Thursday, October 10, 2013

Waiting Love - Part 4



                                                  WAITING LOVE
                                                            Part 4
                                                           


Pagi itu banyak sekali siswa yang terlihat memakai baju olahraga. Yah hari itu adalah festival olahraga. Kini mereka akan disibukkan dengan festival olahraga lari. Terlihat Shilla yang sedang dikerumuni oleh teman temannya yang sibuk memberikannya ucapan selamat. Berbeda dari Shilla, Chelsea hanya terlihat sedang melakukan pemanasan saja. Yah ternyata kepala sekolah hanya memperbolehkan setiap kelas mengirimkan satu perwakilan saja, dan itu berarti Chelsea dan Shilla harus bertanding untuk menjadi pemenang yang akan mewakili kelas mereka untuk bertanding dengan perwakilan dari kakak kelas mereka. Terlihat senyum mengembang di bibir shilla saat ia mendengar lontaran pujian dan ucapan semangat yang dilontarkan teman temannya untuknya.
“Shilla, kamu pasti bisa!”
“Makasih ya”
“Shill, semangat yah”
“Shill, jangan sampai kalah”
“Shilla, kamu pasti menang”
Shilla terus tersenyum saat melewati teman temannya itu, ia kemudian menghampiri kakaknya Alvin yang tengah berdiri dipojok. Shilla sedikit tertawa geli melihat penampilan Alvin yang sedang memakai baju olahraga namun masih menggantungkan kamera kesayangannya itu dilengannya.
“Kenapa lo ketawa” Ucap Alvin saat ia merasa sedari tadi Shilla terus menertawakan dirinya

“Nggak apa apa kok kak, cuman shilla heran ajadeh. Perasaan hari ini tuh lomba lari bukan lomba foto, jadi kenapa kakak malah bawa kamera kakak” Jelas Shilla
“Oh, ya nanti kan kakak cuman mau foto kamu saat kamu berhasil menang dan mewakili kelas kamu. Denger denger dia jago lomba lari yah?” Tanya Alvin kembali
“Iya kak, Shilla jadi takut nih” Ungkap shilla sambil memasang wajah bersedih nan imut
“ Shill, kamu harus berusaha tenang. Sejago apapun dia pasti dia nggak akan ngalahin adek kakak yang cantik ini kok” Hibur Alvin sambil memandang Shilla
“Semoga deh kak, kakak yakin aku pasti menang?” Tanya Shilla kembali
“Yakin deh!Gini kalo kamu menang kamu boleh minta hadiah apa aja dari kakak” Ucap Alvin, Shilla langsung semangat membalas perkataan Alvin itu
“Beneran kak?” Ucap Shilla
“Iyaaa” Balas Alvin
“Aku pasti akan menang deh kalo gitu” Teriak Shilla sambil tersenyum lebar. Senyumannya sangat manis sekali, Alvin pun hanya diam saat melihat adiknya itu tersenyum lebar.
Selang beberapa menit kemudian perlombaan duel antara Shilla dan Chelsea pun akan segera dimulai. Siapa yang akan menang itulah yang akan menjadi wakil dari kelas mereka. Namun ternyata tak hanya mereka berdua, ada beberapa siswa dari kelas lain yang mempunyai perwakilan lebih dari satu sehingga mereka harus melakukan pertandingan ini untuk memilih satu diantara yang terbaik dari mereka.
Shilla melakukan pemanasan sedikit, dilihatnya kedua orangtuanya diantara barisan pendukung yang terlihat bersemangat mengenakan kaos olahraga, terlihat Alvin yang juga sibuk memotret ia sedari tadi dan peserta lainnya. Ia hanya melemparkan senyumannya kepada Shilla saat Shilla menatapnya. Kemudian ia melihat Rio yang mengenakan kaos bertuliskan “SHILLA” shilla hanya tertawa melihat kakaknya yang satu itu. Sedangkan Diva ia juga terlihat bersemangat berkali kali shilla melihat diva melambaikan kedua tangannya sambil tersenyum padanya. Chelsea pun melihat kesekitar pengunjung namun ia tak melihat batang hidung orangtuanya maupun kakaknya. Chelsea hanya mendengus kesal diliriknya orang orang yang mengikuti duel ini mereka mendapatkan support dari orang orang yang menyayanginya, Chelsea pun hanya bisa diam dan berusaha untuk focus, namun ada satu hal yang masih mengganjal dipikirannya saat sebelum dimulainya pertandingan duel ini.
Flashback
Ketika itu Chelsea sedang mencari sepatu olahraganya yang hendak ia gunakan untuk berlari, setelah mencarinya ke sudut ruangan ia menemukan sepatunya tergeletak di dekat pintu kelas saat Chelsea ingin mengambilnya ia mendengar beberapa orang yang sedang berbincang bincang mengenai dirinya.
“Gue ras sih Chelsea yang menang” Ucap cewek berkaca mata yang tengah berjalan santai bersama kedua temannya
“Gue sih Shilla, yah secara shilla kan anak donator gitu, apasih yang nggak bisa dia lakuin” Ucap salah satu teman berkaca mata itu
“Iya lagian kalo Chelsea yang menang juga nggak ada gunanya, udah jelas nanti yang akan ngewakilin kelas kita juga shilla kan?” Timpal anak yang satunya diikuti anggukan kedua rekannya itu.
Chelsea masih memegang sepatunya itu dilihatnya jam didinding, ia segera bergegas memakai sepatunya itu kemudian ia menuju lapangan.
End-
Chelsea mengepal tangan kanannya, ia sudah bertekad untuk menjadi pemenang di pertandingan kali ini. Kekalahannya dalam lompa ipa beberapa minggu yang lalu membuatnya semakin gigih untuk menjadi pemenang kali ini. Dilihatnya shilla disampingnya yang masih sedang tersenyum kearah keluarganya, kemudian dilihatnya kearah gurunya yang sedang memegangi stop kontak kemudian ia meniupkan peluit yang sudah digantungkan dilehernya itu dengan panjang dan keras.
Shilla merasakan ada yang aneh pada dirinya saat itu, shilla merasa bahwa cuaca saat itu sangat cerah. Namun dia merasa pusing dan ia rasa badannya pun terasa sangat lemas. Namun shilla kembali menatap orang orang yang sedari tadi menyemangatinya. Shilla tak mau mengecewakan mereka, shilla juga menatap kea rah Chelsea disampingnya yang terlihat begitu bersemangat. Shilla berusaha untuk tetap semangat namun rasa pusing itu semakin menjadi jadi, kemudian ia merasakan sangat sakit. Ketika shilla hendak ingin meminum obatnya dulu peluit sudah dibunyikan itu artinya pertandingan akan dimulai. Shilla hanya berdoa dalam hati dan berharap semuanya akan berjalan dengan baik.
“Baiklah kita akan mulai”
“Bersedia, Siap, Yaaa”
Peluitpun berbunyi dengan kencang dan keras para peserta sudah berlari dengan sangat cepat, terdengar bunyi kaki kaki yang tidak beraturan dan seolah saling berkejaran satu sama lain, mereka segera berusaha mempercepat larinya agar bisa mengalahkan peserta yang lain. Terlihat Shilla yang sudah berlari mendahului teman temannya yang lain dengan cepat, sorak sorai mulai terdengar menyemangati shilla, namun ia kembali merasakan sakit dikepalanya kemudian ia juga merasa jantungnya tak kuat lagi. Shilla berusaha berlari sambil mengatur nafasnya kembali, namun rasa sakit itu tak kunjung membaik, kecepatan berlarinya mulai berkurang secara perlahan. Melihat Shilla yang sudah lengah itu Chelsea berusaha untuk mengejarnya dengan cepat. Chelsea datang menghampirinya dan menyalipnya dan kini Chelsea berada terdepan dari peserta lainnya. Senyum mengembang puas terlihat dari lekukan bibir Chelsea. Shilla terlihat mulai menjauh dari peserta berikutnya. Kini ia memegangi dadanya kembali seolah ia sedang berusaha menahan rasa sakit yang sedang ia rasakan pada saat itu. Nafasnya terlihat tak beraturan, perlahan lahan ia berusaha menghentikan larinya. Kedua orangtuanya khawatir melihat sikap shilla daritadi, mereka langsung berlari ke perlintasan shilla pada saat itu. Kedua kakaknya serta adiknyapun mengikuti kedua orangtuanya dari belakang. Tak berapa lama kemudian tiba tiba terdengar suara ricuh dari sekitar perlintasan shilla. Dan ternyata Shilla pingsan.
Suasana kini menjadi ricuh karena shilla pingsan, Chelsea memenangkan pertandingan, senyum mengembang lebar dari bibir Chelsea. Ia melihat ke belakangnya tak dilihatnya shilla, ia melihat  beberapa orang yang membawa tandu. Ia melihat bahwa yang ada ditandu itu adalah shilla. Senyuman pun ikut terbawa dibibir Chelsea saat ia melihat bahwa lawannya sudah kalah dari dirinya.


“Kak rio, mau sampai kapan kakak bakal mondar mandir kaya gini terus?”  Ray yang dari tadi tak tahan melihat rio yang mondar mandir disepanjang koridor rumah sakit pun akhirnya membuka mulutnya.
“Ray, lo gak lihat apa shilla sekarang kritis, gue gak bias harus tenang saat adek gue kritis gitu” Ucap rio setengah emosi
“Cukup deh yo, bukan elo aja yang khawatir sama keadaan shilla, lo lihat donk mama sama papa juga khawatir. Harusnya elo bias ngehibur mereka bukannya elo malah ikut khawatir berlebihan begini” Celutuk Alvin yang membuat rio menoleh kea rah kedua orang tuanya. Rio berpikir sejenak mungkin perkataan Alvin benar, sesekali ia menatap pintu ruang icu itu.
“Apakah disini ada orang tua gadis itu?” Ucap seorang dokter yang baru keluar dari dalam ruangan icu tersebut
“Iya dok, kita orang tuanya. Bagaimana keadaan putri kami dok?” Papa Boy langsung menjawab pertanyaan dokter itu
“Keadaannya sudah kembali normal cuman ia hanya perlu istirahat saja untuk memulihkan kondisinya kembali.” Jelas dokter itu kembali
“Syukurlah kalo begitu dok, apa kami boleh menjenguknya?” Balas Mama Widya
“Boleh tapi sebelumnya boleh saya berbicara dengan kalian, ini mengenai kondisi lebih lanjut tentang putrid bapak dan ibu” Tanya dokter itu kembali
“Baik dok” Ujar papa boy dan ia langsung mengikuti langkah dokter itu bersama istrinya. Sedangkan Alvin, Rio dan Diva langsung menjenguk shilla yang masih  terlihat tertidur dalam raut wajah kelelahan.

No comments:

Post a Comment