Thursday, September 26, 2013

Waiting Love - Part 1


WAITING LOVE
Part 1


Kehidupan tidaklah harus bahagia selalu, Terkadang ada hari hari dimana kamu merasa bahagia namun ada juga hari dimana kamu mengalami masa masa yang sulit. Masa masa sulit itulah yang harus kamu hadapi dan jangan pernah mencoba untuk lari dari kenyataan. Seberapa pahitpun kenyataan yang ada didepanmu hadapilah, percayalah jika suatu saat kamu akan bisa menemukan jalan keluar dari setiap permasalahanmu dan dari permasalahanmu itulah kamu akan menjadi pribadi yang lebih dewasa lagi.
Ketika kamu berjalan di kegelapan tanpa ada seseorang yang menemanimu, tanpa ada sinar yang menghampirimu, bagaimanakah kamu akan terus berjalan? Bagaimana kamu akan melewati semua jalan itu tanpa kamu harus terjatuh dan terus terjatuh? Sanggupkah kamu melewati jalan yang gelap itu dalam kesendirian? Sepi tanpa ada siapapun yang menemanimu?
Shilla seorang gadis yang berusia 12 tahun, ia adalah sosok yang ceria. Ia anak yang disenangi oleh teman temannya. Shilla lahir dikeluarga yang sangat berkecukupan. Orang tuanya adalah donator terbesar di sekolah tempatnya berbakti itu. Ia anak ke tiga dari empat bersaudara, ia adalah satu satunya anak perempuan didalam keluarganya itu. Ia sangat disayang oleh kedua kakaknya Alvin, Rio serta adiknya Diva. Kedua orangtuanya sangat memanjakannya, terlebih ibunya. Ibunya sangat menyayanginya lebih dari kedua kakaknya. Namun biarpun begitu kedua kakaknya tidak pernah merasa iri mungkin karena mereka tahu bahwa adiknya sering terkena sakit sejak kecil jadi ibu mereka memberi perhatian lebih padanya. Biarpun ia dimanjakan dan diberi perhatian lebih oleh orang orang yang menyayanginya Shilla tak pernah bersikap tinggi hati, ia tetap rendah hati pada teman temannya.
quotesshivers
Hari ini adalah festival olahraga lomba lari yang diadakan untuk memperingati ulang tahun sekolah. Setiap anak bersorak untuk mendukung teman mereka, ada juga yang hanya terlihat menyemangati setiap peserta yang mengikuti lomba lari tersebut.
“Baiklah kita akan mulai”
“Bersedia, Siap, Yaaa”
Peluitpun berbunyi dengan kencang dan keras para peserta sudah berlari dengan sangat cepat, terdengar bunyi kaki kaki yang tidak beraturan dan seolah saling berkejaran satu sama lain, mereka segera berusaha mempercepat larinya agar bisa mengalahkan peserta yang lain. Terlihat Shilla yang daritadi menahan rasa sakit didadanya saat berlari, kecepatannya mulai berkurang secara perlahan. Chelsea datang menghampirinya dan menyalipnya dan kini Chelsea berada terdepan dari peserta lainnya. Senyum mengembang puas terlihat dari lekukan bibir Chelsea. Shilla terlihat mulai menjauh dari peserta berikutnya. Kini ia memegangi dadanya kembali seolah ia sedang berusaha menahan rasa sakit yang sedang ia rasakan pada saat itu. Nafasnya terlihat tak beraturan, perlahan lahan ia berusaha menghentikan larinya. Kedua orangtuanya khawatir melihat sikap shilla daritadi, mereka langsung berlari ke perlintasan shilla pada saat itu. Kedua kakaknya serta adiknyapun mengikuti kedua orangtuanya dari belakang. Tak berapa lama kemudian tiba tiba terdengar suara ricuh dari sekitar perlintasan shilla. Dan ternyata Shilla pingsan.
Satu bulan sebelum Festival Lomba Lari
Shilla, Rio, Alvin dan Diva bersepeda bersama ke sekolah. Shilla yang dibonceng oleh Alvin serta Diva yang dibonceng oleh Rio bersepeda dengan sangat santai menuju sekolah. Perjalan dari rumah menuju sekolah tidak terlalu begitu jauh, mereka hanya melewati jalan disepanjang sawah saja kemudian mereka akan menjumpai sekolah mereka. Disepanjang perjalanan menuju sekolah mereka selalu bercanda tawa satu sama lain. Mereka selalu akur, jika ada permasalahan kecil diantara mereka, mereka selalu mencari solusi sendiri untuk menyelesaikannya. Karena itulah mereka jarang terlihat bertengkar satu sama lain karena mereka selalu berusaha memahami apa yang menjadi kesukaan dan apa yang tidak disukai oleh yang lain dan selalu berusaha untuk mengalah. Mungkin jika ada lomba keluarga bahagia keluarga mereka pantas untuk memenangkan lomba keluarga bahagia itu tanpa ada sedikit rekayasa diantara mereka. Mereka layak untuk menjadi duta keluarga bahagia mungkin.
Seusai memarkirkan sepedanya mereka segera masuk ke kelas masing masing. Saat ini Alvin sudah memasuki kelas 3 SMP, Rio sudah berada dikelas 1 SMP dan Shilla berada dikelas 6 SD, sedangkan Diva ia berada dikelas 4 SD, jarak mereka satu sama lain tak terlalu begitu jauh itu mungkin yang membuat mereka menganggap selain mereka kakak beradik mereka juga bisa dianggap sebagai teman. Mereka bisa menjadi tempat curhat satu sama lain dan menjadi teman untuk bermain.
“Shill, tolong ya satu kali lagi, Bilangin ke Alvin ini coklat dari Swiss loh” Seorang gadis berkuncir satu datang pada shilla ia memberikan sebuah coklat dengan dihiasi pita berwarna pink pada shilla. Shilla menatapnya sekilas seolah mengerti dengan apa yang harus ia perbuat berikutnya.
“Shilla, tunggu! Tolong kasih ini sama Kak Rio ya, Plissss” Mohon gadis yang tadi berlari dan memberikan sebuah bingkisan yang cukup besar pada shilla. Shilla mengambilnya kemudian ia berjalan kembali menuju lokernya.
Saat ia membuka lokernya ia melihat beberapa surat berjatuhan, ia menunduk kemudian ia mengambil surat surat itu. Tanpa ia melihat dari siapa pengirimnya dan untuk siapa surat itu ditujukan ia tak peduli. Kini ia berjalan ke gedung SMP yang terletak disebelah gedung sekolah dasarnya itu. Saat ia berjalan ia melihat Diva yang terlihat sedang dikerumuni oleh beberapa kaum hawa. Diva hanya terlihat melemparkan senyum dan seolah ingin berlari dari tempatnya itu.
“Kak shilla” Panggil Diva dengan keras, Shilla menoleh kearah Diva sambil tersenyum pada diva
“Bentar ya gue mau nemuin kakak gue dulu” Ucap Diva sambil melambaikan tangannya pada orang orang yang sedari tadi mengerumuninya. Terlihat raut wajah mereka langsung kecewa saat melihat Diva pergi meninggalkan mereka.
Diva segera berlari menghampiri shilla yang terlihat sudah menunggunya daritadi. Diva melihat shilla membawa beberapa bungkusan dan surat surat. Diva langsung tersenyum pada shilla dan membantu shilla membawakan beberapa bingkisan yang cukup besar ukurannya.
“Kak, udah berapa kali gue bilang mending kakak bilang deh ke mereka kalau kak shilla itu bukan tukang pos mereka” Kata Diva sambil berjalan disamping kakaknya itu
“Iya dek, kakak juga tahu kok. Kakak juga udah berusaha bilang ke mereka kok” Jawab Shilla
“Terus sampai kapan kak shilla mau kaya gini?” Diva tiba tiba berhenti dan menghadap ke Shilla
“Ya nggak tahu. Mungkin nunggu kalian enggak popular kali yah, jadi kakak nggak repot kaya gini” Jawab Shilla sambil tersenyum simpul sambil berjalan kembali menuju lapangan. Diva pun segera mengikutinya kembali. Terlihat Rio yang baru saja selesai berlari. Rio terlihat sedang meneguk air mineral untuk menghilangkan dahaganya. Alvin ia terlihat sedang membersihkan lensa kameranya kemudian ia segera memotret ke segala penjuru arah yang dianggapnya menarik untuk menjadi sasaran kameranya itu. Yah walau mereka punya bakat tersendiri, namun Alvin, Rio dan Diva sangat jago sekali dalam hal berlari. Bahkan mereka selalu menjadi wakil dari sekolah untuk mengikuti lomba lari, dan hasilnya piala dan thropy selalu mereka bawa pulang. Namun Shilla tak terlihat mempunyai bakat lari seperti kedua kakaknya serta adiknya itu.
“Hey kak Rio, Kak Alvin” Teriak Diva kencang, Shilla dan Diva segera berjalan menuju mereka. Alvin segera memotret mereka berdua yang sedang berjalan kearahnya dan Rio.
“Apa apaan sih kak, gue tahu gue ganteng jadi nggak usah foto gue mulu deh” Ucap Diva sambil mengambil minum Alvin yang terletak diatas tas Alvin yang tergeletak begitu saja ditanah. Shilla mengamati tas Alvin yang tergeletak ditanah itu.
“Kak Alvin, kan Shilla bilang kalo kakak naruh tas ditanah entar tas kakak jadi kotor, nih liat udah kotor kan dibawah” Ucap Shilla setelah menyerahkan bingkisan serta surat pada Diva, kemudian ia berusaha membersihkan pasir pasir yang menempel di sekitar tas Alvin. Alvin hanya tersenyum simpul, kemudian Rio datang menghampiri mereka dan melihat bingkisan serta surat yang ditangan Diva.
“Apaan tuh div? “ Tanya Rio sambil melihat satu persatu bingkisan itu dan melihat ada beberapa yang ditujukan kepadanya dan Alvin pun melirik kearah bingkisan serta surat surat itu
“Untuk apa sih kalian nerima itu? “ Kini Alvin yang ikut bertanya juga. Diva hanya menoleh kearah shilla. Kemudian Alvin dan Rio tahu maksud diva tersebut.
“Shil” Panggil Rio pada Shilla yang seolah Shilla berusaha menghindari pertanyaan kedua kakaknya itu. Shilla kemudian menoleh kepada mereka berdua.
“Itu tadi mereka cuman nitip aja ke aku, trus mereka bilang kalo itu buat kak Rio dan kak Alvin” Terang Shilla kemudian mengambil bingkisan dan surat surat itu dan memilah milahnya.
“Nih ini buat kak Rio, dan ini buat kak Alvin” Ucap Shilla sambil memberikan yang mana untuk Alvin dan yang mana untuk Rio. Rio mengambilnya dan hanya menatapnya saja. Sedangkan Alvin ia tak terlihat sama sekali berniat menyetuhnya.
“Udah ah, gue males nerima kaya ginian” Ucap Alvin sambil melempar bingkisan serta surat surat itu ke tanah kemudian ia pergi meninggalkan mereka semua. Rio mengikuti Alvin namun terlihat ia masih membawa bingkisan itu namun ternyata ia langsung membuang bingkisan serta surat surat itu ke tong sampah yang ada didekatnya. Diva hanya geleng geleng menatap kedua kakaknya itu. Diva kemudian menatap kearah shilla, ia melihat mata shilla yang sendu. Sejenak Diva merasa tenang saat ia melihat mata kakaknya itu, seolah ia berpikir tak mau kehilangan sosok kakaknya itu.
“Kita balik aja yuk dek” Ajak Shilla sambil tersenyum pada adiknya itu. Adiknya langsung mengangguk semangat kemudian mereka berdua berjalan menjauhi lapangan itu.
Saat dikelas anak anak kelas 6B terlihat sangat berisik ketika guru mengumumkan hasil ulangan mereka pada beberapa minggu lalu.
“Baiklah Shilla mendapatkan nilai 85” Bu Winda langsung memberikan kertas ulangan itu pada shilla, shilla hanya tersenyum melihat hasil ulangannya sendiri itu. Yah itu adalah ulangan Math baginya Math adalah pelajaran yang sangat sulit baginya. Nilai 85 ini adalah kepuasan tersendiri baginya karena ia sudah begitu banyak merepotkan kedua kakaknya untuk membantunya belajar menghadapi ulangannya kali ini. Terdengar banyak teriakan selamat pada shilla karena shilla mendapatkan nilai yang cukup tertinggi dikelas pada saat itu. Shilla hanya tersenyum saat mendengar pujian dari teman temannya itu.
“Chelsea mendapatkan nilai 97” Teriak Bu Winda sambil menyerahkan lembar jawaban Chelsea pada Chelsea. Anak anak seketika diam, mereka saling menatap satu sama lain dan seolah tak percaya bahwa Chelsea yang mendapat nilai tertinggi kembali. Chelsea kembali berjalan ke tempat duduk ia terlihat memandang sekilas pada Shilla kemudian ia kembali berjalan ke tempat duduknya kembali. Shilla hanya terlihat kecewa karena ternyata Chelsea berada diatasnya. Namun ia mendengar beberapa teman temannya sedikit membicarakan tentang Chelsea
“Anak miskin itu mendapat nilai tertinggi kembali”
“Bagaimana mungkin Chelsea? Dia kan tidak punya waktu untuk belajar?”
“Kemarin aku melihatnya berjualan dipasar sampai larut malam, jadi kapan ia belajar?”
“Apakah ia menyontek? Sungguh memalukan. Sudah miskin nyontek lagi”
Suara suara itupun sangat terdengar ditelinga Chelsea, ia hanya memandang sinis pada orang orang yang sedang berbisik bisik mengenai dirinya. Ia kemudian hanya menatap kedepan papan tulis kembali ia berusaha seolah ia tak mendengar apapun yang mereka katakan tentang dirinya.
“Baiklah apa kalian sudah tahu bahwa bulan depan sekolah kita akan berulang tahun, dan kita akan turut berpartisipasi pada festival lomba lari tersebut” Teriak Bu Winda segera anak anak itu saling menatap satu sama lain, tak percaya bahwa wakil dari kelas mereka akan bertanding dengan kakak kelas di sekolah menengah pertama.
“Baiklah tenang semuanya, ibu akan mengumumkan siapa yang akan menjadi wakil dari kelas kita yang akan bertading di festival lomba lari tersebut. Suasana yang tadi ribut kini seketika hening kembali. Mata mereka kini memandang serius ke guru yang ada didepan mereka itu.
“Shilla, selamat! Kamu akan mewakili kelas kita di lomba lari bulan depan” Teriak Bu winda sambil tersenyum pada Shilla, teman teman shilla terlihat memberinya pujian kembali. Kemudian Angel yang merupakan teman sebangku Chelsea pun mengacungkan jarinya.
“Ya Angel, ada apa?” Tanya Bu Winda
“Bagaimana bisa Shilla yang terpilih? Harusnya Chelsea yang terpilih?” Terang Angel
“Bukannya Chelsea yang nilai nilai olahraganya selalu bagus, apalagi dalam hal berlari ia yang paling unggul diantara kita semua. Dan Shilla kan mengidap asma bu?” Kini Alyssa yang juga temen Chelsea pun ikut menyuarakan pendapatnya. Terdengar beberapa suara sorakan ketidak setujuan untuk kedua orang itu. Angel dan Alyssa pun hanya sinis pada ulah teman temannya yang menyorakin mereka itu.
“Tenang semuanya,  Ibu harap kalian kembali tenang” Teriak Bu Winda dengan keras. Kembali suasana kelas menjadi agak tenang kembali dan mendengar penjelasan dari Bu Winda.
“Ibu kira itu bagus untuk Shilla, Karena kedua kakaknya dan adiknya ikut dalam pertandingan tersebut. Jadi Ibu akan tetap mengirimkan Shilla yang akan menjadi perwakilan dari kelas kita” Terang Bu Winda tersebut.
“Terus bagaimana dengan Chelsea? Diakan yang paling jago dalam berlari” Tanya Angel kembali secara spontan
“Baiklah Ibu akan memikirkan tentang Chelsea, apakah dia akan diikutkan atau hanya shilla saja yang akan mewakili kelas kita” Ucap Bu winda kemudian bel terdengar berbunyi itu berarti jam pelajaran mereka segera berganti kembali.
Saat jam istirahat terlihat beberapa dari mereka ada yang masih berada didalam kelas, termasuk Chelsea. Chelsea terlihat menunduk dan menahan kekecewaannya. Kemudian Shilla datang menghampirinya.
“Chelsea, selamat ya nilai kamu tertinggi kembali, lain kali aku pasti akan bisa mengalahkanmu” Ucap shilla sambil tersenyum, namun Chelsea hanya menatapnya dengan sinis kemudian menunduk kembali dan menyembunyikan kepalanya dikedua tangannya itu. Melihat Chelsea tak begitu menggubrisnya Shilla langsung berjalan kearah pintu.
“Shill, lo mau kemana?” Tanya Sivia, teman sebangku shilla itu
“Ke Toilet vi, lo mau ikut?”
“Enggak deh, gue dikelas aja” Ucap Sivia kemudian Shilla berjalan menuju toilet.
“Lo mau kemana Chel?” Tanya Angel pada Chelsea yang juga terlihat ingin meninggalkan tempat duduknya
“Gue mau lihat pengumuman hasil lomba ipa kemarin di madding” Jawab Chelsea kemudian ia langsung meninggalkan tempat duduknya itu
quotesshivers
Saat di Mading Chelsea sangat kecewa melihat hasil pengumuman itu, bagaimana tidak ia melihat dirinya berada diurutan kedua. Dan terlebih lagi ia sangat marah saat melihat yang berada diurutan pertama adalah Shilla, saingan terbesarnya.
“Wah kak Shilla emang hebat” Diva tiba tiba muncul dan langsung berkata seperti itu pada teman temannya yang juga melihat hasil pengumuman lomba ipa itu. Dan teman temannya pun seperti mengiyakan apa yang dikatakan oleh diva itu.
“Iya kakak lo emang hebat div” timpal temannya yang lain
“Siapa dulu donk, kakak gue gitu” balas Diva sambil tersenyum.
Chelsea segera menjauhi tempat itu,ia terlihat semakin kesal, ia benar benar ingin melampiaskan kemarahannya saat itu juga. Saat ia berjalan ia menabrak seseorang, ternyata yang ia tabrak adalah Rio. Rio pun langsung menatap kearah Chelsea.
“Elo Chelsea, yang sekelas sama shilla kan?” Tanya Rio sambil menatap kearah Chelsea dan Chelsea pun menundukkan kepalanya kemudian ia bergegas untuk pergi namun ia mendengar suara Rio seolah sedang berkata padanya.
“Inget yah, biarpun Shilla itu lemah itu berarti lo nggak boleh egois, harusnya loe ngalah kek sedikit ke shilla. Gue tahu lo pinter lari tapi kasih kesempatan adik gue untuk membuktikan kalo adik gue juga lebih pantas daripada lo” Teriak Rio dari belakang punggung Chelsea. Chelsea kemudian hanya menatapnya sinis dan langsung berlari meninggalkan Rio.
Di toilet Chelsea menangis kencang, ia tak tahu kenapa ia harus menderita begini. Ia tak mengerti kenapa ia selalu diabaikan apakah karena ia tak seperti shilla, dan karena ia hanyalah anak orang miskin berbeda dengan shilla anak donator terbesar disekolahnya ini. Saat itu terdengar suara keran air menyala dari salah satu kamar mandi tiba tiba ia ingat bahwa Shilla sedang berada di kamar mandi. Chelsea kemudian tersenyum licik, ia segera mengambil ember yang terletak didekat ujung pintu kamar mandi itu, kemudian mengisikannya dengan air. Ia langsung mengambil tangga yang terletak tak jauh dari pintu kamar mandi ia segera memasangkan kupingnya mencari tahu dari mana asal suara keran air itu. Setelah ia tahu ia segera mengambil tali raffia yang ada dikantung roknya. Tali raffia itu biasa ia gunakan saat ia membantu ibunya berjualan dipasar, kini ia menggunakan tali raffia itu untuk mengait pintu kamar mandi ke pintu lainnya sehingga pintu itu akan susah untuk dibuka. Kemudian saat Chelsea mendengar pintu itu sudah bergerak seolah ingin membuka, Chelsea menaiki tangga dilihatnya Shilla sedang menggedor gedor pintu itu, kemudian Chelsea menuangkan air yang ada di dalam ember yang sudah berisi air itu dari atas. Ia langsung turun dari tangga dan bersiap untuk pergi keluar dari toilet itu. Terdengar suara Shilla yang menangis dan terus berteriak dari dalam kamar mandi, kemudian hanya terdengar nafas shilla yang besuara tidak karuan mungkin karena ia menggigil kedinginan saat itu juga.
“Vin, tolong buangin sampah ini ke belakang dong” Pinta Ify murid yang menjadi satu kelas Alvin. Ify meminta Alvin untuk membuang sampah yang menumpuk ditempat sampah kelas saat mereka sedang melakukan piket. Alvin pun segera mengiyakan karena ia sedari tadi hanya terlihat duduk sambil membersihkan lensa kamera kesayangannya itu tanpa membantu teman temannya yang sedang bertugas piket termasuk dirinya yang mendapat giliran piket pada hari itu.
Saat Alvin berjalan ke tempat sampah didepan kelasnya tempat sampah itu sangatlah penuh, ia lalu berpikir untuk membuangnya ketempat sampah yang terletak dibelakang kamar mandi perempuan. Ia pun segera pergi.
Ketika Alvin terlihat sedang melewati belakang kamar mandi SD ia mendengar sebuah teriakan yang sangat ia kenali suaranya, iapun segera berlari ke dalam kamar mandi itu, namun ternyata pintu kamar mandinya sudah saling terikat oleh seuntas tali raffia, setelah ia berusaha sedikit lama untuk melepaskan tali tersebut akhirnya pintu itu pun dapat terbuka. Betapa kagetnya ia saat melihat adiknya yang sedang tergeletak dilantai dalam kondisi tak sadar. Mukanya pucat Ia langsung menggotong adiknya itu dan berlari cepat membawanya ke ruang kesehatan.

Bersambung..
Kritik dan Saran Mention ke @Quotesshivers
ThankYouuu

No comments:

Post a Comment