Sebuah cerita pendek dari
Quotesshivers.blogspot.com
Cinta tak
terbalas
Aku tak pernah berpikir
Disaat aku telah bersama orang
lain
Aku menemukanmu
Aku tak berpikir aku mempunyai
perasaan yang sama denganmu
Aku hanya berpikir bagaimana cara
agar aku tak menyakiti perasaanku
Karena aku tak mau kau tersakiti
olehku
Calvin berjalan menyusuri koridor
kampusnya, matanya menatap kesegala penjuru arah. Namun sosok yang ia cari tak
kunjung terlihat batang hidungnya. Diambilnya sebuah ponsel dari dalam tasnya
kemudian ia segera memencet beberapa angka angka yang sudah ia hafal diluar
kepala.
“Halo” Ujar suara dari seberang
“Vi, lo dimana? Gue udah nungguin
lo di koridor bawah tapi elonya malah nggak ada. Gimana sih lo? Jadi nggak?”
“Sorry vin, gue baru selesai kelas
nih. Gue akan nyusul lo deh. Lo tunggu disitu ya vin?”
“Oke”
Suara nada putus terdengar,
kembali Calvin memasukkan ponselnya kedalam tasnya. Ia duduk disekitar bangku
yang ada di koridor itu. Ia kemudian tersenyum saat melihat sosok yang ia nanti
sudah dating dan berlari menghampirinya.
“Vin, sorry yah. Lo udah lama ya
nunggunya?” Ucap gadis itu dengan nafas tak karuan. Calvin mengambil satu botol
air yang baru ia beli dari kantin tadi dan menyerahkannya kegadis itu.
“Nih”
“Thanks vin, elo emang sahabat gue
yang ngertiin gue banget deh” Ucap gadis itu sambil mengambil minuman yang
Alvin berikan namun minuman itu kembali lagi ditarik oleh calvin
“Eits tunggu dulu”
“Apa lagi sih vin?”
“Sebagai ganti karena lo telat lo
harus traktir gue nanti sepulang dari took buku”
“Ye, dasar lo maunya yg gratisan
mulu. Kagak modal amat sih lu jadi cowok vin” gadis itu sambil mengambil
minuman dan menegukkan
“Thankyou sevia yg cantik” Alvin
hanya tersenyum pada sivia yang terlihat sangat kehausan pada saat itu.
“Vin, gue mau lihat lihat ke sana
yah” sevia menunjuk pada papan yg bertuliskan “resep masakan”. Calvin
mengangguk dan ia berjalan kearah lain. Ia mengitari seisi toko buku, namun Calvin
merasa bosan jujur saja baru kemarin sore ia menginjakkan kaki ke took buku ini
kalau tidak sevia yang memaksa dirinya untuk menemaninya sepulang kampus ke
took buku ia lebih memilih membaca komik yang ia beli kemarin sambil menyantap
cemilan dan mendengarkan lagu sambil tidur tiduran di kasur yang empuk.
Karena tak tahu apa yang harus ia
perbuat calvin pun mencari sivia, ia melihat dari belakang seperti sosok sivia
ia langsung menegur pundaknya sehingga membuat gadis itu kaget begitu juga
dengan Calvin.
“Vi, lo kok lama banget sih”
tegur calvin sambil menepuk pundak gadis itu dari belakang. Saat gadis itu
menoleh Calvin kaget ternyata gadis itu bukan sevia melainkan orang lain.
“Maaf ya mbak, gue kira mbak
temen gue” Calvin meminta maaf pada gadis itu
“halah, gue nggak bodoh kok,elo
itu pura pura nyari temen lo padahal lo mau kenalan sama gue kan” ucap gadis
itu dengan jutek. Calvin kaget mendengar balasan jawaban dari gadis itu
“enggak kok, gue nggak bermaksud
untuk kenalan sama mbak” celutuk Calvin
“jangan pura pura deh” sindir
gadis itu lagi
“ya udah terserah mbak mau
percaya atau tidak. Lebih baik gue nyari temen gue deh” balas Calvin
“ya silahkan lain kali kalo mau
kenalan sama cewek jangan asal gitu donk mas” oceh gadis itu kembali, Calvin
yang melihat bayangan sevia pun langsung memanggil sevia.
“Sevia” teriak Alvin. Gadis itu
menoleh kea rah gadis yang dipanggil oleh Calvin, sevia melemparkan senyum kearah
Calvin dan berjalan mendekatinya.
“Ada apa vin? Lo ngapain di sini?
Lo lagi baca masalah wanita?” ledek sevia sambil melihat buku buku yang
terpajang disekitarnya
“kagak, tadi gue kira elo disini
makanya gue samperin eh ternyata yang gue samperin bukan elo tapi cewek judes
banget. Nih dia orangnya” tunjuk Calvin pada gadis disampingnya. Namun tak ada
gadis yang dimaksud Calvin tadi. Calvin pun celingukan mencari gadis itu.
“mana vin? Nggak ada siapa siapa
kok disamping lo”
“tadi ada vi” desihnya pelan
sambil melemparkan penglihatannya ke segalaarah
“elo laper kali vin makanya jadi
berkhayal gini, udah jam segini cabut aja yuk” Tanya sevia sambil menarik
tangan Calvin keluar dari toko. Akhirnya Calvin menuruti kata sivia juga, Calvin
berpikir mungkin gadis yang ia temui tadi malu karena ia salah paham dan
langsung melarikan diri.
Calvin merebahkan tubuhnya ke
kasur, matanya terpejam untuk beberapa saat. Ia merasakan suasanya nyaman
sejenak kemudian ia mendengar suara mamanya yang sedang memanggilnya. Ia
membuka matanya dilihatnya mamanya sedang berada didepannya. Calvin
membangunkan tubuhnya itu dan menatap mamanya.
“sayang, tolong kamu beliin ini
ke supermarket yang ada didepan yah” mama Calvin menyerahkan secarik kertas
kecil serta beberapa lembar uang kepada Calvin.
“kembaliannya buat kamu” jelas
mamanya kembali. Calvin mengambil kertas itu dan uangnya tentunya. Kemudian ia
menuju garasi. Ia mengeluarkan mobil hitam miliknya itu dan menancapkan gasnya
menuju ke supermarket tersebut.
“Mbak mau Tanya ini dimana yah?”
Tanya Calvin kepada salah satu wanita yang menjadi pelayan di supermarket itu.
Wanita itu mengangguk dan menunjukan letak tempat yang dimaksud oleh Calvin
dengan cekikikan.
“Astaga jadi yang dimaksud itu
tempat ini” Calvin menatap tempat itu dan segera berusaha menjaga imagenya.
Bagaimana mungkin seorang pria memasuki tempat pembalut wanita. Saat ia hendak
mengambil salah satu dari beberapa deretean pembalut itu ada tangan lain yang
juga mengambil benda yang ingin Calvin ambil. Calvin menoleh kea rah sampingnya
dan begitupula orang yang disampingnya pun terkejut.
“elo kan?” ucap mereka bersamaan
“elo lagi?”
“elo ngapain disini? Tadi gue
ketemu elo di toko bukubagian kategori
serba wanita, sekarang elo mau beli yang ginian?” celutuk gadis itu sambil
menunjukkan sebuah pembalut yang ia pegang
“enak aja, gue kesini disuruh
nyokap gue. Lihat nih ada tulisannya. Lagian man ague tahu itu jenis pembalut.
Gue kira itu roti” balas Calvin disambut suara tawa dari gadis itu
“haha lo tuh ya cupu abis tau.
Masa merek ini aja lo kagak tahu” ledek gadis itu. Alvin mendengus kesal
kemudian ia mengambil salah satu pembalut itu dan memasukkannya kedalam
keranjangnya dan meninggalkan gadis itu. Gadis itu masih dengan tawanya
berjalan menuju kasir.
“tapi mbak tadi gue nggak bawa
uang pas, coba di check lagi. Pasti ada kesalahan deh” teriak gadis itu pada
kasir yang menanganinya
“nggak mbak, atm mbak sudah
diblokir jadi nggak bisa dipakai lagi. Kalau mbak nggak punya uang yang tunai
lebih baik mbak nggak usah beli aja” jelas kasir itu. Gadis itu menatap kasir
itu dengan pandangan sini. Calvin yang melihat keributan itupun langsung
bertanya pada kasir itu
“ada apa mbak? Kenapa sama dia?”
Tanya Calvin sambil menunjuk kearah gadis itu yang terlihat sibuk dengan
ponselnya
“itu tuh mas, atmnya sudah
diblokir dia ngotot kalau kita yang salah. Udah gitu dia nggak bawa uang yang
pas aja lagi” jelas kasir itu. Calvin pun berjalan menuju gadis itu dan menarik
tangan gadis itu.
“eh apa apaan sih lo asal tarik
tangan orang aja”
“udah ikut gue bentar ke kasir”
“loe mau malu maluin gue yah?”
“udah ikut aja”
Gadis itu pasrah dan mengikuti Calvin.
Seketika semua pengunjung disitu menatap kearah mereka berdua.
“maaf mbak, dia temen gue.
Sebagai gantinya gue yang akan bayar dulu deh, sama sekalian gue mau bayar
belanjaan gue mbak” ucap Calvin sambil menyerahkan belanjaannya setelah itu
kasir itu mengucapkan nominal pembayaran yang harus Calvin bayar, Calvin
langsung mengeluarkan uangnya setelah pembayaran selesai mereka berdua keluar
dari supermarket itu.
Kini mereka berdua duduk diatas
trotoar jalan. Calvin menyerahkan sebuah ice cream yang barusaja ia beli lagi.
Gadis itu hanya mengambilnya dengan tersenyum.
“karena elo yang bayar belanjaan
gue. Bukan berarti gue harus nurut sama elo kan?” Tanya gadis itu
“enggak kok, tenang aja gue nggak
akan macam macam sama elo”
“baguslah, gue akan ganti
secepatnya. Nama lo siapa? nomor telepon lo?”
“gue Calvin, ini kartu nama gue”
ucap Calvin menyodorkan kartu namanya. Gadis itu mengambilnya dan mengeluarkan
senyum sinisnya.
“gaya banget sih lo pake buat
kartu nama segala. Kaya pengusaha aja” ledek gadis itu
“biarin, lagian gue kan calon
pengusaha” balas Calvin sambil tertawa
“oh ya nama lo siapa?”
“gue syila”
“syila? Hmm”
“kenapa? Ada yang aneh ya sama
nama gue?”
“enggak gue heran aja nama lo
bagus tapi kenapa orangnya judes yah”
“enak aja gue gak judes tuh, masa
cantik cantik kaya gini ada tampang tampang judes”
“ ceileh, sempet sempetnya elo
puji diri lo. Eh rumah lo dimana? Udah malem nih gue anter ya?” Tanya Calvin
“nggak usah habis ini gue mau
kerja, jadi gue langsung ketempat kerjaan gue.”
“kerja ? lo udah kerja? Kerja
dimana emangnya?” Tanya Calvin penasaran
“yaelah segitu keponya elo ke
gue? Atau jangan jangan elo udah naksir sama gue lagi?”
“enak aja”
“ yaudah lain kali gue akan
certain, gue cabut dulu yah. Gue akan secepatnya bayar utang gue kok” ucap syila
sambil bangkit berdiri dan melempar senyum kepada Calvin. Calvin hanya
mengangguk dan ia segera sadar akan belanjaan yang ia pegang sedari tadi.
“astaga mama pasti marah besar nih”
Dua minggu telah berlalu, Kelas Calvin
sudah selesai dari tadi namun Alvin masih terlihat duduk sendiri di bangku
taman itu. Bayangan syila sepertinya tak bisa lepas begitu saja dari pikiran Calvin.
Calvin masih tertawa kecil ketika ia mengingat pertemuannya dengan shilla yang
membawanya hingga bertukar nomor. Dan saling bercerita satu sama lain. Namun
yang menjadi penyesalan bagi Alvin karena selama dua minggu itu ia tak pernah
bertemu dengan syila, ia hanya berkomunikasi lewat pesan singkat saja. Syila
beralasan bahwa ia sedang bekerja keluar kota.
“woy bro, ngelamun aja lo.
Mikirin siapa sih lo?” Calvin yang sadar bahwa sevia sudah disitu langsung
menggeser posisinya ke samping agar sivia bisa duduk disampingnya.
“nanti malem gue mau jalan lo”
jelas Calvin sambil menatap kedua mata sivia
“jalan sama orang?”
“ya iyalah masa sama kucing gue”
balasnya
“sama cewek?” sevia kembali
menanyakan hal yang membuat Calvin semakin geram
“iya sivia yang cantik gue mau
jalan sama cewek, namanya syila. Anaknya cantik, gokil lagi” balas Calvin sambil
melemparkan senyum lebarnya pada gadis yang disampingnya itu.
“vin, gue gak salah denger kan?
Apa gue lagi mimpi yah?” sevia mencubit lengan serta pipinya sendiri kemudian
ia berteriak kesakitan dan menatap Calvin kembali
“ah Calvin, akhirnya lo jalan
juga sama cewek. Gue kira elo nggak bakalan laku seumur hidup lo” teriak sevia
keras yang membuat tangan Calvin harus membekap mulut sevia.
“vi, jangan keras keras gitu dong
ngomongnya. Malu kalo anak anak denger”
“iya maaf deh, gue penasaran sama
cewek yang mau jalan sama lo, kapan kapan kenalin ke gue ya”
“okay itumah bisa diatur.
Sekarang elo bantuin gue”
“bantuin apa?”
Calvin hanya mengangkat salah
satu alisnya dan tersenyum lebar ke sevia. Kemudian menariknya untuk masuk ke
dalam mobil hitam miliknya.
Mobil Calvin masih terus
mengitari tempat yang tadi syila tujukan padanya melalui pesan ke ponselnya. Masih
dua jam lagi ia akan bertemu dengan syila, Calvin memutuskan untuk berjalan
jalan mencari suasana malam yang segar. Calvin melihat kesekelilingnya. Ramai.
Itulah gambaran yang ada dibenak Calvin saat ini. Ia memberhentikan mobilnya
dan bertanya pada seorang pedagang asongan yang sedang mangkir disitu.
“mang, kok ramai lagi ada apaan
yah?”
“oh itu mas, sekarang kan ada
pameran gitu”
“oh makasih ya mang”
“sama sama mas”
Calvin menuju parkiran ia
memarkirkan mobilnya kemudian ia segera memasuki kesebuah bangunan yang akan
dipakai untuk pameran. Calvin memandang ke sekelilingnya banyak barang barang
elektronik. Calvin berpikir bahwa hari itu sedang diadakan pameran barang
eletronik. Ia menatap kesebuah tv berukuran besar kemudian ia segera sadar ada
seseorang yang menepuk pundaknya.
“Bapak sedang mencari apa yah?
Apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya gadis itu. Calvin kemudian menoleh ke arah
gadis itu. Untuk kedua kalinya ia terkejut.
“syil ague gak salah lihat kan?”
“Calvin?”
“lo kok bisa disini? Dan dandanan
lo?” ucap Calvin sambil menatap dandanan syila
“iya vin, gue kerja disini”
ucapnya lirih
“kerja disini maksud lo? Lo jadi
SPG gitu?” syila menganggukan kepalanya. Calvin hanya tak percaya menatap
keadaan syila sekarang. Dengan dandanan yang menyolok serta baju yang sangat
ketat dan terlihat terbuka. memang tak bisa mengelak untuk tidak percaya lagi
dengan apa yang dikatakan oleh syila.
“ya udah elo lanjutin kerjaan elo
aja, gue tunggu elo diparkiran yah” jelas Calvin. Lagi lagi syila hanya
menundukkan kepalanya dan melihat bayangan Calvin menjauh dari pandangannya.
Terdengar hembusan nafas kekesalan syila pada malam itu.
Calvin menatap kea rah langit
sambil duduk didepan mobilnya, ia menatap sekumpulan bintang yang terlihat
menyatu dengan bintang bintang lainnya. Sehingga terlihat pancaran sinarnya
makin terasa saat bintang bintang itu menyatu. Tiba tiba terlintas wajah syila
diantara bintang itu Calvin hanya tersenyum.
“vin, maaf lama yah” celutuk
seorang gadis yang kini berada disamping Calvin
“nih” ucapnya kembali sambil
menyodorkan sebuah minuman pada Calvin
“thanks” ucap Calvin sambil
menegak minuman itu
“vin, elo nggak malu masih mau
jalan sama gue?” Tanya syila
“malu kenapa?”
“kerjaan gue”
“elo kan cuman SPG biasa aja,
wajarlah kalo spg dandanannya kaya tadi. Gue bisa ngerti kok” ucap Calvin
sambil tersenyum
“tapi vin, bukan cuman itu aja….”
Ucapan syila terpotong karena sebuah telunjuk berada dibibir syila pada saat
itu. Syila hanya menatap ke kedua mata Calvin.
“gue nggak peduli mau bagaimana
status lo, yang gue rasakan saat ini gue butuh elo. Dan yang gue ingin elo jadi
pendamping gue” Calvin menatap mata syila dan ia merasakan suatu getaran yang
sangat terasa dikedua hatinya. Malam itu menjadi saksi adanya dua insan yang
merasakan gejolak cinta yang indah.
Malam itu Calvin mengajak syila
kesebuah pantai, syila hanya menuruti perkataan Calvin. Sejujurnya syila tak
bisa mengelak bahwa ia telah merasakan
benih benih cinta yang telah ditabur oleh Calvin didalam hatinya itu
telah tumbuh. Ia menatap kearah Calvin yang sedang menyetir itu dengan
tersenyum, sesekali ia mengusap peluh keringat yang ada di kening Calvin. Calvin
hanya memegang tangan syilla sambil menciumnya juga dengan tersenyum.
“udah sampai” ucapnya pelan.
Syila menatap kesebuah pantai yang
hanya terdengar suara desiran ombaknya. Ia keluar dari mobil dan berdiri
menatap pantai itu ditengah suasanya mala mini. Ia merasakan suasana hangat
dari belakang. Calvin memeluknya dari belakang dengan pelan syila memejamkan
matanya untuk merasakan getaran getaran cinta yang tengah datang kembali pada
dirinya.syila memegang kekedua pipi Calvin dengan lembut. Ia kemudian mendengar
suara samar samar ditelinga kanannya.
“I love you” desih Calvin pelan
dan syila tersenyum
Syila masih duduk ditengah pasir
pasir pantai dimalam hari pandangannya masih lurus dengan menatap pantai itu.
Tiba tiba Calvin dating membawa sebuah lilin dan menyalakannya didepan syila,
ia juga membawa gitar dan ia langsung duduk disamping syila. Syila menatap
kearah Calvin lagi.
“syil, gue persembahin sebuah puisi
buat elo”
“Puisi ini berjudul Complete”
Terdengar suara petikan gitar
yang mengalun lambat dan terdengar sangat menggugah hati.
Tanpa terasa
Dirimu yang dulu kini berbeda
dengan sekarang
Dulu kita bukanlah siapa siapa
Tak saling mengenal
Tak saling memikirkan
Kini
Kita berbeda
Aku telah mengenal dirimu
Dan kaupun telah mengenalku
Ijinkanlah aku
Untuk lebih mengenalmu
Ijinkanlah aku
Untuk memasuki ruang hatimu lebih
dalam lagi
Yang aku harapkan bukan
kebahagiaan sesaat
Namun aku juga ingin merasakan
suatu keseriusan
Mungkin aku tak tahu bagaimana
hidupku jika tanpamu
Hidupku akan kosong melebi sebuah
ruang dalam gelas yang tak berisi air
Hidupku akan sepi tanpa ada canda
tawa darimu
Dan hidupku akan berbeda jika aku
tak mengenalmu
Didalam percintaan ada suka dan
duka
Ijinkan aku menjadi bibir saat
kamu melepaskan tawamu
Ijinkan aku menjadi tangan agar
aku dapat mengusap air matamu
Ijinkan aku juga untuk menjadi
bagian dari hidupmu.
Syila diam, ia tak tahu harus
bagaimana menghentikan perasaannya pada saat itu. Ia tak tahu harus meluapkan
kegembiraan atau kesedihan pada saat itu. Calvin pun berhenti. Ia melihat syila
yang menangis, Calvin menatap syila kemudian ia mengusap air mata syila dan
membiarkan syila larut dalam emosinya saat ini.
“Vin, gue pengen pulang”
“gue anter yah?”
Syila mengangguk, tadinya Calvin
berniat untuk mengantarkan syila langsung kerumahnya namun syila menolak dengan
alasan merepotkan. Dan akhirnya Calvin kini menunggu bus bersama dengan syila.
“Vin, terimakasih yah”
“Iya syil”
“Vin”
“Iya?”
“Besok gue harus keluar kota,
jadi kemungkinan kita nggak akan bisa berkomunikasi kembali”
“Loh kenapa kan biasanya juga
kita sering smsan”
“tapi ini beda vin, ini.. ini..
ini lebih susah untuk bersmsan” syila terlihat seolah olah mencari alasan
“baiklah jika itu mau kamu. Kapan
kamu akan kembali?” Tanya Calvin sambil menatap syila
“aku belum tahu. Aku akan
menghubungimu kalau aku udah balik” desihnya
“aku akan selalu menunggumu
shil..” ucap Calvin sambil tersenyum sekali lagi syila hanya merasakan pedih
didalam hatinya. Ia tak tahu bagaimana Calvin akan tahu tentang keadaannya.
Dua bulan telah berlalu, tanpa
ada komunikasi sama sekali Calvin tadinya mencoba untuk berusaha melupakan syila.
Namun ia tak bisa berbohong jika ia sangat sulit untuk melupakannya. Mungkin ia
membenarkan sebuah kata yang sangat pas untuk dirinya saat ini. Ia mengetikkan
sebuah pesan singkat untuk gadis yang selama ini ia tunggu.
Syila kembali menemukan kartunya
yang selama ini ia cari cari. Ia segera memasang simcardnya itu kedalam
ponselnya. Setelah terpasang muncul pemberitahuan pesan yang banyak dari sebuah
nama yang selama ini ia sangat rindukan. Ia membaca satu persatu pesan itu
dengan pelan.
From: Calvin
Berada jauh darimu, membuatku
mengerti sebuah kerinduan.
Salam kangen Calvin. Miss u :*
--
From: Calvin
Senyumku untuk semua orang tetapi
cintaku hanya untukmu seorang. Love you syila J
--
From: Calvin
Kalau kita sayang sama dia jangan
berpikir bagaimana kita bisa miliki dia. Tapi berpikir bagaimana cara untuk
selalu ngebahagiain dia.
Miss you syil :*
--
From: Calvin
Aku hanya memerlukan waktu
semenit untuk mengenalmu
Satu jam untuk menyukaimu
Dan satu
hari untuk mencintaimu
Tapi kenapa aku memerlukan waktu
seumur hidup untuk melupakanmu.
--
From: Calvin
Sudah dua bulan? Mana janji kamu
untuk menghubungiku? Apakah kamu melupakanku?
--
Syila masih terus membaca pesan
pesan yang dikirim Calvin untuknya. Syila tak menyangka jika Calvin masih setia
menunggunya. Ia mengambil kartunya kembali dan membuangnya. Kemudian ia segera
merapikan dandanannya dan bersiap bekerja kembali.
“Gila, kalo lo terus terusan kaya
gini bisa bisa gue yang takut tau gak sih” cerocos sevia langsung sambil
mengambil tempat duduk disamping Calvin. Calvin masih terlihat duduk termenung
di bangku taman. Terlihat ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri
“Hallo vin, lo nyadar nggak sih
ada cewek cantik yang duduk disamping lo, masa lo cuekin sih” ucap sevia keras
dikuping Calvin sehingga membuat Calvin terkejut.
“Apa apaan sih lo vi, kaget tau”
ucapnya
“yaelah, gue udah disini ngomong
dari tadi eh elonya malah nggak nanggepin gue” balas sevia
“Maaf vi, gue nggak bermaksud
nggak nanggepin elo kok”
“yayaya gue udah ngerti kenapa lo
sampe gini. Tapi elo harus move on dong vi”
“gak bisa vi”
“terserah elo deh mau sampai
kapan elo masih ngarepin cewek pujaan lo itu.”
Calvin hanya melemparkan senyum
sesaat pada sevia.
“sekarang temenin gue yuk”
“kemana?”
“cari makan, gue laper. Gue
traktir elo deh”
“yakin?”
“iya, yuk cabut”
Akhirnya Calvin dan sevia
meninggalkan taman itu kemudian mereka berkeliling sekitar pedangan asongan
untuk mencari makanan. Saat Calvin tengah melihat kearah pedangan asongan ia
melihat sosok gadis yang ia kenal sedang berada disitu. Gadis itu tidak
sendirian ia terlihat bersama dengan seorang pria. Namun pria itu masih
terlihat duduk menunggu diatas motornya.
“Lo mau rujak vin?” Tanya sevia
sadar ketika ia melihat pandangan Calvin kea rah pedagang rujak itu
“Oh enggak kayaknya itu syila
deh” tunjuk Calvin pada gadis yang ia lihat dari tadi
“hah? Yang bener? Mana mana biar
gue lihat dia” sevia pun membulatkan matanya saat melihat siapa gadis yang Calvin
tunjuk.
“Vin, jadi yang elo certain
tentang syila itu?” Tanya sevia masih dengan mengamati gadis yang ditunjuk Calvin
dengan seksama
“iya itu, lo kenal vi sama dia?”
“iya gue kenal, dia itu temen sma
gue dulu”
“kenapa elo nggak pernah cerita?”
“gue aja nggak tahu syila yang
elo maksud itu adalah dia”
“iya dia, tapi ngapain yah dia
sama cowok itu. Itu pacarnya yah” desih Calvin pelan
“vin, itu suaminya” ucap sevia
yang membuat Calvin membelak tak percaya. Ia mengamati lelaki itu yang kini
dating kearah syila yang sedang menikmati buah melon. Ketika lelaki itu hendak
mengambil melon yang ada ditangan syila, syila menepiskan tangan lelaki dan
terus menikmati buah melon itu sendiri, lelaki itu hanya tersenyum sambil
mencoba menggoda syila kembali.
Calvin merasakan perih saat
mengetahui gadis yang ia dambakan selama ini ternyata telah menikah. Ia
kemudian menatap sevia dengan serius seolah olah ia sedang bertanya Tanya tentang
apa yang telah diucapkan sevia.
“Jadi waktu sma syila dikeluarin
karena ya gitu deh. Syila sering bolos sekolah dan pernah ketahuan oleh pihak
sekolah kalau dia berada di klub malam gitu”
“Trus?”
“Ya setelah itu yang gue tahu dia
jadi SPG gitu. Dulu gue juga pernah ditawarin kerjaan SPG sama dia
penghasilannya cukup gede loh. Tapi pas gue tahu kalau SPG waktu itu harus
dandanan yang seksi gitu gue nolak deh. Hehe” canda sevia
“lah itu suaminya?”
“Iya itu pacarnya dari sejak ia
duduk di sma, gosipnya dulu ia sudah nggunggurin kandungannya dua kali yah sama
lelaki itu. Trus nikah deh karena dia hamil dan dia sempet berhentiin
kerjaannya sebentar.sekarang anaknya udah 1tahun kayaknya”
“suaminya kerja apaan?”
“kayaknya SPG juga deh. Sama kaya
dia”
“tapi gue kok gak pernah lihat
suaminya yah selama gue bareng sama syila?”
“Kerjaan suaminya itu dikota
besar lebih gede gitu jadi jarang disini. Oh iya syila itu nggak pernah deket
sama temen temen cewek loh dari dulu. Jadi mau kemana mana ya sama suaminya
itu”
“Vi, lo tahu rumahnya syila kan?”
“lo mau ngapain? Jangan bilang
elo…”
“Sekarang gue mau mastiin” Ucap Calvin
langsung menancapkan gas dan mengikuti ucapan sevia
Kini mereka sudah berada diluar
sebuah rumah yang sederhana. Tak terlalu mewah Nampak seorang wanita paruh baya
dating membukakan pintu untuk mereka.
“Maaf kalian siapa yah?” Tanya
wanita paruh baya itu
“Kita temennya syila bu” jelas sevia
“oh, temennya non syila, silahkan
masuk” Ucap wanita paruh baya itu mempersilahkan keduanya masuk.
Tercium aroma bayi dari dalam
ruangan, Calvin segera menatap kedinding tembok. Memang sevia tak bohong kali
ini terpampang sebuah foto perkawinan syila dengan laki laki tadi. Dan ada foto
seorang anak kecil yang lucu terpampang dalam sebuah figura yang cukup besar.
“Silahkan dimimun non, den. Non
syila bentar lagi pasti pulang kok” Ucap wanita paruh baya itu. Terdengar suara
tangisan bayi dari dalam kamar, wanita paruh baya itu langsung berlari kekamar
itu untuk menenangkan tangis bayi itu. Wanita paruh baya itu juga membawa
balita itu keruang tengah. Calvin makin teriris kembali saat melihat balita
itu. Seorang anak kecil yang kira kira sudah berusia satu tahun yang terlihat
lucu dan menggemaskan itu adalah anak dari gadis yang ia selama ini dambakan.
“Bu, ini anaknya syila?” Tanya Calvin
kembali memastikan saat wanita itu
“Iya den, ini anak non syila.
Pasti den nggak nyangka non syila yang cantik dan langsing yang masih kaya anak
remaja udah punya anak yah?” Tanya wanita paruh baya itu dan calvin mengangguk
lirih dengan pelan sambil tersenyum. Sevia hanya mengelus pundak calvin dari
belakang. Kemudian ia mendengar suara motor dari halaman depan.
“Mbok, ini susu buat diva” Ucap
syila saat ia memasuki rumahnya.
“Iya non, ini ada teman teman
non?” jelas wanita itu sambil mengambil barang yang dibawa oleh syila. Dan
memberikan balita itu untuk digendong ibunya sebentar. Syila kaget tak percaya
dengan apa yang ia lihat saat ini.
“Calvin? Sevia?”
“Iya syil, gue sevia temen sma lo
dulu. Lo masih inget gue kan?” Tanya sevia sambil tersenyum
“Ngapain kalian kesini? Mau
mergokin gue udah punya anak gitu? Mau malu maluin gue lagi gitu?” Teriak syila
yang membuat balita yang digendongnya menangis.
“Ada apa syil? Siapa mereka?”
kini sosok lelaki yang bersamanya dating dari depan pintu dan menatap kearah
sevia dan calvin.
“Gue riko. Gue suaminya syila”
ucap riko memperkenalkan diri
“Kita temennya syila kok,
sekarang kita mau pamit pulang sepertinya kedatangan kita tak disambut baik
sama istri lo” tegas calvin langsung berjalan menuju pintu dan diikuti sevia.
Syila hanya menatap kepergian
keduanya dengan perih. Ia memberikan diva digendong oleh riko dulu. Ia bergegas
menyusul Calvin dan sevia keluar rumah.
“Calvin tunggu”
Teriakan syila semakin keras, Calvin
memberhentikan mobilnya dilihatnya syila berlari mengejar mobilnya terus. Akhirnya calvin turun dari mobil, sevia hanya
tinggal didalam dan memberikan ruang untuk mereka berdua saling berbicara.
“Vin, maafin gue” ucap syila dengan tertunduk
“kenapa elo nggak bilang tentang
ini dari awal” Tanya Calvin kembali
“gue takut vin”
“takut kenapa? Syil gue jadi tahu
alasan kenapa lo nggak pernah mau ngejawab saat gue nembak lo. Karena ini”
Tegas Calvin dengan lantang
“vin…” lirih syila pelan
“Syil, elo gak bisa dong
permainin perasaan gue selama ini.”
“gue udah terlanjur sayang sama
elo syil”
“Syil, kalau emang lo nggak ada
rasa ke gue jangan permainin gue kaya gini. Lebih baik elo jujur. Sekarang yang
ada elo malah nyakitin gue kan?” lirih Calvin pelan
Syila meneteskan airmatanya. Ia
tak sanggup lagi harus berkata apa pada pria yang selama ini telah baik padanya
itu.
“Vin, gue tahu gue salah. Gue
tahu gak seharusnya gue nutupin ini dari lo. Tapi kalo gue ngomong dari dulu
dulu kalau gue udah bersuami dan gue udah punya anak elo pasti nggak akan
percaya dan ngejauhin gue. Gue juga masih ingin kaya remaja lainnya yang masih
menikmati masa masa remaja mereka. Bukannya bekerja kerja untuk mencari duit
dan merawat anak” jelas syila dengan suara bergetar diakhirnya
Calvin terdiam mendengar
penjelasan syila pada saat itu.
“Elo tahu gue bukan type cowok
yang suka ninggalin cewek begitu saja”
“gue tahu kok, kalo lo bukan type
cowok begitu. Buktinya gue udah dua bulan nggak hubungin elo, tapi elo masih
aja mau nungguin gue” lirihnya kembali
“syil. Lebih baik kita sampai
disini aja”
“vin..”
“gue nggak mau cowok lo ngira gue
ngapa ngapain lo” jelas calvin sambil member isyarat bahwa riko telah ada
dibelakangnya sekarang.
“Syil, elo memang bisa bersembunyi
dari kesalahan lo, tapi tidak bisa sembunyi dari penyesalan lo”
“vin, sekali lagi gue minta maaf
yah” desihnya pelan. Calvin hanya tersenyum pada syila dan sekilas tersenyum
pada riko yang masih menggendong diva dipangkuannya.
Calvin duduk kembali di mobil. Ia
melihat dari kaca spionnya riko merangkul syila dengan erat. Sivia kembali
mengelus pundak Alvin dan mencoba menenangkannya kembali.
“Syila” desihnya pelan dan
berlalu meninggalkan bayangan syila itu dengan penuh amarah serta kekecewaan
yang menguasai pikirannya saat ini.
“kalau gue nggak akan bisa
bersama lo dikehidupan nyata. Bawa gue ke mimpi lo. Dan ijinkan gue untuk
selalu bermimpi tentang lo selamanya”
-End-
Mention @Quotesshivers untuk
kritik dan saran
Thankyou for reading!
No comments:
Post a Comment