Friday, October 11, 2013

Cerpen - Cinta Tak Terbalas


Sebuah cerita pendek dari Quotesshivers.blogspot.com
Cinta tak terbalas

Aku tak pernah berpikir
Disaat aku telah bersama orang lain
Aku menemukanmu
Aku tak berpikir aku mempunyai perasaan yang sama denganmu
Aku hanya berpikir bagaimana cara agar aku tak menyakiti perasaanku
Karena aku tak mau kau tersakiti olehku
Calvin berjalan menyusuri koridor kampusnya, matanya menatap kesegala penjuru arah. Namun sosok yang ia cari tak kunjung terlihat batang hidungnya. Diambilnya sebuah ponsel dari dalam tasnya kemudian ia segera memencet beberapa angka angka yang sudah ia hafal diluar kepala.
“Halo” Ujar suara dari seberang
“Vi, lo dimana? Gue udah nungguin lo di koridor bawah tapi elonya malah nggak ada. Gimana sih lo? Jadi nggak?”
“Sorry vin, gue baru selesai kelas nih. Gue akan nyusul lo deh. Lo tunggu disitu ya vin?”
“Oke”
Suara nada putus terdengar, kembali Calvin memasukkan ponselnya kedalam tasnya. Ia duduk disekitar bangku yang ada di koridor itu. Ia kemudian tersenyum saat melihat sosok yang ia nanti sudah dating dan berlari menghampirinya.
“Vin, sorry yah. Lo udah lama ya nunggunya?” Ucap gadis itu dengan nafas tak karuan. Calvin mengambil satu botol air yang baru ia beli dari kantin tadi dan menyerahkannya kegadis itu.
“Nih”
“Thanks vin, elo emang sahabat gue yang ngertiin gue banget deh” Ucap gadis itu sambil mengambil minuman yang Alvin berikan namun minuman itu kembali lagi ditarik oleh calvin
“Eits tunggu dulu”
“Apa lagi sih vin?”
“Sebagai ganti karena lo telat lo harus traktir gue nanti sepulang dari took buku”
“Ye, dasar lo maunya yg gratisan mulu. Kagak modal amat sih lu jadi cowok vin” gadis itu sambil mengambil minuman dan menegukkan
“Thankyou sevia yg cantik” Alvin hanya tersenyum pada sivia yang terlihat sangat kehausan pada saat itu.



“Vin, gue mau lihat lihat ke sana yah” sevia menunjuk pada papan yg bertuliskan “resep masakan”. Calvin mengangguk dan ia berjalan kearah lain. Ia mengitari seisi toko buku, namun Calvin merasa bosan jujur saja baru kemarin sore ia menginjakkan kaki ke took buku ini kalau tidak sevia yang memaksa dirinya untuk menemaninya sepulang kampus ke took buku ia lebih memilih membaca komik yang ia beli kemarin sambil menyantap cemilan dan mendengarkan lagu sambil tidur tiduran di kasur yang empuk.
Karena tak tahu apa yang harus ia perbuat calvin pun mencari sivia, ia melihat dari belakang seperti sosok sivia ia langsung menegur pundaknya sehingga membuat gadis itu kaget begitu juga dengan Calvin.
“Vi, lo kok lama banget sih” tegur calvin sambil menepuk pundak gadis itu dari belakang. Saat gadis itu menoleh Calvin kaget ternyata gadis itu bukan sevia melainkan orang lain.
“Maaf ya mbak, gue kira mbak temen gue” Calvin meminta maaf pada gadis itu
“halah, gue nggak bodoh kok,elo itu pura pura nyari temen lo padahal lo mau kenalan sama gue kan” ucap gadis itu dengan jutek. Calvin kaget mendengar balasan jawaban dari gadis itu
“enggak kok, gue nggak bermaksud untuk kenalan sama mbak” celutuk Calvin
“jangan pura pura deh” sindir gadis itu lagi
“ya udah terserah mbak mau percaya atau tidak. Lebih baik gue nyari temen gue deh” balas Calvin
“ya silahkan lain kali kalo mau kenalan sama cewek jangan asal gitu donk mas” oceh gadis itu kembali, Calvin yang melihat bayangan sevia pun langsung memanggil sevia.
“Sevia” teriak Alvin. Gadis itu menoleh kea rah gadis yang dipanggil oleh Calvin, sevia melemparkan senyum kearah Calvin dan berjalan mendekatinya.
“Ada apa vin? Lo ngapain di sini? Lo lagi baca masalah wanita?” ledek sevia sambil melihat buku buku yang terpajang disekitarnya
“kagak, tadi gue kira elo disini makanya gue samperin eh ternyata yang gue samperin bukan elo tapi cewek judes banget. Nih dia orangnya” tunjuk Calvin pada gadis disampingnya. Namun tak ada gadis yang dimaksud Calvin tadi. Calvin pun celingukan mencari gadis itu.
“mana vin? Nggak ada siapa siapa kok disamping lo”
“tadi ada vi” desihnya pelan sambil melemparkan penglihatannya ke segalaarah
“elo laper kali vin makanya jadi berkhayal gini, udah jam segini cabut aja yuk” Tanya sevia sambil menarik tangan Calvin keluar dari toko. Akhirnya Calvin menuruti kata sivia juga, Calvin berpikir mungkin gadis yang ia temui tadi malu karena ia salah paham dan langsung melarikan diri.
Calvin merebahkan tubuhnya ke kasur, matanya terpejam untuk beberapa saat. Ia merasakan suasanya nyaman sejenak kemudian ia mendengar suara mamanya yang sedang memanggilnya. Ia membuka matanya dilihatnya mamanya sedang berada didepannya. Calvin membangunkan tubuhnya itu dan menatap mamanya.
“sayang, tolong kamu beliin ini ke supermarket yang ada didepan yah” mama Calvin menyerahkan secarik kertas kecil serta beberapa lembar uang kepada Calvin.
“kembaliannya buat kamu” jelas mamanya kembali. Calvin mengambil kertas itu dan uangnya tentunya. Kemudian ia menuju garasi. Ia mengeluarkan mobil hitam miliknya itu dan menancapkan gasnya menuju ke supermarket tersebut.
“Mbak mau Tanya ini dimana yah?” Tanya Calvin kepada salah satu wanita yang menjadi pelayan di supermarket itu. Wanita itu mengangguk dan menunjukan letak tempat yang dimaksud oleh Calvin dengan cekikikan.
“Astaga jadi yang dimaksud itu tempat ini” Calvin menatap tempat itu dan segera berusaha menjaga imagenya. Bagaimana mungkin seorang pria memasuki tempat pembalut wanita. Saat ia hendak mengambil salah satu dari beberapa deretean pembalut itu ada tangan lain yang juga mengambil benda yang ingin Calvin ambil. Calvin menoleh kea rah sampingnya dan begitupula orang yang disampingnya pun terkejut.
“elo kan?” ucap mereka bersamaan
“elo lagi?”
“elo ngapain disini? Tadi gue ketemu elo di  toko bukubagian kategori serba wanita, sekarang elo mau beli yang ginian?” celutuk gadis itu sambil menunjukkan sebuah pembalut yang ia pegang
“enak aja, gue kesini disuruh nyokap gue. Lihat nih ada tulisannya. Lagian man ague tahu itu jenis pembalut. Gue kira itu roti” balas Calvin disambut suara tawa dari gadis itu
“haha lo tuh ya cupu abis tau. Masa merek ini aja lo kagak tahu” ledek gadis itu. Alvin mendengus kesal kemudian ia mengambil salah satu pembalut itu dan memasukkannya kedalam keranjangnya dan meninggalkan gadis itu. Gadis itu masih dengan tawanya berjalan menuju kasir.
“tapi mbak tadi gue nggak bawa uang pas, coba di check lagi. Pasti ada kesalahan deh” teriak gadis itu pada kasir yang menanganinya
“nggak mbak, atm mbak sudah diblokir jadi nggak bisa dipakai lagi. Kalau mbak nggak punya uang yang tunai lebih baik mbak nggak usah beli aja” jelas kasir itu. Gadis itu menatap kasir itu dengan pandangan sini. Calvin yang melihat keributan itupun langsung bertanya pada kasir itu
“ada apa mbak? Kenapa sama dia?” Tanya Calvin sambil menunjuk kearah gadis itu yang terlihat sibuk dengan ponselnya
“itu tuh mas, atmnya sudah diblokir dia ngotot kalau kita yang salah. Udah gitu dia nggak bawa uang yang pas aja lagi” jelas kasir itu. Calvin pun berjalan menuju gadis itu dan menarik tangan gadis itu.
“eh apa apaan sih lo asal tarik tangan orang aja”
“udah ikut gue bentar ke kasir”
“loe mau malu maluin gue yah?”
“udah ikut aja”
Gadis itu pasrah dan mengikuti Calvin. Seketika semua pengunjung disitu menatap kearah mereka berdua.
“maaf mbak, dia temen gue. Sebagai gantinya gue yang akan bayar dulu deh, sama sekalian gue mau bayar belanjaan gue mbak” ucap Calvin sambil menyerahkan belanjaannya setelah itu kasir itu mengucapkan nominal pembayaran yang harus Calvin bayar, Calvin langsung mengeluarkan uangnya setelah pembayaran selesai mereka berdua keluar dari supermarket itu.
Kini mereka berdua duduk diatas trotoar jalan. Calvin menyerahkan sebuah ice cream yang barusaja ia beli lagi. Gadis itu hanya mengambilnya dengan tersenyum.
“karena elo yang bayar belanjaan gue. Bukan berarti gue harus nurut sama elo kan?” Tanya gadis itu
“enggak kok, tenang aja gue nggak akan macam macam sama elo”
“baguslah, gue akan ganti secepatnya. Nama lo siapa? nomor telepon lo?”
“gue Calvin, ini kartu nama gue” ucap Calvin menyodorkan kartu namanya. Gadis itu mengambilnya dan mengeluarkan senyum sinisnya.
“gaya banget sih lo pake buat kartu nama segala. Kaya pengusaha aja” ledek gadis itu
“biarin, lagian gue kan calon pengusaha” balas Calvin sambil tertawa
“oh ya nama lo siapa?”
“gue syila”
“syila? Hmm”
“kenapa? Ada yang aneh ya sama nama gue?”
“enggak gue heran aja nama lo bagus tapi kenapa orangnya judes yah”
“enak aja gue gak judes tuh, masa cantik cantik kaya gini ada tampang tampang judes”
“ ceileh, sempet sempetnya elo puji diri lo. Eh rumah lo dimana? Udah malem nih gue anter ya?” Tanya Calvin
“nggak usah habis ini gue mau kerja, jadi gue langsung ketempat kerjaan gue.”
“kerja ? lo udah kerja? Kerja dimana emangnya?” Tanya Calvin penasaran
“yaelah segitu keponya elo ke gue? Atau jangan jangan elo udah naksir sama gue lagi?”
“enak aja”
“ yaudah lain kali gue akan certain, gue cabut dulu yah. Gue akan secepatnya bayar utang gue kok” ucap syila sambil bangkit berdiri dan melempar senyum kepada Calvin. Calvin hanya mengangguk dan ia segera sadar akan belanjaan yang ia pegang sedari tadi. “astaga mama pasti marah besar nih”
Dua minggu telah berlalu, Kelas Calvin sudah selesai dari tadi namun Alvin masih terlihat duduk sendiri di bangku taman itu. Bayangan syila sepertinya tak bisa lepas begitu saja dari pikiran Calvin. Calvin masih tertawa kecil ketika ia mengingat pertemuannya dengan shilla yang membawanya hingga bertukar nomor. Dan saling bercerita satu sama lain. Namun yang menjadi penyesalan bagi Alvin karena selama dua minggu itu ia tak pernah bertemu dengan syila, ia hanya berkomunikasi lewat pesan singkat saja. Syila beralasan bahwa ia sedang bekerja keluar kota.
“woy bro, ngelamun aja lo. Mikirin siapa sih lo?” Calvin yang sadar bahwa sevia sudah disitu langsung menggeser posisinya ke samping agar sivia bisa duduk disampingnya.
“nanti malem gue mau jalan lo” jelas Calvin sambil menatap kedua mata sivia
“jalan sama orang?”
“ya iyalah masa sama kucing gue” balasnya
“sama cewek?” sevia kembali menanyakan hal yang membuat Calvin semakin geram
“iya sivia yang cantik gue mau jalan sama cewek, namanya syila. Anaknya cantik, gokil lagi” balas Calvin sambil melemparkan senyum lebarnya pada gadis yang disampingnya itu.
“vin, gue gak salah denger kan? Apa gue lagi mimpi yah?” sevia mencubit lengan serta pipinya sendiri kemudian ia berteriak kesakitan dan menatap Calvin kembali
“ah Calvin, akhirnya lo jalan juga sama cewek. Gue kira elo nggak bakalan laku seumur hidup lo” teriak sevia keras yang membuat tangan Calvin harus membekap mulut sevia.
“vi, jangan keras keras gitu dong ngomongnya. Malu kalo anak anak denger”
“iya maaf deh, gue penasaran sama cewek yang mau jalan sama lo, kapan kapan kenalin ke gue ya”
“okay itumah bisa diatur. Sekarang elo bantuin gue”
“bantuin apa?”
Calvin hanya mengangkat salah satu alisnya dan tersenyum lebar ke sevia. Kemudian menariknya untuk masuk ke dalam mobil hitam miliknya.
Mobil Calvin masih terus mengitari tempat yang tadi syila tujukan padanya melalui pesan ke ponselnya. Masih dua jam lagi ia akan bertemu dengan syila, Calvin memutuskan untuk berjalan jalan mencari suasana malam yang segar. Calvin melihat kesekelilingnya. Ramai. Itulah gambaran yang ada dibenak Calvin saat ini. Ia memberhentikan mobilnya dan bertanya pada seorang pedagang asongan yang sedang mangkir disitu.
“mang, kok ramai lagi ada apaan yah?”
“oh itu mas, sekarang kan ada pameran gitu”
“oh makasih ya mang”
“sama sama mas”
Calvin menuju parkiran ia memarkirkan mobilnya kemudian ia segera memasuki kesebuah bangunan yang akan dipakai untuk pameran. Calvin memandang ke sekelilingnya banyak barang barang elektronik. Calvin berpikir bahwa hari itu sedang diadakan pameran barang eletronik. Ia menatap kesebuah tv berukuran besar kemudian ia segera sadar ada seseorang yang menepuk pundaknya.
“Bapak sedang mencari apa yah? Apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya gadis itu. Calvin kemudian menoleh ke arah gadis itu. Untuk kedua kalinya ia terkejut.
“syil ague gak salah lihat kan?”
“Calvin?”
“lo kok bisa disini? Dan dandanan lo?” ucap Calvin sambil menatap dandanan syila
“iya vin, gue kerja disini” ucapnya lirih
“kerja disini maksud lo? Lo jadi SPG gitu?” syila menganggukan kepalanya. Calvin hanya tak percaya menatap keadaan syila sekarang. Dengan dandanan yang menyolok serta baju yang sangat ketat dan terlihat terbuka. memang tak bisa mengelak untuk tidak percaya lagi dengan apa yang dikatakan oleh syila.
“ya udah elo lanjutin kerjaan elo aja, gue tunggu elo diparkiran yah” jelas Calvin. Lagi lagi syila hanya menundukkan kepalanya dan melihat bayangan Calvin menjauh dari pandangannya. Terdengar hembusan nafas kekesalan syila pada malam itu.
Calvin menatap kea rah langit sambil duduk didepan mobilnya, ia menatap sekumpulan bintang yang terlihat menyatu dengan bintang bintang lainnya. Sehingga terlihat pancaran sinarnya makin terasa saat bintang bintang itu menyatu. Tiba tiba terlintas wajah syila diantara bintang itu Calvin hanya tersenyum.
“vin, maaf lama yah” celutuk seorang gadis yang kini berada disamping Calvin
“nih” ucapnya kembali sambil menyodorkan sebuah minuman pada Calvin
“thanks” ucap Calvin sambil menegak minuman itu
“vin, elo nggak malu masih mau jalan sama gue?” Tanya syila
“malu kenapa?”
“kerjaan gue”
“elo kan cuman SPG biasa aja, wajarlah kalo spg dandanannya kaya tadi. Gue bisa ngerti kok” ucap Calvin sambil tersenyum
“tapi vin, bukan cuman itu aja….” Ucapan syila terpotong karena sebuah telunjuk berada dibibir syila pada saat itu. Syila hanya menatap ke kedua mata Calvin.
“gue nggak peduli mau bagaimana status lo, yang gue rasakan saat ini gue butuh elo. Dan yang gue ingin elo jadi pendamping gue” Calvin menatap mata syila dan ia merasakan suatu getaran yang sangat terasa dikedua hatinya. Malam itu menjadi saksi adanya dua insan yang merasakan gejolak cinta yang indah.
Malam itu Calvin mengajak syila kesebuah pantai, syila hanya menuruti perkataan Calvin. Sejujurnya syila tak bisa mengelak bahwa ia telah merasakan  benih benih cinta yang telah ditabur oleh Calvin didalam hatinya itu telah tumbuh. Ia menatap kearah Calvin yang sedang menyetir itu dengan tersenyum, sesekali ia mengusap peluh keringat yang ada di kening Calvin. Calvin hanya memegang tangan syilla sambil menciumnya juga dengan tersenyum.
“udah sampai” ucapnya pelan.
Syila menatap kesebuah pantai yang hanya terdengar suara desiran ombaknya. Ia keluar dari mobil dan berdiri menatap pantai itu ditengah suasanya mala mini. Ia merasakan suasana hangat dari belakang. Calvin memeluknya dari belakang dengan pelan syila memejamkan matanya untuk merasakan getaran getaran cinta yang tengah datang kembali pada dirinya.syila memegang kekedua pipi Calvin dengan lembut. Ia kemudian mendengar suara samar samar ditelinga kanannya.
“I love you” desih Calvin pelan dan syila tersenyum
Syila masih duduk ditengah pasir pasir pantai dimalam hari pandangannya masih lurus dengan menatap pantai itu. Tiba tiba Calvin dating membawa sebuah lilin dan menyalakannya didepan syila, ia juga membawa gitar dan ia langsung duduk disamping syila. Syila menatap kearah Calvin lagi.
“syil, gue persembahin sebuah puisi buat elo”
“Puisi ini berjudul Complete
Terdengar suara petikan gitar yang mengalun lambat dan terdengar sangat menggugah hati.
Tanpa terasa
Dirimu yang dulu kini berbeda dengan sekarang
Dulu kita bukanlah siapa siapa
Tak saling mengenal
Tak saling memikirkan
Kini
Kita berbeda
Aku telah mengenal dirimu
Dan kaupun telah mengenalku
Ijinkanlah aku
Untuk lebih mengenalmu
Ijinkanlah aku
Untuk memasuki ruang hatimu lebih dalam lagi
Yang aku harapkan bukan kebahagiaan sesaat
Namun aku juga ingin merasakan suatu keseriusan
Mungkin aku tak tahu bagaimana hidupku jika tanpamu
Hidupku akan kosong melebi sebuah ruang dalam gelas yang tak berisi air
Hidupku akan sepi tanpa ada canda tawa darimu
Dan hidupku akan berbeda jika aku tak mengenalmu
Didalam percintaan ada suka dan duka
Ijinkan aku menjadi bibir saat kamu melepaskan tawamu
Ijinkan aku menjadi tangan agar aku dapat mengusap air matamu
Ijinkan aku juga untuk menjadi bagian dari hidupmu.
Syila diam, ia tak tahu harus bagaimana menghentikan perasaannya pada saat itu. Ia tak tahu harus meluapkan kegembiraan atau kesedihan pada saat itu. Calvin pun berhenti. Ia melihat syila yang menangis, Calvin menatap syila kemudian ia mengusap air mata syila dan membiarkan syila larut dalam emosinya saat ini.
“Vin, gue pengen pulang”
“gue anter yah?”
Syila mengangguk, tadinya Calvin berniat untuk mengantarkan syila langsung kerumahnya namun syila menolak dengan alasan merepotkan. Dan akhirnya Calvin kini menunggu bus bersama dengan syila.
“Vin, terimakasih yah”
“Iya syil”
“Vin”
“Iya?”
“Besok gue harus keluar kota, jadi kemungkinan kita nggak akan bisa berkomunikasi kembali”
“Loh kenapa kan biasanya juga kita sering smsan”
“tapi ini beda vin, ini.. ini.. ini lebih susah untuk bersmsan” syila terlihat seolah olah mencari alasan
“baiklah jika itu mau kamu. Kapan kamu akan kembali?” Tanya Calvin sambil menatap syila
“aku belum tahu. Aku akan menghubungimu kalau aku udah balik” desihnya
“aku akan selalu menunggumu shil..” ucap Calvin sambil tersenyum sekali lagi syila hanya merasakan pedih didalam hatinya. Ia tak tahu bagaimana Calvin akan tahu tentang keadaannya.
Dua bulan telah berlalu, tanpa ada komunikasi sama sekali Calvin tadinya mencoba untuk berusaha melupakan syila. Namun ia tak bisa berbohong jika ia sangat sulit untuk melupakannya. Mungkin ia membenarkan sebuah kata yang sangat pas untuk dirinya saat ini. Ia mengetikkan sebuah pesan singkat untuk gadis yang selama ini ia tunggu.
Syila kembali menemukan kartunya yang selama ini ia cari cari. Ia segera memasang simcardnya itu kedalam ponselnya. Setelah terpasang muncul pemberitahuan pesan yang banyak dari sebuah nama yang selama ini ia sangat rindukan. Ia membaca satu persatu pesan itu dengan pelan.
From: Calvin
Berada jauh darimu, membuatku mengerti sebuah kerinduan.
Salam kangen Calvin. Miss u :*
--
From: Calvin
Senyumku untuk semua orang tetapi cintaku hanya untukmu seorang. Love you syila J
--
From: Calvin          
Kalau kita sayang sama dia jangan berpikir bagaimana kita bisa miliki dia. Tapi berpikir bagaimana cara untuk selalu ngebahagiain dia.
Miss you syil :*
--
From: Calvin
Aku hanya memerlukan waktu semenit untuk mengenalmu
Satu jam untuk menyukaimu
Dan satu hari untuk mencintaimu     
Tapi kenapa aku memerlukan waktu seumur hidup untuk melupakanmu.
--
From: Calvin          
Sudah dua bulan? Mana janji kamu untuk menghubungiku? Apakah kamu melupakanku?
--
Syila masih terus membaca pesan pesan yang dikirim Calvin untuknya. Syila tak menyangka jika Calvin masih setia menunggunya. Ia mengambil kartunya kembali dan membuangnya. Kemudian ia segera merapikan dandanannya dan bersiap bekerja kembali.
“Gila, kalo lo terus terusan kaya gini bisa bisa gue yang takut tau gak sih” cerocos sevia langsung sambil mengambil tempat duduk disamping Calvin. Calvin masih terlihat duduk termenung di bangku taman. Terlihat ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri
“Hallo vin, lo nyadar nggak sih ada cewek cantik yang duduk disamping lo, masa lo cuekin sih” ucap sevia keras dikuping Calvin sehingga membuat Calvin terkejut.
“Apa apaan sih lo vi, kaget tau” ucapnya
“yaelah, gue udah disini ngomong dari tadi eh elonya malah nggak nanggepin gue” balas sevia
“Maaf vi, gue nggak bermaksud nggak nanggepin elo kok”
“yayaya gue udah ngerti kenapa lo sampe gini. Tapi elo harus move on dong vi”
“gak bisa vi”
“terserah elo deh mau sampai kapan elo masih ngarepin cewek pujaan lo itu.”
Calvin hanya melemparkan senyum sesaat pada sevia.
“sekarang temenin gue yuk”
“kemana?”
“cari makan, gue laper. Gue traktir elo deh”
“yakin?”
“iya, yuk cabut”
Akhirnya Calvin dan sevia meninggalkan taman itu kemudian mereka berkeliling sekitar pedangan asongan untuk mencari makanan. Saat Calvin tengah melihat kearah pedangan asongan ia melihat sosok gadis yang ia kenal sedang berada disitu. Gadis itu tidak sendirian ia terlihat bersama dengan seorang pria. Namun pria itu masih terlihat duduk menunggu diatas motornya.
“Lo mau rujak vin?” Tanya sevia sadar ketika ia melihat pandangan Calvin kea rah pedagang rujak itu
“Oh enggak kayaknya itu syila deh” tunjuk Calvin pada gadis yang ia lihat dari tadi
“hah? Yang bener? Mana mana biar gue lihat dia” sevia pun membulatkan matanya saat melihat siapa gadis yang Calvin tunjuk.
“Vin, jadi yang elo certain tentang syila itu?” Tanya sevia masih dengan mengamati gadis yang ditunjuk Calvin dengan seksama
“iya itu, lo kenal vi sama dia?”
“iya gue kenal, dia itu temen sma gue dulu”
“kenapa elo nggak pernah cerita?”
“gue aja nggak tahu syila yang elo maksud itu adalah dia”
“iya dia, tapi ngapain yah dia sama cowok itu. Itu pacarnya yah” desih Calvin pelan
“vin, itu suaminya” ucap sevia yang membuat Calvin membelak tak percaya. Ia mengamati lelaki itu yang kini dating kearah syila yang sedang menikmati buah melon. Ketika lelaki itu hendak mengambil melon yang ada ditangan syila, syila menepiskan tangan lelaki dan terus menikmati buah melon itu sendiri, lelaki itu hanya tersenyum sambil mencoba menggoda syila kembali.
Calvin merasakan perih saat mengetahui gadis yang ia dambakan selama ini ternyata telah menikah. Ia kemudian menatap sevia dengan serius seolah olah ia sedang bertanya Tanya tentang apa yang telah diucapkan sevia.
“Jadi waktu sma syila dikeluarin karena ya gitu deh. Syila sering bolos sekolah dan pernah ketahuan oleh pihak sekolah kalau dia berada di klub malam gitu”
“Trus?”
“Ya setelah itu yang gue tahu dia jadi SPG gitu. Dulu gue juga pernah ditawarin kerjaan SPG sama dia penghasilannya cukup gede loh. Tapi pas gue tahu kalau SPG waktu itu harus dandanan yang seksi gitu gue nolak deh. Hehe” canda sevia
“lah itu suaminya?”
“Iya itu pacarnya dari sejak ia duduk di sma, gosipnya dulu ia sudah nggunggurin kandungannya dua kali yah sama lelaki itu. Trus nikah deh karena dia hamil dan dia sempet berhentiin kerjaannya sebentar.sekarang anaknya udah 1tahun kayaknya”
“suaminya kerja apaan?”
“kayaknya SPG juga deh. Sama kaya dia”
“tapi gue kok gak pernah lihat suaminya yah selama gue bareng sama syila?”
“Kerjaan suaminya itu dikota besar lebih gede gitu jadi jarang disini. Oh iya syila itu nggak pernah deket sama temen temen cewek loh dari dulu. Jadi mau kemana mana ya sama suaminya itu”
“Vi, lo tahu rumahnya syila kan?”
“lo mau ngapain? Jangan bilang elo…”
“Sekarang gue mau mastiin” Ucap Calvin langsung menancapkan gas dan mengikuti ucapan sevia
Kini mereka sudah berada diluar sebuah rumah yang sederhana. Tak terlalu mewah Nampak seorang wanita paruh baya dating membukakan pintu untuk mereka.
“Maaf kalian siapa yah?” Tanya wanita paruh baya itu
“Kita temennya syila bu” jelas sevia
“oh, temennya non syila, silahkan masuk” Ucap wanita paruh baya itu mempersilahkan keduanya masuk.
Tercium aroma bayi dari dalam ruangan, Calvin segera menatap kedinding tembok. Memang sevia tak bohong kali ini terpampang sebuah foto perkawinan syila dengan laki laki tadi. Dan ada foto seorang anak kecil yang lucu terpampang dalam sebuah figura yang cukup besar.
“Silahkan dimimun non, den. Non syila bentar lagi pasti pulang kok” Ucap wanita paruh baya itu. Terdengar suara tangisan bayi dari dalam kamar, wanita paruh baya itu langsung berlari kekamar itu untuk menenangkan tangis bayi itu. Wanita paruh baya itu juga membawa balita itu keruang tengah. Calvin makin teriris kembali saat melihat balita itu. Seorang anak kecil yang kira kira sudah berusia satu tahun yang terlihat lucu dan menggemaskan itu adalah anak dari gadis yang ia selama ini dambakan.
“Bu, ini anaknya syila?” Tanya Calvin kembali memastikan saat wanita itu
“Iya den, ini anak non syila. Pasti den nggak nyangka non syila yang cantik dan langsing yang masih kaya anak remaja udah punya anak yah?” Tanya wanita paruh baya itu dan calvin mengangguk lirih dengan pelan sambil tersenyum. Sevia hanya mengelus pundak calvin dari belakang. Kemudian ia mendengar suara motor dari halaman depan.
“Mbok, ini susu buat diva” Ucap syila saat ia memasuki rumahnya.
“Iya non, ini ada teman teman non?” jelas wanita itu sambil mengambil barang yang dibawa oleh syila. Dan memberikan balita itu untuk digendong ibunya sebentar. Syila kaget tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
“Calvin? Sevia?”
“Iya syil, gue sevia temen sma lo dulu. Lo masih inget gue kan?” Tanya sevia sambil tersenyum
“Ngapain kalian kesini? Mau mergokin gue udah punya anak gitu? Mau malu maluin gue lagi gitu?” Teriak syila yang membuat balita yang digendongnya menangis.
“Ada apa syil? Siapa mereka?” kini sosok lelaki yang bersamanya dating dari depan pintu dan menatap kearah sevia dan calvin.
“Gue riko. Gue suaminya syila” ucap riko memperkenalkan diri
“Kita temennya syila kok, sekarang kita mau pamit pulang sepertinya kedatangan kita tak disambut baik sama istri lo” tegas calvin langsung berjalan menuju pintu dan diikuti sevia.
Syila hanya menatap kepergian keduanya dengan perih. Ia memberikan diva digendong oleh riko dulu. Ia bergegas menyusul Calvin dan sevia keluar rumah.
“Calvin tunggu”
Teriakan syila semakin keras, Calvin memberhentikan mobilnya dilihatnya syila berlari mengejar mobilnya terus.  Akhirnya calvin turun dari mobil, sevia hanya tinggal didalam dan memberikan ruang untuk mereka berdua saling berbicara.

“Vin, maafin gue” ucap syila dengan tertunduk
“kenapa elo nggak bilang tentang ini dari awal” Tanya Calvin kembali
“gue takut vin”
“takut kenapa? Syil gue jadi tahu alasan kenapa lo nggak pernah mau ngejawab saat gue nembak lo. Karena ini”
Tegas Calvin dengan lantang
“vin…” lirih syila pelan
“Syil, elo gak bisa dong permainin perasaan gue selama ini.”
“gue udah terlanjur sayang sama elo syil”
“Syil, kalau emang lo nggak ada rasa ke gue jangan permainin gue kaya gini. Lebih baik elo jujur. Sekarang yang ada elo malah nyakitin gue kan?” lirih Calvin pelan
Syila meneteskan airmatanya. Ia tak sanggup lagi harus berkata apa pada pria yang selama ini telah baik padanya itu.
“Vin, gue tahu gue salah. Gue tahu gak seharusnya gue nutupin ini dari lo. Tapi kalo gue ngomong dari dulu dulu kalau gue udah bersuami dan gue udah punya anak elo pasti nggak akan percaya dan ngejauhin gue. Gue juga masih ingin kaya remaja lainnya yang masih menikmati masa masa remaja mereka. Bukannya bekerja kerja untuk mencari duit dan merawat anak” jelas syila dengan suara bergetar diakhirnya
Calvin terdiam mendengar penjelasan syila pada saat itu.
“Elo tahu gue bukan type cowok yang suka ninggalin cewek begitu saja”
“gue tahu kok, kalo lo bukan type cowok begitu. Buktinya gue udah dua bulan nggak hubungin elo, tapi elo masih aja mau nungguin gue” lirihnya kembali
“syil. Lebih baik kita sampai disini aja”
“vin..”
“gue nggak mau cowok lo ngira gue ngapa ngapain lo” jelas calvin sambil member isyarat bahwa riko telah ada dibelakangnya sekarang.
“Syil, elo memang bisa bersembunyi dari kesalahan lo, tapi tidak bisa sembunyi dari penyesalan lo”
“vin, sekali lagi gue minta maaf yah” desihnya pelan. Calvin hanya tersenyum pada syila dan sekilas tersenyum pada riko yang masih menggendong diva dipangkuannya.
Calvin duduk kembali di mobil. Ia melihat dari kaca spionnya riko merangkul syila dengan erat. Sivia kembali mengelus pundak Alvin dan mencoba menenangkannya kembali.
“Syila” desihnya pelan dan berlalu meninggalkan bayangan syila itu dengan penuh amarah serta kekecewaan yang menguasai pikirannya saat ini.
“kalau gue nggak akan bisa bersama lo dikehidupan nyata. Bawa gue ke mimpi lo. Dan ijinkan gue untuk selalu bermimpi tentang lo selamanya”
-End-
Mention @Quotesshivers untuk kritik dan saran
Thankyou for reading!

No comments:

Post a Comment