WAITING
LOVE
Part 1
Kehidupan tidaklah harus bahagia
selalu, Terkadang ada hari hari dimana kamu merasa bahagia namun ada juga hari
dimana kamu mengalami masa masa yang sulit. Masa masa sulit itulah yang harus
kamu hadapi dan jangan pernah mencoba untuk lari dari kenyataan. Seberapa
pahitpun kenyataan yang ada didepanmu hadapilah, percayalah jika suatu saat
kamu akan bisa menemukan jalan keluar dari setiap permasalahanmu dan dari
permasalahanmu itulah kamu akan menjadi pribadi yang lebih dewasa lagi.
Ketika kamu berjalan di kegelapan
tanpa ada seseorang yang menemanimu, tanpa ada sinar yang menghampirimu,
bagaimanakah kamu akan terus berjalan? Bagaimana kamu akan melewati semua jalan
itu tanpa kamu harus terjatuh dan terus terjatuh? Sanggupkah kamu melewati
jalan yang gelap itu dalam kesendirian? Sepi tanpa ada siapapun yang
menemanimu?
Shilla seorang gadis yang berusia
12 tahun, ia adalah sosok yang ceria. Ia anak yang disenangi oleh teman
temannya. Shilla lahir dikeluarga yang sangat berkecukupan. Orang tuanya adalah
donator terbesar di sekolah tempatnya berbakti itu. Ia anak ke tiga dari empat
bersaudara, ia adalah satu satunya anak perempuan didalam keluarganya itu. Ia
sangat disayang oleh kedua kakaknya Alvin, Rio serta adiknya Diva. Kedua
orangtuanya sangat memanjakannya, terlebih ibunya. Ibunya sangat menyayanginya
lebih dari kedua kakaknya. Namun biarpun begitu kedua kakaknya tidak pernah
merasa iri mungkin karena mereka tahu bahwa adiknya sering terkena sakit sejak
kecil jadi ibu mereka memberi perhatian lebih padanya. Biarpun ia dimanjakan
dan diberi perhatian lebih oleh orang orang yang menyayanginya Shilla tak
pernah bersikap tinggi hati, ia tetap rendah hati pada teman temannya.
Hari ini adalah festival olahraga
lomba lari yang diadakan untuk memperingati ulang tahun sekolah. Setiap anak
bersorak untuk mendukung teman mereka, ada juga yang hanya terlihat
menyemangati setiap peserta yang mengikuti lomba lari tersebut.
“Baiklah kita akan mulai”
“Bersedia, Siap, Yaaa”
Peluitpun berbunyi dengan kencang
dan keras para peserta sudah berlari dengan sangat cepat, terdengar bunyi kaki
kaki yang tidak beraturan dan seolah saling berkejaran satu sama lain, mereka
segera berusaha mempercepat larinya agar bisa mengalahkan peserta yang lain.
Terlihat Shilla yang daritadi menahan rasa sakit didadanya saat berlari,
kecepatannya mulai berkurang secara perlahan. Chelsea datang menghampirinya dan
menyalipnya dan kini Chelsea berada terdepan dari peserta lainnya. Senyum
mengembang puas terlihat dari lekukan bibir Chelsea. Shilla terlihat mulai
menjauh dari peserta berikutnya. Kini ia memegangi dadanya kembali seolah ia
sedang berusaha menahan rasa sakit yang sedang ia rasakan pada saat itu.
Nafasnya terlihat tak beraturan, perlahan lahan ia berusaha menghentikan
larinya. Kedua orangtuanya khawatir melihat sikap shilla daritadi, mereka
langsung berlari ke perlintasan shilla pada saat itu. Kedua kakaknya serta
adiknyapun mengikuti kedua orangtuanya dari belakang. Tak berapa lama kemudian
tiba tiba terdengar suara ricuh dari sekitar perlintasan shilla. Dan ternyata Shilla
pingsan.
Satu
bulan sebelum Festival Lomba Lari
Shilla, Rio, Alvin dan Diva
bersepeda bersama ke sekolah. Shilla yang dibonceng oleh Alvin serta Diva yang
dibonceng oleh Rio bersepeda dengan sangat santai menuju sekolah. Perjalan dari
rumah menuju sekolah tidak terlalu begitu jauh, mereka hanya melewati jalan
disepanjang sawah saja kemudian mereka akan menjumpai sekolah mereka. Disepanjang
perjalanan menuju sekolah mereka selalu bercanda tawa satu sama lain. Mereka
selalu akur, jika ada permasalahan kecil diantara mereka, mereka selalu mencari
solusi sendiri untuk menyelesaikannya. Karena itulah mereka jarang terlihat
bertengkar satu sama lain karena mereka selalu berusaha memahami apa yang
menjadi kesukaan dan apa yang tidak disukai oleh yang lain dan selalu berusaha
untuk mengalah. Mungkin jika ada lomba keluarga bahagia keluarga mereka pantas
untuk memenangkan lomba keluarga bahagia itu tanpa ada sedikit rekayasa
diantara mereka. Mereka layak untuk menjadi duta keluarga bahagia mungkin.
Seusai memarkirkan sepedanya
mereka segera masuk ke kelas masing masing. Saat ini Alvin sudah memasuki kelas
3 SMP, Rio sudah berada dikelas 1 SMP dan Shilla berada dikelas 6 SD, sedangkan
Diva ia berada dikelas 4 SD, jarak mereka satu sama lain tak terlalu begitu
jauh itu mungkin yang membuat mereka menganggap selain mereka kakak beradik
mereka juga bisa dianggap sebagai teman. Mereka bisa menjadi tempat curhat satu
sama lain dan menjadi teman untuk bermain.
“Shill, tolong ya satu kali lagi,
Bilangin ke Alvin ini coklat dari Swiss loh” Seorang gadis berkuncir satu datang
pada shilla ia memberikan sebuah coklat dengan dihiasi pita berwarna pink pada
shilla. Shilla menatapnya sekilas seolah mengerti dengan apa yang harus ia
perbuat berikutnya.
“Shilla, tunggu! Tolong kasih ini
sama Kak Rio ya, Plissss” Mohon gadis yang tadi berlari dan memberikan sebuah
bingkisan yang cukup besar pada shilla. Shilla mengambilnya kemudian ia
berjalan kembali menuju lokernya.
Saat ia membuka lokernya ia
melihat beberapa surat berjatuhan, ia menunduk kemudian ia mengambil surat
surat itu. Tanpa ia melihat dari siapa pengirimnya dan untuk siapa surat itu
ditujukan ia tak peduli. Kini ia berjalan ke gedung SMP yang terletak disebelah
gedung sekolah dasarnya itu. Saat ia berjalan ia melihat Diva yang terlihat
sedang dikerumuni oleh beberapa kaum hawa. Diva hanya terlihat melemparkan
senyum dan seolah ingin berlari dari tempatnya itu.
“Kak shilla” Panggil Diva dengan
keras, Shilla menoleh kearah Diva sambil tersenyum pada diva
“Bentar ya gue mau nemuin kakak
gue dulu” Ucap Diva sambil melambaikan tangannya pada orang orang yang sedari
tadi mengerumuninya. Terlihat raut wajah mereka langsung kecewa saat melihat
Diva pergi meninggalkan mereka.
Diva segera berlari menghampiri
shilla yang terlihat sudah menunggunya daritadi. Diva melihat shilla membawa
beberapa bungkusan dan surat surat. Diva langsung tersenyum pada shilla dan
membantu shilla membawakan beberapa bingkisan yang cukup besar ukurannya.
“Kak, udah berapa kali gue bilang
mending kakak bilang deh ke mereka kalau kak shilla itu bukan tukang pos
mereka” Kata Diva sambil berjalan disamping kakaknya itu
“Iya dek, kakak juga tahu kok.
Kakak juga udah berusaha bilang ke mereka kok” Jawab Shilla
“Terus sampai kapan kak shilla mau
kaya gini?” Diva tiba tiba berhenti dan menghadap ke Shilla
“Ya nggak tahu. Mungkin nunggu
kalian enggak popular kali yah, jadi kakak nggak repot kaya gini” Jawab Shilla sambil
tersenyum simpul sambil berjalan kembali menuju lapangan. Diva pun segera
mengikutinya kembali. Terlihat Rio yang baru saja selesai berlari. Rio terlihat
sedang meneguk air mineral untuk menghilangkan dahaganya. Alvin ia terlihat
sedang membersihkan lensa kameranya kemudian ia segera memotret ke segala
penjuru arah yang dianggapnya menarik untuk menjadi sasaran kameranya itu. Yah walau
mereka punya bakat tersendiri, namun Alvin, Rio dan Diva sangat jago sekali
dalam hal berlari. Bahkan mereka selalu menjadi wakil dari sekolah untuk
mengikuti lomba lari, dan hasilnya piala dan thropy selalu mereka bawa pulang.
Namun Shilla tak terlihat mempunyai bakat lari seperti kedua kakaknya serta
adiknya itu.
“Hey kak Rio, Kak Alvin” Teriak
Diva kencang, Shilla dan Diva segera berjalan menuju mereka. Alvin segera
memotret mereka berdua yang sedang berjalan kearahnya dan Rio.
“Apa apaan sih kak, gue tahu gue
ganteng jadi nggak usah foto gue mulu deh” Ucap Diva sambil mengambil minum
Alvin yang terletak diatas tas Alvin yang tergeletak begitu saja ditanah. Shilla
mengamati tas Alvin yang tergeletak ditanah itu.
“Kak Alvin, kan Shilla bilang
kalo kakak naruh tas ditanah entar tas kakak jadi kotor, nih liat udah kotor
kan dibawah” Ucap Shilla setelah menyerahkan bingkisan serta surat pada Diva,
kemudian ia berusaha membersihkan pasir pasir yang menempel di sekitar tas
Alvin. Alvin hanya tersenyum simpul, kemudian Rio datang menghampiri mereka dan
melihat bingkisan serta surat yang ditangan Diva.
“Apaan tuh div? “ Tanya Rio
sambil melihat satu persatu bingkisan itu dan melihat ada beberapa yang
ditujukan kepadanya dan Alvin pun melirik kearah bingkisan serta surat surat
itu
“Untuk apa sih kalian nerima itu?
“ Kini Alvin yang ikut bertanya juga. Diva hanya menoleh kearah shilla.
Kemudian Alvin dan Rio tahu maksud diva tersebut.
“Shil” Panggil Rio pada Shilla
yang seolah Shilla berusaha menghindari pertanyaan kedua kakaknya itu. Shilla
kemudian menoleh kepada mereka berdua.
“Itu tadi mereka cuman nitip aja
ke aku, trus mereka bilang kalo itu buat kak Rio dan kak Alvin” Terang Shilla
kemudian mengambil bingkisan dan surat surat itu dan memilah milahnya.
“Nih ini buat kak Rio, dan ini
buat kak Alvin” Ucap Shilla sambil memberikan yang mana untuk Alvin dan yang
mana untuk Rio. Rio mengambilnya dan hanya menatapnya saja. Sedangkan Alvin ia
tak terlihat sama sekali berniat menyetuhnya.
“Udah ah, gue males nerima kaya
ginian” Ucap Alvin sambil melempar bingkisan serta surat surat itu ke tanah
kemudian ia pergi meninggalkan mereka semua. Rio mengikuti Alvin namun terlihat
ia masih membawa bingkisan itu namun ternyata ia langsung membuang bingkisan
serta surat surat itu ke tong sampah yang ada didekatnya. Diva hanya geleng
geleng menatap kedua kakaknya itu. Diva kemudian menatap kearah shilla, ia
melihat mata shilla yang sendu. Sejenak Diva merasa tenang saat ia melihat mata
kakaknya itu, seolah ia berpikir tak mau kehilangan sosok kakaknya itu.
“Kita balik aja yuk dek” Ajak
Shilla sambil tersenyum pada adiknya itu. Adiknya langsung mengangguk semangat
kemudian mereka berdua berjalan menjauhi lapangan itu.
Saat dikelas anak anak kelas 6B
terlihat sangat berisik ketika guru mengumumkan hasil ulangan mereka pada
beberapa minggu lalu.
“Baiklah Shilla mendapatkan nilai
85” Bu Winda langsung memberikan kertas ulangan itu pada shilla, shilla hanya
tersenyum melihat hasil ulangannya sendiri itu. Yah itu adalah ulangan Math
baginya Math adalah pelajaran yang sangat sulit baginya. Nilai 85 ini adalah
kepuasan tersendiri baginya karena ia sudah begitu banyak merepotkan kedua
kakaknya untuk membantunya belajar menghadapi ulangannya kali ini. Terdengar
banyak teriakan selamat pada shilla karena shilla mendapatkan nilai yang cukup
tertinggi dikelas pada saat itu. Shilla hanya tersenyum saat mendengar pujian
dari teman temannya itu.
“Chelsea mendapatkan nilai 97”
Teriak Bu Winda sambil menyerahkan lembar jawaban Chelsea pada Chelsea. Anak
anak seketika diam, mereka saling menatap satu sama lain dan seolah tak percaya
bahwa Chelsea yang mendapat nilai tertinggi kembali. Chelsea kembali berjalan
ke tempat duduk ia terlihat memandang sekilas pada Shilla kemudian ia kembali
berjalan ke tempat duduknya kembali. Shilla hanya terlihat kecewa karena
ternyata Chelsea berada diatasnya. Namun ia mendengar beberapa teman temannya
sedikit membicarakan tentang Chelsea
“Anak miskin itu mendapat nilai
tertinggi kembali”
“Bagaimana mungkin Chelsea? Dia
kan tidak punya waktu untuk belajar?”
“Kemarin aku melihatnya berjualan
dipasar sampai larut malam, jadi kapan ia belajar?”
“Apakah ia menyontek? Sungguh
memalukan. Sudah miskin nyontek lagi”
Suara suara itupun sangat terdengar
ditelinga Chelsea, ia hanya memandang sinis pada orang orang yang sedang
berbisik bisik mengenai dirinya. Ia kemudian hanya menatap kedepan papan tulis
kembali ia berusaha seolah ia tak mendengar apapun yang mereka katakan tentang
dirinya.
“Baiklah apa kalian sudah tahu
bahwa bulan depan sekolah kita akan berulang tahun, dan kita akan turut
berpartisipasi pada festival lomba lari tersebut” Teriak Bu Winda segera anak
anak itu saling menatap satu sama lain, tak percaya bahwa wakil dari kelas
mereka akan bertanding dengan kakak kelas di sekolah menengah pertama.
“Baiklah tenang semuanya, ibu
akan mengumumkan siapa yang akan menjadi wakil dari kelas kita yang akan
bertading di festival lomba lari tersebut. Suasana yang tadi ribut kini
seketika hening kembali. Mata mereka kini memandang serius ke guru yang ada
didepan mereka itu.
“Shilla, selamat! Kamu akan
mewakili kelas kita di lomba lari bulan depan” Teriak Bu winda sambil tersenyum
pada Shilla, teman teman shilla terlihat memberinya pujian kembali. Kemudian
Angel yang merupakan teman sebangku Chelsea pun mengacungkan jarinya.
“Ya Angel, ada apa?” Tanya Bu
Winda
“Bagaimana bisa Shilla yang
terpilih? Harusnya Chelsea yang terpilih?” Terang Angel
“Bukannya Chelsea yang nilai
nilai olahraganya selalu bagus, apalagi dalam hal berlari ia yang paling unggul
diantara kita semua. Dan Shilla kan mengidap asma bu?” Kini Alyssa yang juga
temen Chelsea pun ikut menyuarakan pendapatnya. Terdengar beberapa suara
sorakan ketidak setujuan untuk kedua orang itu. Angel dan Alyssa pun hanya
sinis pada ulah teman temannya yang menyorakin mereka itu.
“Tenang semuanya, Ibu harap kalian kembali tenang” Teriak Bu
Winda dengan keras. Kembali suasana kelas menjadi agak tenang kembali dan
mendengar penjelasan dari Bu Winda.
“Ibu kira itu bagus untuk Shilla,
Karena kedua kakaknya dan adiknya ikut dalam pertandingan tersebut. Jadi Ibu
akan tetap mengirimkan Shilla yang akan menjadi perwakilan dari kelas kita”
Terang Bu Winda tersebut.
“Terus bagaimana dengan Chelsea?
Diakan yang paling jago dalam berlari” Tanya Angel kembali secara spontan
“Baiklah Ibu akan memikirkan
tentang Chelsea, apakah dia akan diikutkan atau hanya shilla saja yang akan
mewakili kelas kita” Ucap Bu winda kemudian bel terdengar berbunyi itu berarti jam
pelajaran mereka segera berganti kembali.
Saat jam istirahat terlihat
beberapa dari mereka ada yang masih berada didalam kelas, termasuk Chelsea.
Chelsea terlihat menunduk dan menahan kekecewaannya. Kemudian Shilla datang
menghampirinya.
“Chelsea, selamat ya nilai kamu
tertinggi kembali, lain kali aku pasti akan bisa mengalahkanmu” Ucap shilla
sambil tersenyum, namun Chelsea hanya menatapnya dengan sinis kemudian menunduk
kembali dan menyembunyikan kepalanya dikedua tangannya itu. Melihat Chelsea tak
begitu menggubrisnya Shilla langsung berjalan kearah pintu.
“Shill, lo mau kemana?” Tanya
Sivia, teman sebangku shilla itu
“Ke Toilet vi, lo mau ikut?”
“Enggak deh, gue dikelas aja” Ucap
Sivia kemudian Shilla berjalan menuju toilet.
“Lo mau kemana Chel?” Tanya Angel
pada Chelsea yang juga terlihat ingin meninggalkan tempat duduknya
“Gue mau lihat pengumuman hasil
lomba ipa kemarin di madding” Jawab Chelsea kemudian ia langsung meninggalkan
tempat duduknya itu
Saat di Mading Chelsea sangat
kecewa melihat hasil pengumuman itu, bagaimana tidak ia melihat dirinya berada
diurutan kedua. Dan terlebih lagi ia sangat marah saat melihat yang berada
diurutan pertama adalah Shilla, saingan terbesarnya.
“Wah kak Shilla emang hebat” Diva
tiba tiba muncul dan langsung berkata seperti itu pada teman temannya yang juga
melihat hasil pengumuman lomba ipa itu. Dan teman temannya pun seperti
mengiyakan apa yang dikatakan oleh diva itu.
“Iya kakak lo emang hebat div” timpal
temannya yang lain
“Siapa dulu donk, kakak gue gitu”
balas Diva sambil tersenyum.
Chelsea segera menjauhi tempat
itu,ia terlihat semakin kesal, ia benar benar ingin melampiaskan kemarahannya
saat itu juga. Saat ia berjalan ia menabrak seseorang, ternyata yang ia tabrak
adalah Rio. Rio pun langsung menatap kearah Chelsea.
“Elo Chelsea, yang sekelas sama
shilla kan?” Tanya Rio sambil menatap kearah Chelsea dan Chelsea pun
menundukkan kepalanya kemudian ia bergegas untuk pergi namun ia mendengar suara
Rio seolah sedang berkata padanya.
“Inget yah, biarpun Shilla itu
lemah itu berarti lo nggak boleh egois, harusnya loe ngalah kek sedikit ke
shilla. Gue tahu lo pinter lari tapi kasih kesempatan adik gue untuk
membuktikan kalo adik gue juga lebih pantas daripada lo” Teriak Rio dari
belakang punggung Chelsea. Chelsea kemudian hanya menatapnya sinis dan langsung
berlari meninggalkan Rio.
Di toilet Chelsea menangis
kencang, ia tak tahu kenapa ia harus menderita begini. Ia tak mengerti kenapa
ia selalu diabaikan apakah karena ia tak seperti shilla, dan karena ia hanyalah
anak orang miskin berbeda dengan shilla anak donator terbesar disekolahnya ini.
Saat itu terdengar suara keran air menyala dari salah satu kamar mandi tiba
tiba ia ingat bahwa Shilla sedang berada di kamar mandi. Chelsea kemudian
tersenyum licik, ia segera mengambil ember yang terletak didekat ujung pintu
kamar mandi itu, kemudian mengisikannya dengan air. Ia langsung mengambil
tangga yang terletak tak jauh dari pintu kamar mandi ia segera memasangkan
kupingnya mencari tahu dari mana asal suara keran air itu. Setelah ia tahu ia
segera mengambil tali raffia yang ada dikantung roknya. Tali raffia itu biasa
ia gunakan saat ia membantu ibunya berjualan dipasar, kini ia menggunakan tali
raffia itu untuk mengait pintu kamar mandi ke pintu lainnya sehingga pintu itu
akan susah untuk dibuka. Kemudian saat Chelsea mendengar pintu itu sudah
bergerak seolah ingin membuka, Chelsea menaiki tangga dilihatnya Shilla sedang
menggedor gedor pintu itu, kemudian Chelsea menuangkan air yang ada di dalam
ember yang sudah berisi air itu dari atas. Ia langsung turun dari tangga dan
bersiap untuk pergi keluar dari toilet itu. Terdengar suara Shilla yang
menangis dan terus berteriak dari dalam kamar mandi, kemudian hanya terdengar
nafas shilla yang besuara tidak karuan mungkin karena ia menggigil kedinginan
saat itu juga.
“Vin, tolong buangin sampah ini
ke belakang dong” Pinta Ify murid yang menjadi satu kelas Alvin. Ify meminta
Alvin untuk membuang sampah yang menumpuk ditempat sampah kelas saat mereka
sedang melakukan piket. Alvin pun segera mengiyakan karena ia sedari tadi hanya
terlihat duduk sambil membersihkan lensa kamera kesayangannya itu tanpa
membantu teman temannya yang sedang bertugas piket termasuk dirinya yang
mendapat giliran piket pada hari itu.
Saat Alvin berjalan ke tempat
sampah didepan kelasnya tempat sampah itu sangatlah penuh, ia lalu berpikir
untuk membuangnya ketempat sampah yang terletak dibelakang kamar mandi
perempuan. Ia pun segera pergi.
Ketika Alvin terlihat sedang melewati
belakang kamar mandi SD ia mendengar sebuah teriakan yang sangat ia kenali
suaranya, iapun segera berlari ke dalam kamar mandi itu, namun ternyata pintu kamar
mandinya sudah saling terikat oleh seuntas tali raffia, setelah ia berusaha sedikit
lama untuk melepaskan tali tersebut akhirnya pintu itu pun dapat terbuka.
Betapa kagetnya ia saat melihat adiknya yang sedang tergeletak dilantai dalam
kondisi tak sadar. Mukanya pucat Ia langsung menggotong adiknya itu dan berlari
cepat membawanya ke ruang kesehatan.
Bersambung..
Kritik dan Saran Mention ke
@Quotesshivers
ThankYouuu
No comments:
Post a Comment