Friday, November 1, 2013

We Are Crass - Bab 5 - Part 2 - Tentang Pencarian



We Are Crass
Bab 5
Telaga Hitam
Part 2 “Tentang Pencarian
                                                                    


Chelsea terjatuh, tubuhnya terjatuh diantara rerumputan dan ilalang disekitarnya. Chelsea tetap melihat ke kanan kirinya. Ia berusaha bangkit kembali. Ia membersihkan kotoran ilalang dan rumput yang menempel di celana panjangnya itu serta tangannya yang sedikit kotor terkena tanah. Langkah kakinya terus saja berlari tanpa henti hingga membawanya ke telaga kembali. Telaga Hitam.

--

Oik memegangi dadanya yang terasa sesak karena berlari tadi, dilihatnya tangannya yang masih memegang tangan cakka. Oik berusaha melepas tangannya dari tangan cakka namun cakka terlihat tak mau melepasnya.
“Kka?” Cakka menoleh kearah oik yang  sedang memanggilnya
“Apa ik?”
“Lepasin tangan gue napa, sakit tahu” Cakka yang tak sadar karena dari tadi menggenggam erat tangan oik pun langsung melepas genggamannya. Dilihatnya oik yang langsung memegang pergelangan tangannya yang Nampak memerah. Sesekali oik terlihat mencuri curi pandang kearah cakka. 


--
“Lari…”
Teriakan Shilla begitu keras pada saat itu. Shilla, Gabriel serta Sivia terlihat sangat ketakutan melihat bayangan yang ada dibelakang Gabriel tadi. Mereka langsung lari terpisah tanpa tujuan. 

--

Rio memberhentikan langkahnya. Ia mendengar samar samar suara wanita menangis dibalik rumput yang ada disampingnya. Dilihatnya Alvin yang terlihat sudah jauh berada didepannya. Namun Rio masih penasaran dengan suara yang ia dengar itu. Rio pun mendekati rumput itu dan berusaha melihat siapa yang dibalik rumput itu.
“Shilla?”
Gadis yang ada dihadapan Rio itu kini menoleh kea rah Rio. Rio tersenyum pada gadis yang ia panggil shilla tersebut. Rio merasa ada yang aneh dengan Shilla. Rio merasa Shilla terlalu pucat untuk saat itu. Rio mendekat kea rah gadis itu.
“Loe ngapain disitu shill?” Tanya Rio. Gadis itu tak menjawab pertanyaan Rio. Sejenak Rio mengulurkan tangannya hendak membantu Shilla yang tengah berjongkok di tanah sambil memegang lututnya. Namun Rio merasa mendengar suara teriakan Alvin yang memanggilnya. Rio pun menoleh kearah belakang saat pundaknya ditepuk.
“Lo ngapain disitu? Loe udah ketemu sama Chelsea?” Tanya Alvin pada Rio
“Gue ketemu shilla. Lagi nangis nih dia. Ketakutan kali” Rio mencoba bercanda pada Alvin
“Shilla?”
“Iya ini shilla” Rio kaget saat mengetahui tak ada orang disitu. Hanya ada rumput saja. Ia menoleh kea rah Alvin lagi yang sedang melihat lihat rumput rumput itu.
“Vin, sebaiknya kita harus cari Chelsea secepatnya deh” Kata Rio
“Yaudah ayuk buruan” Timpal Alvin, kemudian mereka bergegas mencari Chelsea kembali. Rio masih terlihat cemas dan takut. Sesekali ia menoleh ke belakangnya siapa tahu ada sesuatu yang mengganjal.

--

Chelsea menatap sekelilingnya. Ia heran mengapa ia bisa berada disini. Ia menatap kea rah telaga itu kembali kemudian ia melihat seseorang menghampirinya. Seseorang yang sangat ia kenal.
“Kak Alvin?”
Orang itu tersenyum dan mendekat kea rah Chelsea kembali dan kini berada didepan Chelsea.
“Kak, kakak nyari aku?” Kini Chelsea bertanya pada sosok itu
“Iya kamu kan adik kesayangan aku, mana mungkin aku biarkan kamu sendirian ditengah telaga seperti ini” Ucap orang itu. Chelsea tersenyum mendengar pernyataan Alvin.
“Mari kita pulang, ini bukan tempat kita.” Chelsea kaget mendengar perkataan Alvin.
“Bukan tempat kita? Maksudnya apa kak?”
“Ini bukan dunia kita, kamu harus ikut aku, kita akan bersama kembali” Jawabnya
“Bersama kembali? Apa sih maksudnya Kak? Chelsea bener bener nggak ngerti deh” Chelsea kembali heran ditatapnya raut wajah pucat Alvin.
“Kakak lagi sakit? Kok muka kakak pucat gitu sih?” Tanya Chelsea
“Enggak kok” Balasnya datar. Kemudian Alvin memegang tangan Chelsea, Chelsea merasakan bahwa tangan Alvin begitu dingin.
“Kak, kita mau kemana?”
“Udah kamu tenang aja, kakak akan bawa kamu ketempat lain”
Chelsea pun mengikuti langkah kaki Alvin pergi. Alvin berjalan begitu pelan dan santai. Chelsea tak sadar bahwa ia sekarang sedang dibawa kealam lain.

--

Sivia berlari dengan cepat, nafasny terasa tidak beraturan terdengar. Ia terus berlari seakan tak peduli jalan apa yang ia lewati. Langkahnya berhenti ketika ia mendengar suara seorang perempuan yang seakan akan sedang menangis. Sivia terdiam ditempatnya.
Hawa dingin tiba tiba sangat terasa. Sivia menolehkan kepalanya pelan kea rah suara tangisan itu. Tak dilihatnya siapapun disitu. Saat sivia hendak melangkah ia kembali lagi mendengar suara itu. Kini ia merasa bahwa suara itu berasal dekat darinya. Ia pun menoleh kembali kea rah pohon, perlahan lahan ia melihat dari bawah hingga ke atas pohon yang disampingnya.
Betapa terkejutnya ia saat ia melihat sosok wanita bergaun putih yang tergantung di dahan pohon dengan muka berdarah. Bekas luka kering itu terlihat begitu jelas. Ia melihat kembali mata orang itu sudah tertutup. Ia menatap kembali dengan seksama sosok wanita yang ia duga adalah mayat itu. Tiba tiba mayat tersebut membuka matanya lebar lebar dan kini menatap sivia dengan tajam.
--
Shilla memberhentikan larinya sejenak. Ia merasa kelelahan. Ia berhenti disebuah pohon dan memutuskan untuk duduk sebentar. Ia mengatur nafasnya perlahan kemudian memijit kakinya yang Nampak sudah capek karena berlari tadi. Shilla melihat kearah sekitarnya. Ia merasa bahwa ia mengenali tempat ini. Shilla mencoba mengingat kembali daya ingatnya itu. Akhirnya Shilla sadar bahwa ia berpisah dengan Chelsea tepat ditempat Shilla berada sekarang.
Belum lama shilla beristirahat, shilla merasakan bahwa ada sesuatu yang bergerak perlahan sedari tadi. Sosok bayang bayang yang terus pergi entah kemana. Mata shilla menangkap sosok bayangan gelap itu. Dilihatnya bayangan itu menghilang kembali. Ia terkejut saat ia merasakan hawa dingin berada dibelakangnya. Ia pun menoleh kebelakang. Dan bayangan yang ia lihat tadi telah ada tepat dihadapan shilla sekarang.

--

Cakka mengutak ngatik hpnya kembali agar ia dapat berkomunikasi dengan teman temannya. Namun sayang ia berada ditempat yang tidak ada jaringan sama sekali. Ia mendengus pelan dan kecewa.
“Harusnya kita nggak seharusnya berlibur ditempat kaya gini” Cakka mendengus kesal sambil menendang batu kecil yang ada didepannya
“Emangnya kenapa?” Oik membalas ucapan cakka
“Kita jadi kaya gini. Gue udah capek harus berhadapan dengan kegelapan dan setan mulu” Ketus Cakka
“Hush, elo nggak boleh ngomong gitu ditempat kaya gini. Ntar kalo ada beneran gimana? Lagian kan kita juga nggak tahu kalo kejadiannya bakal kaya gini” Sahut Oik
“Yah coba aja kalo Chelsea nggak hilang, pasti nggak aka nada kejadian kaya gini. Sekarang kita harus gimana jug ague nggak tahu” Ucap Cakka kembali
“Yaudah, jangan ngeluh terus. Yang terpenting sekarang kita masih aman dan sekarang kita cari Chelsea lagi aja” Timpal oik. Cakka menoleh kea rah oik sambil tersenyum tipis padanya. Muka oik menjadi merah pada saat itu. namun kegelapan saat itu membuatnya sedikit tenang karena ia bisa menyembunyikan raut wajah merah meronanya.

--

Gabriel melambatkan tempo berlarinya. Ia menoleh kebelakang kembali seakan ingin mencari tahu bagaimana situasi sekarang. Ia memberhentikan langkahnya sejenak. Ia merasakan bahwa ia sedang berada di jalur yang ia tidak ketahui. Ia melihat kesekitarnya. Ia tersadar bahwa sekarang ia sudah tak tahu dimana ia berada. Perlahan Gabriel berjalan sambil melihat kesekitarnya. Gabriel terjatuh saat kakinya tak sengaja tersandung oleh sebuah papan keras. Gabriel mengeluarkan ponselnya dan bermaksud untuk menyenter benda apa yang sudah membuatnya tersandung tadi.
“Inikan?”
Gabriel terkejut saat ia melihat benda yang ia temukan itu. Ia melihat sebuah batu bertuliskan sebuah nama. Sebuah nama yang sangat teramat asing baginya. Belum lama ia berdiam diri disitu. Tiba tiba ia merasakan ada sesuatu yang menariknya dari bawah. Ia sadar bahwa ada sebuah tangan yang muncul dari tanah itu dan berusaha menarik Gabriel. Dengan sisa sisa tenaganya Gabriel berusaha melepaskan tangan itu dan berusaha untuk melarikan diri dari tempat itu.
Ia berlari namun ada sosok yang muncul dihadapannya yang menarik leher Gabriel kencang. Gabriel ingin berteriak namun suaranya tak bisa keluar sama sekali. Gabriel menatap sosok itu. sosok itu begitu mengerikan mukanya dipenuhi darah dan tubuhnya dipenuhi oleh luka luka yang begitu mengerikan.
Sosok itu masih memegang leher Gabriel dengan keras kemudian mengangkatnya menggunakan tangannya. Kemudian ia melempar Gabriel ke tanah dengan keras. Lemparan dari sosok itu begitu keras hingga membuat Gabriel terjatuh lemas dan dari mulutnya mengeluarkan darah. Kemudian ia tak melihat bayangan itu lagi. Gabriel merasakan kepalanya seakan berputar putar dan ia tak melihat apapun lagi.

--

Alvin berteriak keras memanggil Chelsea, ia merasakan bahwa ia sudah jauh berjalan dari Rio. Tak dilihatnya Rio di belakangnya. Mungkin karena rasa khawatirnya itu membuatnya tak sadar sudah sejauh mana ia berjalan untuk menemukan adiknya tersebut. Ia berhenti disebuah pondok kecil. Ia heran dengan pondok itu. Ia kembali meneriakki nama adiknya itu dengan keras. Tiba tiba keluar seorang lelaki sudah paruh baya. Hanya rambut putih yang sangat tipis terlihat menutupi kepalanya. Lelaki itu menatap Alvin dengan pelan. Begitu juga dengan Alvin. Alvin pun berjalan menghampiri lelaki itu.
“Permisi kek, apa kakek melihat ada seorang gadis dengan tinggi sekitar segini, berambut panjang. Kulitnya putih. Tadi lewat disini nggak kek?” Tanya Alvin pelan. Kakek itu kini menatap Alvin kembali dengan tatapan yang sangat tajam.
“Apa kamu tahu tentang mitos telaga ini?” Kakek itu kini memberikan pertanyaan kepada Alvin
“Mitos apa kek?”
“Mitos tentang penunggu disini?” Timpal kakek itu yang membuat jantung Alvin seakan berdetak lebih kencang.
“Enggak kek” Jawabnya pelan.
“Dengan siapa kamu kesini?”
“Dengan teman teman aku kek dan adik aku”
“Carilah mereka dan bergegaslah pergi dari sini. Tempat ini terlalu berbahaya buat kalian. Cepatlah sebelum kalian menjadi korban berikutnya” Jelas kakek tua itu pelan kemudian ia berjalan memasuki rumahnya kembali. Alvin terdiam ditempat dan merenungi ucapan kakek tersebut. Ia melihat jam yang ada ditangannya. Jam itu sudah menunjukkan pukul 21.30. Ia pun memutuskan untuk mencari teman temannya yang lain dan tidak lupa juga dengan Chelsea.

--

Rio berusaha menghangatkan tubuhnya sendiri. Udara pada malam ini begitu dingin sehingga membuatnya sedikit menggigil karena kedinginan. Ia melihat kedepan Nampak tak terlihat bayangan Alvin didepannya. Rio pun melihat kesekitarnya kembali. Dilihatnya sebuah bayangan yang melintas didepannya. Bayangan itu begitu cepat menghilang.
Namun ia tersadar saat ia merasakan bahwa kini tubuhnya terseret. Ia terjatuh dengan terlentang. Ia berteriak dengan keras. Tubuhnya terseret ditanah dengan cepat dan behenti tepat didepan pohon dengan kencang sehingga membuatnya terhempas dengan keras membuat Rio terluka dan mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.

--

Shilla berteriak keras saat ia melihat sosok yang ia lihat tadi sangat tampak begitu mengerikan. Sosok itu kini memegang leher shilla sehingga membuat shilla terlihat sangat kesusahan dalam bernafas. Shilla berusaha melepaskan tangan yang memegang lehernya itu dengan sangat erat. Namun apalah daya kekuatan dari gadis itu. ia tak mampu melawan sosok itu. Tiba tiba saja ada sesuatu yang terlihat di pikiran shilla. Sesuatu itu seakan nyata. Saat shilla menyadarinya ia nampak sudah tak berdaya.

--

Chelsea memberhentikan langkahnya saat ia melihat langkah Alvin terhenti. Alvin menoleh ke arah Chelsea dan tersenyum kepadanya.
“Sudah saatnya, aku sudah lelah. Tolonglah aku” Rintihnya pelan. Chelsea masih terheran dengan ucapan Alvin
“Maksud kakak?”
“Aku ingin melamarnya? Apakah kamu menyetujuinya?” Alvin kini memberikan pertanyaan yang membuat Chelsea semakin kebingungan.
“Kak aku nggak ngerti maksud kakak apa deh, kakak mau melamar siapa sih?” Kini Chelsea kembali bertanya
“Kenapa kamu begitu padaku? Apa aku sudah salah selama ini? Apa aku membuatmu merasa menjadi kesepian?” Tanya Alvin. Ada perasaan sedikit menyentuh dihati Chelsea. Ia jadi teringat beberapa peristiwa masa lalu disaat ia dan Alvin masih terlihat sangatlah dekat.
“Kak, Chelsea sayang sama kakak” Guman Chelsea pelan
“Kenapa kamu menggagalkannya? Kenapa kamu melakukannya?” Kini Alvin berteriak keras dengan tatapan tajam kearah Chelsea. Chelsea semakin bingung serta ketakutan. Ia berusaha berjalan pelan mundur ke belakang.
Saat ia menoleh ke belakang muncul sosok perempuan yang tak ia kenal memandangnya dengan tajam. Chelsea kini merasa bahwa ia sedang diapit oleh dua makhluk yang misterius. Tiba tiba bayangan Alvin tadi berubah menjadi sosok yang mengerikan begitu juga bayangan wanita yang ada didepan Chelsea. Chelsea kaget tak percaya dengan apa yang ia lihat. Tubuhnya bergetar hebat. Tiba tiba perempuan itu menarik tangan Chelsea dengan keras dan membawa Chelsea menuju tempat lain. 

--

Sivia tak berkutik saat ia melihat sosok bayangan itu kini berada didepannya. Tangan daripada sosok wanita itu kini menyentuh kedua pipinya. Ia merasakan aroma yang sangat tidak enak dari sentuhan sosok itu. Ingin rasanya sivia berlari namun ia tak bisa karena kini ia merasa bahwa dirinya sedang terjebak disitu.
Sivia menegukkan air ludahnya kembali dan berusaha menatap sosok bayangan itu. Sosok itu terlihat begitu sangat mengerikan. Matanya yang terlihat sudah melepuh serta luka luka yang begitu jelas terlihat dari wajahnya membuat sosok itu terlihat sangat mengerikan. Bahkan begitu mengerikan karena ia melihatnya langsung dihadapannya. 

--

“KKa, gue takut nih”
“Gue juga”
“Payah ah lo kan cowok”
“Apa hubungannya? Biarpun gue cowok kalo dalam situasi kaya gini juga pasti bakal takutlah”
Oik terdiam. Cakka juga terdiam. Mereka berdua merasa begitu asing dengan tempat mereka sekarang.
“Kita dimana nih?”
“Nggak tahulah”
“Lo lihat anak anak yang lain nggak?”
“Enggak”
“Kka..”
Oik terhenti berjalan. Cakka juga ikut berhenti. Cakka melihat oik yang begitu diam. Cakka mendekat dan berusaha memanggil oik.
“Ikk. Lo ngga apa apa kan?”
Oik melotot tajam kearah Cakka. Cakka begitu kaget melihat oik yang sangat berbeda. Oik terlihat begitu kasar padanya. Cakka berusaha menyadarkan Oik. Oik mendorong Cakka keras hingga membuat Cakka terjatuh ke tanah. Cakka berusaha berjalan mundur seakan berusaha menjauh dari Oik. Kemudian Cakka berlari sekuat tenaga namun ia melihat Oik terus mengejarnya. Cakka akhirnya terjatuh saat ia tak sengaja tersandung sebuah batu besar. Cakka menyadari bahwa perutnya terasa sakit. Ia memegang perutnya perlahan dilihatnya cairan cairan begitu membanjiri telapak tangan Cakka. Cakka mendelik tajam kemudian dilihatnya Oik kini berada didepannya dengan tersenyum. Raut wajah cakka kini Nampak sangatlah ketakutan. Ia berusaha berlari dan menghindar dari Oik namun Oik tiba tiba mengeluarkan ranting pohon yang tak begitu besar. Dilihatnya Oik seperti hendak menusukkan ranting itu pelan kea rah Cakka. Cakka menutup matanya dengan pasrah menerima keadaannya sekarang.

--

Bersambung..
Tunggu “We Are CRASS – Bab 5 Part 3” Segera!!
Kritik & saran mention ke @quotesshivers
Thankyou for reading all!

1 comment: