WAITING
LOVE
Part
6
Diva menelusuri jalan memakai sepeda barunya. Ia Nampak
sudah sedikit luwes menaiki sepedanya itu. Sebelum Diva pulang ia mengarahkan
sepedanya tepat kesebuah toko yang ada ditengah jalan. Segera Ia membuka pintu
toko itu dan melihat barang yang sudah ia inginkan sejak dulu.
“Akhirnya, gue bisa beli juga” Diva tersenyum kemudian
ia berjalan menuju kasir.
Sesampainya dikamarnya Shilla merebahkan tubuhnya
diatas kasurnya. Kasurnya yang empuk membuatnya memejamkan matanya sejenak dan
menghilangkan rasa lelahnya. Tiba tiba ia teringat dengan kejadian yang ia
lihat tadi siang. Ia masih membayangkan betapa malangnya nasib Chelsea harus
hidup dengan ibu yang seperti itu.Ia bangkit dan mengambil foto yang dipajang
diatas meja belajarnya.
“Untung gue hidup dikeluarga yang kaya gini,Mama, Papa,
Kak Alvin, Kak Rio serta Diva yang sayang sama aku. Aku beruntung banget bisa
punya keluarga kaya kalian” Ucap Shilla
sambil mencium foto itu dan memeluknya.
Setelah Papa Boy menunjukan semua yang ia cari dari
rumah sakit tempat Shilla dilahirkan, kini Mama Widya hanya bisa menangis saat
ia membaca semua artikel yang suaminya dapatkan dari rumah sakit itu.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang pa” Mama Widya
menangis sambil memegang erat kertas yg ada ditangannya
“Kita cari anak kita”
“Anak kita? Pa, shilla itu anak kita. “
“Tapi ma, kita harus cari anak kita. Anak kandung kita”
Ucap Papa boy dengan keras
“Kalau begitu papa saja yang mencarinya”
“Tidak. Mama
juga harus melihat putri kandung kita”
-quotesshivers-
Rio memasang earphone ditelinganya sambil tidur dan
membaca buku disofa .Sekilas Ia melihat orang tuanya sedang berbicara namun ia
tak mendengarnya karena ia sedang memakai earphonenya. Ia melihat kedua
orangtuanya yang terlihat tergesa gesa pergi. Matanya mengekor langkah kaki
orang tuanya hingga pintu rumah mereka.
“Heh Tunggu” Alvin berteriak memanggil Chelsea yang
tengah bersepeda. Chelsea pun memberhentikan sepedanya dan menoleh kea rah
orang yang memanggilnya itu. Alvin melajukan sepedanya kembali hingga berada
disisi Chelsea.
“Ada apa?” Tanya Chelsea heran
“Gue mau minta sesuatu dari lo”
“Maksud lo apa?” Tanyanya heran
“Gue minta elo jangan sakitin shilla lagi”
“Denger yah gue nggak pernah nyakitin shilla”
“Tolong jangan sakitin dia. Gue akan ngelakuin apa yang
lo mau asal lo nggak nyakitin dia lagi” Pinta Alvin
“Oke. Lo harus berlutut didepan gue sekarang” Ucap
Chelsea. Alvin yang tak menghiraukan Chelsea langsung turun dari sepedanya
kemudian ia berlutut didepan Chelsea. Chelsea merasa bingung. Ia melihat ke
sekitarnya. Ia malu kenapa Alvin sampai rela melakukan hal ini didepan umum.
Tanpa piker panjang Chelsea langsung melajukan sepedanya kembali dan
meninggalkan Alvin yang masih berlutut.
Alvin berusaha berdiri kembali, ia membersihkan celananya
yang kotor karena terkena dengan tanah. Ia tak tahu kenapa ia sampai melakukan
apa yang diperintahkan Chelsea. Kembali ia menaiki sepedanya dan bergegas
pulang kerumah.
-quotesshivers-
Beberapa hari kemudian, Saat keluarga ini tengah
berkumpul diruang tengah terdengar suara bel pintu berbunyi. Mama Widya
terlihat ingin membukakan pintu namun Diva sudah antusias membuka pintu. Betapa
herannya Diva saat ia melihat orang yang ada didepannya kini. Diva kemudian
menyuruhnya masuk dan membawa orang itu keruang tengah.
“Chelsea” Ucap Shilla pelan saat ia melihat Chelsea
yang berada di ruang tengah bersama diva. Semuanya sontak menoleh kearah
Chelsea dan kaget melihat Chelsea berada disitu. Chelsea hanya bisa melihat
Papa Boy yang nampak bingung.
“Elo ngapain disini? Elo mau ngacauin acara keluarga
kita” Ketus Rio saat ia melihat Chelsea
“Gue kesini karena gue juga bagian dari keluarga ini”
Teriaknya spontan yang membuat Rio, Alvin, Shilla serta Diva kaget mendengar
pernyataan darinya itu.
“Maksud lo apa? “ Kini Alvin turut bertanya akan
pernyataan Chelsea itu. Chelsea hanya diam. Kemudian ia melihat kea rah papa
boy yang terlihat kebingungan. Ia menatap Mama Widya yang terlihat sedang duduk
bersama shilla dengan mesra dan penuh kasih sayang. Chelsea menatap kea rah
Alvin, rio serta diva bergantian.
“Biar papa jelaskan” spontan Papa Boy
“Jelasin apa pa?” Diva pun bertanya dengan polos sambil
menatap wajah papanya tersebut.
“Chelsea itu anak papa dan mama” Jelas papa Boy
sedikit. Mama Widya terlihat tak sanggup mendengar suaminya yang akan
menjelaskan semuanya kepada anak anaknya termasuk shilla. Ia melihat shilla
sejenak, ada raut wajah takut disana. Ia perlahan memeluk shilla pelan.
“Maksud papa apa?” Pertanyaan itu kini muncul dari
bibir shilla secara pelan dan jelas
“Shilla, Maafkan papa dan mama. Papa dan mama juga baru
tahu hal ini” Mamanya yang berada disamping shilla kini menatapnya dan memegang
wajah shilla.
“Chelsea tertukar dengan shilla saat ia masih bayi”
Jelas papa boy yang membuat Rio, Alvin serta diva kembali kaget.
“Nggak mungkin pa, jelas jelas shilla itu adik kita.
Itu nggak mungkin” Ucap Rio tak percaya mendengar pernyataan papanya itu. Alvin
hanya bisa melihat papanya itu dengan raut wajah tak percaya sama seperti diva
adiknya.
“Maksud papa apa? Diva masih nggak ngerti” Diva
memegang tangan papanya kemudian menatapnya kembali. “Kakak kamu itu Chelsea
bukan shilla”
Diva membuka mulutnya tak percaya. Ia kini menatap
Chelsea. Kemudian ia menatap shilla yang nampaknya sangat terpukul mendengar
pernyataan papanya itu. Shilla berdiri dari kursinya dan berlari keluar rumah.
Alvin, Rio serta Diva langsung mengikuti Shilla dari belakang. Sedangkan
Chelsea ia masih mematung berdiri diruang tengah sambil menatap kepada kedua
orang tuanya.
Shilla masih terlihat menangis dibawah pohon. Shilla
menyembunyikan wajahnya dalam kedua tangannya itu. Shilla masih tak percaya
dengan apa yang ia dengar tadi.
“Shill” Alvin berkata pelan sambil menghampiri adiknya
itu, Rio dan Diva pun langsung berlari menyusul Alvin kemudian mereka duduk
disamping shilla yang masih terisak itu.
“Apa benar kalau aku bukan adik kakak” Tanya shilla
pelan sambil menatap kea rah Alvin dan Rio. Begitu juga dengan diva. “Div gue
bukan kakak lo” ucapnya pelan sambil beruraian air mata. Diva mengelap air mata
yang kini turun membasahi pipinya itu kemudian ia memeluk kakaknya itu dan
menatapnya pelan.
“Biar bagaimanapun kak shilla adalah kakak diva.
Selamanya akan jadi kakak diva” ucapnya dengan polos sambil menangis. Rio pun
kini menatapnya sekilas tak percaya bahwa orang yang selama ini bersamanya itu
ternyata bukan adiknya. Namun tak bisa
dipungkiri jika ia sudah menganggap shilla seperti adiknya sendiri.
“Shill, elo adalah adik gue. Dan gue kakak lo. Kita
tetap keluarga kok” Ucapnya pelan sambil menitikkan air mata. Alvin hanya
menatap shilla pelan. Sungguh hatinya sangat tak percaya dengan apa yang
terjadi barusan. Ia menatap mata sayu shilla yang terus mengeluarkan butir
butir air dari matanya. Shilla pun terlihat menatap Alvin sejenak.
“Kak, kalau aku bukan adik kandung kakak. Apa boleh aku
memanggil kakak dengan sebutan kakak, apa boleh aku bersama dengan kalian. Apa
boleh aku menghabiskan waktu bersama kalian?” Butir butir air mata itu kembali
mengalir dipipi shilla. Diva dan Rio tak bisa menjawab mereka pun terbawa
suasana sedih sesaat.
“Sampai kapanpun elo tetap bagian dari keluarga kita.
Apapun yang terjadi takkan membuat kita harus menjauh dari lo shill. Elo tetap
adik gue dan Rio sekaligus kakaknya diva. Kita akan tetap bersama seperti
dulu.” Alvin memandang shilla kemudian memeluk adiknya dengan air mata yang
sudah tidak bisa tertahan lagi olehnya.
-quotesshivers-
Kini Shilla sudah berada diruang tengah lagi.
Disampingnya terlihat Rio serta Alvin dan diva yang berada dibelakang mereka.
Mama Widya langsung menghampiri Shilla kemudian memeluknya. Raut wajah yang
khawatr Nampak di wajah mama widya saat itu.
“Shilla, kamu darimana sayang. Mama takut terjadi
sesuatu padamu” Mama widya mengatakan itu masih dalam posisi memeluk shilla. Shilla
menatap wajah mamanya itu sejenak.
“Shilla nggak apa apa kok ma, sekarang shilla mau
istirahat dulu” Jawab shilla
“Mama temenin kamu tidur mala mini yah sayang” Ucap
mamanya itu dengan dibalas anggukan oleh shilla. Kemudian mereka berdua menaiki
tangga dan masuk ke kamar shilla. Chelsea merasakan batinnya perih saat melihat
orang yang harusnya menjadi Mamanya malah menyayangi orang lain. Papa Boy
menghampiri Chelsea sejenak kemudian merangkulnya untuk memberinya semangat.
“Kamu tidur di kamar tamu yah Chelsea. Besok kita akan
dekorasi kamar kamu sesuka hati kamu” Jelas papa Boy kemudian meninggalkan
Chelsea berdiri disitu sendirian.
Rio datang menghampirin Chelsea dengan tatapan tajam
begitu juga dengan Alvin yang sangat cuek padanya. Bahkan Alvin tak mau melihat
wajahnya.
“Biarpun elo anak kandung papa dan mama. Tapi adik kita
itu tetap shilla” Rio mengatakan itu dengan jelas sambil meninggalkan Chelsea
yang masih berdiri mematung disitu. Dilihatnya diva yang menatapnya polos.
“Kamu kakak aku? Aku masih nggak percaya”
Chelsea diam mendengar jawaban dari diva. Bahkan diva
yang ia bayangkan masih polos dan mungkin bisa menerimanya pun ikut ikutan
seperti kedua kakaknya itu.
-quotesshivers-
Shilla masih membuka matanya kini matanya dan mata
Mamanya saling memandang sambil berbaring ditempat tidur. Mama widya menatap
shilla dengan sedih. Mukanya menampakkan dirinya yang Nampak tak ingin
kehilangan putrinya yang sudah ia besarkan selama ini. Putri yang sudah
menceriakan harinya itu. Putri yang selalu menghiburnya dikala ia sedang sedih.
Air matanya kini mengalir begitu saja saat ia menatap Shilla. Begitu juga
dengan shilla ia pun ikut berlinang air mata, ia sangat takut ia akan berpisah
dengan keluarganya yang selama ini sudah membesarkannya. Keluarganya yang
selama ini yang memberinya kasih sayang dan perhatian lebih. Ia takut berpisah
dengan ibunya yang selama ini selalu mendengarkan ceritanya, bercanda tawa
bersama, dan menghabiskan waktu bersama. Ia takut akan kehilangan
kebahagiaannya juga setelah ini.
“Ma, apakah Mama menyayangiku?” Tanya shilla pelan,
mata shilla memandang mata Mamanya itu dengan tatapan penuh kecemasan.
“Mama sangat menyayangimu nak, melebihi apapun didunia
ini, Mama nggak ingin kehilangan kamu sayang” Jelas mamanya, butiran air matanya
kembali mengalir seraya Mamanya mengucapkan kata itu.
“Aku juga sangat menyayangimu ma, sangat mencintaimu.
Love you Ma” Ucap Shilla pelan sambil memeluk Mamanya itu. Mamanya mendekapnya
dengan sangat erat, seakan Ia benar benar tak mau berpisah dengan putri
kesayangannya itu.
Chelsea hanya bisa terdiam dan menangis mendengar
pembicaraan diantara Mama Widya dengan Shilla. Dia hanya tertunduk lemas. Ia
sangat putus asa apakah ia bisa diterima dikeluarga ini. Namun egonya kembali
muncul. Baginya yang terpentinng ia adalah keluarga sah dan ia tidak mau
kembali ke rumah asalnya. Ke rumah yang membesarkannya juga selama ini. Bahkan
ia masih kecewa melihat Ibunya yang mengusirnya langsung setelah mengetahui
jika Chelsea bukanlah putri kandungnya.
-bersambung-
Kritik dan saran mention @Quotesshivers
Thanks
No comments:
Post a Comment