla
“tapi kak, nanti kita nggak bisa ketemu terus dong?
Nanti nggak ada teman diva kalo jogging dan ngerjain pr dong?” Tanya diva
“diva, kan masih ada kak alvin dan kak rio. Dan ada kak
chelsea juga. Dia bisa membantu kamu. Dan kita bisa bertemu dan bermain bersama
juga sepulang sekolah kan? Jangan khawatir div, kakak akan selalu ada disamping
kamu kok” ucap shilla pelan sambil memandang wajah adiknya yang sayu itu. kedua
kakaknya hanya bisa diam mendengar keputusan yang telah diambil oleh shilla
itu.
“kak, jangan pernah lupain aku yah? Janji yah?” lirih
shilla pelan sambil menatap kedua kakaknya itu. kedua kakaknya itu mengangguk
dan tersenyum pada shilla.
--
Siang itu saat seusai pelajaran matematika, chelsea
Nampak menangis terus menerus di kelas, teman temannya pun menghampiri chelsea
yang terus menerus menangis.
“Chelsea sudahlah jangan menangis lagi” Angel mencoba
menenangkan chelsea yang terus menangis. Namun chelsea terus menangis. Shilla
pun hanya bisa heran melihat chelsea yang terus menangis. Tiba tiba Bu Winda
datang kekelas dan membuat suasana menjadi hening.
“Mohon perhatiannya hari ini chelsea akan meninggalkan
sekolah, karena keluarganya akan pergi ke Amerika” Ucap Bu winda yang membuat
kelas begitu ricuh. Begitu juga dengan shilla ia rasanya kaget mendengar
pernyataan bu winda kemudian shilla melihat chelsea ternyata chelsea pun
meliriknya dengan sinis.
“Baiklah chelsea silahkan kamu ucapkan salam perpisahan
pada teman temanmu” ucap bu winda. Chelsea maju kedepan dan ia mengucapkan
salam perpisahan pada teman temannya.
“Teman teman maafkan aku kalau aku selama ini
menyusahkan kalian. Terimakasih”
Itulah pernyataan chelsea yang begitu singkat namun
sukses membuat teman temannya menangis. Shilla hanya terdiam ia hanya berpikir
bahwa ia akan berpisah pada Mama, papa, kakak kakaknya dan adiknya. Kemudian chelsea berjalan keluar mengikuti bu
winda. Anak anak kembali ribut lagi membicarakan kepindahan chelsea keluar
negeri.
--
Selang beberapa saat bu winda datang, ia datang tak
bersama chelsea ia datang sendirian. Kemudian ia menyampaikan suatu
pemberitahuan
“hari ini keluarga chelsea akan berangkat ke Amerika
dan kita akan kehilangan salah satu anggota kelas lagi. Tapi tidak apa apa
kalian tetap bersemangat yah, dan mari kita lanjutkan kembali pelajaran kita”
Shilla diam saat mendengar pernyataan bu winda, ia
berpikir bagaimana mungkin begitu cepat chelsea langsung pergi ke amerika. Ia
berdiri dan langsung beranjak keluar dari kelasnya. Bu winda dan yang lainnya
kaget melihat shilla dan hanya memanggil nama shilla namun tak ditanggapi oleh
shilla.
Mobil itu telah berjalan jauh, dengan kecepatan yang
lumayan tinggi karena mereka harus mengejar jam terbang pesawat. Shilla melihat
mobil itu, ia kembali mempercepat larinya namun mobil itu telah jauh, dan kini
ia hanya bisa menatap kepergian keluarganya dari jalan. Ia melihat mobil itu
perlahan menjauh dan menghilang dari pandangannya. Shilla menangis menatap
kepergian keluarganya.
“Mama, Papa, Ka Alvin, Kak Rio, diva” lirih shilla
pelan sambil menangis.
--
Mention @quotesshivers
No comments:
Post a Comment