WAITING LOVE
Part 4
Pagi itu banyak sekali siswa yang terlihat memakai baju
olahraga. Yah hari itu adalah festival olahraga. Kini mereka akan disibukkan
dengan festival olahraga lari. Terlihat Shilla yang sedang dikerumuni oleh
teman temannya yang sibuk memberikannya ucapan selamat. Berbeda dari Shilla,
Chelsea hanya terlihat sedang melakukan pemanasan saja. Yah ternyata kepala
sekolah hanya memperbolehkan setiap kelas mengirimkan satu perwakilan saja, dan
itu berarti Chelsea dan Shilla harus bertanding untuk menjadi pemenang yang
akan mewakili kelas mereka untuk bertanding dengan perwakilan dari kakak kelas
mereka. Terlihat senyum mengembang di bibir shilla saat ia mendengar lontaran
pujian dan ucapan semangat yang dilontarkan teman temannya untuknya.
“Shilla, kamu pasti bisa!”
“Makasih ya”
“Shill, semangat yah”
“Shill, jangan sampai kalah”
“Shilla, kamu pasti menang”
Shilla terus tersenyum saat melewati teman temannya itu, ia
kemudian menghampiri kakaknya Alvin yang tengah berdiri dipojok. Shilla sedikit
tertawa geli melihat penampilan Alvin yang sedang memakai baju olahraga namun
masih menggantungkan kamera kesayangannya itu dilengannya.
“Kenapa lo ketawa” Ucap Alvin saat ia merasa sedari tadi
Shilla terus menertawakan dirinya
“Nggak apa apa kok kak, cuman shilla heran ajadeh. Perasaan
hari ini tuh lomba lari bukan lomba foto, jadi kenapa kakak malah bawa kamera
kakak” Jelas Shilla
“Oh, ya nanti kan kakak cuman mau foto kamu saat kamu berhasil
menang dan mewakili kelas kamu. Denger denger dia jago lomba lari yah?” Tanya
Alvin kembali
“Iya kak, Shilla jadi takut nih” Ungkap shilla sambil memasang
wajah bersedih nan imut
“ Shill, kamu harus berusaha tenang. Sejago apapun dia pasti
dia nggak akan ngalahin adek kakak yang cantik ini kok” Hibur Alvin sambil memandang
Shilla
“Semoga deh kak, kakak yakin aku pasti menang?” Tanya Shilla
kembali
“Yakin deh!Gini kalo kamu menang kamu boleh minta hadiah apa
aja dari kakak” Ucap Alvin, Shilla langsung semangat membalas perkataan Alvin
itu
“Beneran kak?” Ucap Shilla
“Iyaaa” Balas Alvin
“Aku pasti akan menang deh kalo gitu” Teriak Shilla sambil
tersenyum lebar. Senyumannya sangat manis sekali, Alvin pun hanya diam saat
melihat adiknya itu tersenyum lebar.
Selang beberapa menit kemudian perlombaan duel antara Shilla
dan Chelsea pun akan segera dimulai. Siapa yang akan menang itulah yang akan
menjadi wakil dari kelas mereka. Namun ternyata tak hanya mereka berdua, ada
beberapa siswa dari kelas lain yang mempunyai perwakilan lebih dari satu
sehingga mereka harus melakukan pertandingan ini untuk memilih satu diantara
yang terbaik dari mereka.
Shilla melakukan pemanasan sedikit, dilihatnya kedua
orangtuanya diantara barisan pendukung yang terlihat bersemangat mengenakan
kaos olahraga, terlihat Alvin yang juga sibuk memotret ia sedari tadi dan
peserta lainnya. Ia hanya melemparkan senyumannya kepada Shilla saat Shilla
menatapnya. Kemudian ia melihat Rio yang mengenakan kaos bertuliskan “SHILLA”
shilla hanya tertawa melihat kakaknya yang satu itu. Sedangkan Diva ia juga
terlihat bersemangat berkali kali shilla melihat diva melambaikan kedua
tangannya sambil tersenyum padanya. Chelsea pun melihat kesekitar pengunjung
namun ia tak melihat batang hidung orangtuanya maupun kakaknya. Chelsea hanya
mendengus kesal diliriknya orang orang yang mengikuti duel ini mereka
mendapatkan support dari orang orang yang menyayanginya, Chelsea pun hanya bisa
diam dan berusaha untuk focus, namun ada satu hal yang masih mengganjal
dipikirannya saat sebelum dimulainya pertandingan duel ini.
Flashback
Ketika itu Chelsea sedang mencari sepatu olahraganya yang
hendak ia gunakan untuk berlari, setelah mencarinya ke sudut ruangan ia
menemukan sepatunya tergeletak di dekat pintu kelas saat Chelsea ingin
mengambilnya ia mendengar beberapa orang yang sedang berbincang bincang
mengenai dirinya.
“Gue ras sih Chelsea yang menang” Ucap cewek berkaca mata yang
tengah berjalan santai bersama kedua temannya
“Gue sih Shilla, yah secara shilla kan anak donator gitu,
apasih yang nggak bisa dia lakuin” Ucap salah satu teman berkaca mata itu
“Iya lagian kalo Chelsea yang menang juga nggak ada gunanya,
udah jelas nanti yang akan ngewakilin kelas kita juga shilla kan?” Timpal anak
yang satunya diikuti anggukan kedua rekannya itu.
Chelsea masih memegang sepatunya itu dilihatnya jam didinding,
ia segera bergegas memakai sepatunya itu kemudian ia menuju lapangan.
End-
Chelsea mengepal tangan kanannya, ia sudah bertekad untuk
menjadi pemenang di pertandingan kali ini. Kekalahannya dalam lompa ipa
beberapa minggu yang lalu membuatnya semakin gigih untuk menjadi pemenang kali
ini. Dilihatnya shilla disampingnya yang masih sedang tersenyum kearah
keluarganya, kemudian dilihatnya kearah gurunya yang sedang memegangi stop
kontak kemudian ia meniupkan peluit yang sudah digantungkan dilehernya itu
dengan panjang dan keras.
Shilla merasakan ada yang aneh pada dirinya saat itu, shilla
merasa bahwa cuaca saat itu sangat cerah. Namun dia merasa pusing dan ia rasa
badannya pun terasa sangat lemas. Namun shilla kembali menatap orang orang yang
sedari tadi menyemangatinya. Shilla tak mau mengecewakan mereka, shilla juga
menatap kea rah Chelsea disampingnya yang terlihat begitu bersemangat. Shilla
berusaha untuk tetap semangat namun rasa pusing itu semakin menjadi jadi,
kemudian ia merasakan sangat sakit. Ketika shilla hendak ingin meminum obatnya
dulu peluit sudah dibunyikan itu artinya pertandingan akan dimulai. Shilla
hanya berdoa dalam hati dan berharap semuanya akan berjalan dengan baik.
“Baiklah kita akan mulai”
“Bersedia, Siap, Yaaa”
Peluitpun berbunyi dengan kencang dan keras para peserta sudah
berlari dengan sangat cepat, terdengar bunyi kaki kaki yang tidak beraturan dan
seolah saling berkejaran satu sama lain, mereka segera berusaha mempercepat
larinya agar bisa mengalahkan peserta yang lain. Terlihat Shilla yang sudah
berlari mendahului teman temannya yang lain dengan cepat, sorak sorai mulai
terdengar menyemangati shilla, namun ia kembali merasakan sakit dikepalanya
kemudian ia juga merasa jantungnya tak kuat lagi. Shilla berusaha berlari
sambil mengatur nafasnya kembali, namun rasa sakit itu tak kunjung membaik,
kecepatan berlarinya mulai berkurang secara perlahan. Melihat Shilla yang sudah
lengah itu Chelsea berusaha untuk mengejarnya dengan cepat. Chelsea datang
menghampirinya dan menyalipnya dan kini Chelsea berada terdepan dari peserta
lainnya. Senyum mengembang puas terlihat dari lekukan bibir Chelsea. Shilla
terlihat mulai menjauh dari peserta berikutnya. Kini ia memegangi dadanya
kembali seolah ia sedang berusaha menahan rasa sakit yang sedang ia rasakan
pada saat itu. Nafasnya terlihat tak beraturan, perlahan lahan ia berusaha
menghentikan larinya. Kedua orangtuanya khawatir melihat sikap shilla daritadi,
mereka langsung berlari ke perlintasan shilla pada saat itu. Kedua kakaknya
serta adiknyapun mengikuti kedua orangtuanya dari belakang. Tak berapa lama
kemudian tiba tiba terdengar suara ricuh dari sekitar perlintasan shilla. Dan
ternyata Shilla pingsan.
Suasana kini menjadi ricuh karena shilla pingsan, Chelsea
memenangkan pertandingan, senyum mengembang lebar dari bibir Chelsea. Ia
melihat ke belakangnya tak dilihatnya shilla, ia melihat beberapa orang yang membawa tandu. Ia melihat
bahwa yang ada ditandu itu adalah shilla. Senyuman pun ikut terbawa dibibir
Chelsea saat ia melihat bahwa lawannya sudah kalah dari dirinya.
“Kak rio, mau sampai kapan kakak bakal mondar mandir kaya gini
terus?” Ray yang dari tadi tak tahan
melihat rio yang mondar mandir disepanjang koridor rumah sakit pun akhirnya
membuka mulutnya.
“Ray, lo gak lihat apa shilla sekarang kritis, gue gak bias
harus tenang saat adek gue kritis gitu” Ucap rio setengah emosi
“Cukup deh yo, bukan elo aja yang khawatir sama keadaan
shilla, lo lihat donk mama sama papa juga khawatir. Harusnya elo bias ngehibur
mereka bukannya elo malah ikut khawatir berlebihan begini” Celutuk Alvin yang
membuat rio menoleh kea rah kedua orang tuanya. Rio berpikir sejenak mungkin
perkataan Alvin benar, sesekali ia menatap pintu ruang icu itu.
“Apakah disini ada orang tua gadis itu?” Ucap seorang dokter
yang baru keluar dari dalam ruangan icu tersebut
“Iya dok, kita orang tuanya. Bagaimana keadaan putri kami
dok?” Papa Boy langsung menjawab pertanyaan dokter itu
“Keadaannya sudah kembali normal cuman ia hanya perlu
istirahat saja untuk memulihkan kondisinya kembali.” Jelas dokter itu kembali
“Syukurlah kalo begitu dok, apa kami boleh menjenguknya?”
Balas Mama Widya
“Boleh tapi sebelumnya boleh saya berbicara dengan kalian, ini
mengenai kondisi lebih lanjut tentang putrid bapak dan ibu” Tanya dokter itu
kembali
“Baik dok” Ujar papa boy dan ia langsung mengikuti langkah
dokter itu bersama istrinya. Sedangkan Alvin, Rio dan Diva langsung menjenguk
shilla yang masih terlihat tertidur dalam
raut wajah kelelahan.
No comments:
Post a Comment