Thursday, August 29, 2013

(Complited) Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan Part 1-10


“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan”
Part 1-10

Ini adalah part 1-10 yang kita rangkum dalam satu postingan! Diperuntukkan bagi mereka
yang kesusahan dalam membacanya secara acak. Happy reading Shivers! :) 
1
Disaat orang lain bisa menikmati kesenangan mereka dengan berbagai aktivitas diluar sana yang membuat perasaan mereka jauh lebih nyaman, aku hanya bisa melihat mereka dari dalam jendela kamarku ini. Banyak orang berlalu lalang didepan rumah, bercanda, bergandengan tangan tentu saja untuk menikmati kesenangan mereka sendiri.
Malam ini aku hanya bisa melihat serta memandang bintang dari dekat jendela kamar, rasanya aku ingin sekali pergi mengambil bintang itu tetapi aku berharap bisa menemukan seseorang yang memang ditakdirkan untuk bersamaku agar aku juga dapat melihat bintang itu bersama dengan dia bersama sama selamanya.

 “Ngelamun mulu, mikirin siapa sih? Gue yah?” Shilla menoleh ke samar samar arah suara tersebut berasal. Terlihat Rio sedang berjalan ke arah Shilla dan berdiri disampingnya serta ikut memandang langit malam itu.
 “Apaan sih kak mau tau aja lagian kan ini urusan gue kak, lagi elo pede banget kak, kurang kerjaan banget gue mikirin elo, mending gue mikirin kambing yang ada dipasar sana “ Ujarnya dengan ketus
“Hahaha, iya adekku sayang gue tau kok perasaan elo saat ini, gue kan Cuma mau nanya aja” Ujar Rio sambil mencubit pipi shilla
“Ih apaan sih kak jangan asal cubit donk sakit tau, masa shilla nangis sih, aku kan udah gede kak” Ujar si gadis berambut panjang itu sambil memegangi pipinya yang merah karena bekas cubitan kakaknya itu.
“Nah gitu donk kakak kan jadi seneng liat kamu udah gak murung lagi sekarang ayo kita kedapur, kamu kan dari tadi pagi belom makan ntar sakit loh, kalo sakit ntar siapa yang tanggung jawab coba? Biaya rumah sakit kan gak murah shill “ Ujar cowok itu sambil memandangi shilla dengan penuh perhatian layaknya seorang kakak yang khawatir tentang adik satu satunya itu.
“Iya kakak Rioku sayang kita makan yuk biar kakak seneng deh, hehe” Ucap shilla dengan ceria sambil menggandeng tangan Rio untuk menuju ke dapur.
Mereka pun pergi ke dapur untuk menyantap makan malam dengan berbagai obrolan yang diselingi dengan tawa renyah yang menghiasi kesunyian malam mereka.
Yah Shilla dan Rio adalah kakak beradik namun mereka bukan kakak adik kandung.  Sejak kecil shilla sudah hidup di panti namun ia tidak betah tinggal disana, baginya hidup dipanti itu seperti narapidana yang selalu terpenjara hidupnya, tidak bisa merasakan betapa luasnya dunia ini sehingga ia mencoba beberapa kali kabur dan setelah berkali kali gagal kabur kini ia berhasil kabur dan akhirnya ia bertemu dengan Rio. Rio yang baru saja ditinggal pergi oleh Ibunya. Ibunya meninggalkan Rio dengan mengatakan bahwa ia akan membelikan Rio sebuah mainan yang besar agar Rio dapat bermain seperti anak anak lainnya. Namun apa yang terjadi berhari hari Rio menunggu ibunya di Terminal namun ibunya tidak kunjung datang. Dan akhirnya Rio memilih untuk sadar bahwa ibunya takkan pernah datang lagi untuk menemuinya. Ia berusaha setegar mungkin menghadapi kerasnya hidup di kota. Ketika itu ia masih seorang bocah yang sedang terlihat berusaha menghidupi dirinya sendiri. Bekerja siang dan malam, mengamen, mengemis, mencopet bahkan pernah ia lakukan demi mendapatkan sesuap nasi. Ia tak pernah memikirkan bagaimana kehidupannya dimasa mendatang. Entah apa cita citanya ia pun tak tahu. Sampai seseorang datang di kehidupannya. Seseorang yang memberi ia sedikit harapan untuk lebih berubah lebih baik lagi.
Malam itu ia melihat ada gadis kecil yang menangis di depan emperan sebuah toko.
“Hiksss..Hikksss…Shilla ada dimana ini? Shilla mau pulang.. Hiks,.. “ Tangis si gadis polos itu
“Adek yang cantik kamu ngapain malam malam sendirian disini? Mama papa kamu dimana?” Ucap Rio yang masih polos saat itu
“Mama papa Shilla udah gada, Aku kabur dari panti asuhan sekarang aku gatau ada dimana Hikksss hiksss..” Ujar shilla sambil menangis
“Oh yaudah kalo gitu kita sama donk, mama kakak juga ninggalin kakak di situ” Ujar Rio sambil menunjuk kea rah bangku yang ada di terminal tersebut.
Shilla memandang Rio dengan seksama. Ia tak tahu harus berkata apalagi. Ia sekarang merasa bersalah karena membuat orang lain merasa bersedih
“Oh gitu ya kak, ya udah kakak jangan ikut sedih donk, kan Shilla jadi gak enak”
“ Hahaha kamu lucu deh pede banget sih aku sedih karena hal kaya gini” Ucapnya dengan nada perlahan
“Ya udah sekarang kamu tinggal sama kakak aja, ya walaupun rumah kakak tidak sebesar rumah rumah yang disana” Ucap Rio sambil menunjuk ke sebuah pemukiman rumah yang cukup bagus rumahnya.
“Mau kok kak, Aku mau tinggal sama kakak. Tapi kak…”
“Tapi apa?”
“Shilla gak punya uang untuk bayar sewa tinggal dirumah kakak, uang shilla tinggal segini” Ujar shilla sambil menunjukkan uang selembar lima ribuan pada rio dan bermaksud menyerahkannya pada Rio
“Hahahah kamu lucu banget deh, siapa juga yang mau minta uang sewa dari kamu. Pokoknya gratis deh. Biaya makannya juga gratis deh. Asal…” Ucap Rio sambil tertawa melihat kepolosan Shilla
“Asal apa kakkk?” Ucap shilla penasaran
“Asal kamu mau bantu bantu beresin rumah, hehehe” Ucap rio sambil meringis
“Oke deh kakkk! Makasih ya kakkk! Pokoknya pekerjaan rumah pasti beres deh ntar sama shilla, kalo bisa sampe rumah kakak kinclong semua deh,hehe” Ucap Shilla sambil memeluk Rio dengan senang.
Semenjak kejadian itu Rio sudah menganggap Shilla seperti adiknya sendiri. Begitu juga dengan Shilla. Rio yang sangat perhatian padanya sehingga Shilla menganggap Rio sebagai kakaknya sekaligus pengganti orang tuanya. Karena hanya Riolah yang dimiliki shilla satu satunya sebelum akhirnya ia menemukan seseorang cowok yang berhasil meluluhkan hatinya, namun ternyata hati tidak sesuai dan tidak berpihak pada kenyataan yang akan terjadi”
∞QuotesShivers∞
“Kak kok tumben udah bangun? Biasanya jam segini masih pules tuh kaya kebo, lebih parah dari kebo malah” Ucap Shilla yang melihat kakaknya Rio sudah terlihat rapi dengan memakai jas lengkap seperti orang yang ingin melamar kerja.
“Iya nih Shill, hari ini kakak mau ngelamar pekerjaan, doain kakak yah supaya kakak diterima trus hidup kita berubah gak kaya gini mulu” Ucap rio sambil membenarkan dasi yang ia pakai
“Tapi kan kakak juga kuliah? Terus kuliah kakak gimana?” Ucap Shilla dengan nada cemas
“Itumah gampang soal kuliah kakak udah ijin shill, sekarang masalah kamu lebih penting sekarang kamu kan udah mau masuk SMA jadi pengeluaran kita pasti akan lebih banyak lagian kasian kamunya daripada nanti berhenti ditengah jalan karena kita sudah kehabisan biaya gimana? “ Ucap Rio dengan pelan dibagian akhirnya
“Tapi kan kak Shilla gak mau kalo kakak harus ngorbanin kuliah kakak hanya karena ini, Shilla gak mau nanti impian kakak terputus hanya karena kakak putus kuliah, pokoknya shilla gak mau kakak berhenti kuliah” Ujar shilla dengan setengah emosi, air mata sudah terlihat membendung dan mengalir begitu saja.
Kemudian mereka diam seketika. Hening. Rio bingung harus menjawab apa. Begitu juga dengan Shilla yang sepertinya masih kaget dengan keputusan yang hendak diambil oleh Rio. Ia tidak ingin melihat kakaknya putus kuliah hanya karena dirinya.
∞QuotesShivers∞
“ Itu dia shill, impian kakak itu hanya satu kakak hanya ingin membahagiakan kamu saja, kakak gak mau kamu sedih shill, kakak hanya ingin melihat kamu tersenyum tanpa ada beban apapun terlintas dipikiran kamu, soal kuliah pasti kakak akan melanjutkannya kok, cuman yah untuk sekarang ekonomi kita memang lagi buruk shill, kakak nggak mau ngeliat kamu juga jadi terbebani oleh semua ini” Ucap rio sambil mengelus pipi shilla dan mengusap air mata shilla.
“Kakak hanya ingin melakukan yang terbaik untuk kamu Shill, karena kamu cuman satu satunya harta benda kakak yang kakak miliki. Kita udah bersama selama 10 tahun. Kakak udah anggep kamu kaya adek kandung kakak sendiri. Maka dari itu kakak juga ingin memberikan yang terbaik buat kamu. ” Ucap rio dengan perlahan agar shilla memahami perkataan Rio dengan baik.
“Biarkan kali ini kakak yang memilih apa yang terbaik untuk kakak dan kamu saat ini ya? Kakak cuman pengin hidup kita maju tidak terus menerus seperti ini” Ucap Rio sambil memandang Shilla untuk melihat apa jawaban dari Shilla.
Namun Shilla tetap diam, Rio sudah tertunduk lemas. Ia masih bingung harus bagaimana lagi ia akan meyakinkan adiknya itu.
“Tapi jangan lama lama ya kak berhenti kuliahnya?” Ujar shilla mengulas senyum di bibirnya itu sambil menatap mata rio
“Iya janji deh” Ujar rio sambil tersenyum dan mengacak acak rambut adiknya itu.
“Udah mandi sana, bau iler lo shill, udah gede kok masih ngences sih, haha” Ujar rio sambil tertawa lepas.
“Ih nyebelin deh, enak aja aku dibilang bau iler kakak kali yang gitu” Ujar shilla membalas perkataan Rio
“ Yeee, enak aja masa seorang Rio yang tampan kaya gini ileran? Mau ditaruh dimana tuh muka gue? “Ujar Rio sambil bercanda
“Ditaruh dikolong tempat tidur, weeks” Ujar Shilla sambil menjulurkan lidah kearah Rio sambil tertawa dan kemudian ia berlari kecil menuju kamar mandi. Rio yang melihat hal itu hanya bisa menggeleng gelenggkan kepalanya. Tidak terasa gadis yang bersamanya selama 10 tahun itu kini sudah menjadi gadis yang dewasa cantik. Laksana seperti bunga desa yang sudah mekar dan membuat banyak orang meliriknya. Namun ada kegundahan yang terjadi di hati Rio juga saat itu.

2
“Terkadang kamu berpikir seseorang telah berubah tetapi tanpa kita sadari mungkin kita lah yang membuat orang itu menjadi berubah”
Siang ini matahari bersinar dengan terangnya. Panasnya membuat orang merasa cepat lelah, lesu dan tidak bersemangat. Terlihat Rio duduk dipinggiran jalan trotoar yang biasa digunakan untuk berjalan kaki. Nampaknya ia sudah kelelahan mencari pekerjaan ke sana kemari namun hasilnya tak ada satupun perusahaan yang mau menerima lulusan SMA sepertinya untuk bekerja. Lowongan pekerjaan yang sedikit tidak sesuai dengan para pencari kerja yang semakin lama semakin membludak apalagi ia harus bersaing dengan sekian ratus ribu orang di ibu kota untuk mendapatkan suatu pekerjaan.
“Mang, es botolnya 1 yah “ Ujar Rio pada seorang pedagang asongan yang tengah mangkal dipinggiran jalan itu
“Ini Mas” Ujar penjual itu sambil menyerahkan botol minuman yang telah dipesan oleh rio
“Makasih mang, berapa nih?
“5ribu mas”
“Nih” ucap rio sambil memberi uang satu lembar lima ribuan kepada si pedagang itu
“Makasih Mas” Ucap pedagang itu dan kemudian bergegas pergi untuk menjajakan lagi dagangannya ke seberang jalan.
Rio masih duduk lemas, ia tak tahu lagi harus kemana. Mencari pekerjaan itu tidak semudah seperti yang ia pikirkan kebelumnya.
“Ah sial sekarang gue harus kemana nih, mana panas banget lagi siang ini” ucap Rio menggerutu sendiri. Tiba tiba disaat ia sedang memandang ke sekeliling jalan ia melihat ada seorang gadis yang tengah berteriak minta tolong. Rio yang melihat itu memandang ke sekitar jalanan, nampaknya jalanan ini sedang sepi  kemudian Rio pun berlari untuk menolong gadis itu.
∞QuotesShivers∞
“Hah? Gue gak salah ngitung kan? Kok banyak banget sih biayanya? Ah gak jadi kesini deh liat yang lain aja yuk shill” Ujar sivia saat membaca brosur sebuah iklan sekolah.
“Tapi ini kan keren vi, aku pengin sekolah disini. Kapan lagi coba kita sekolah di tempat yang kaya gini? Mumpung kita berdua dapet beasiswa vi” Ujar shilla sambil terus memandangi brosur itu
“Ya tapi kan ini sekolah elit shill, gue takut kalo nanti kita cuman jadi bahan ejekan aja disitu. Gue nggak mau kalo masa masa sekolah gue penuh dengan bully anak anak orang kaya” Ujar sivia ketus
“Ya tapi kan setidaknya kita coba dulu vi, jangan negative dulu deh, kan kita punya beasiswa ya itu kan bisa jadi salah satu keunggulan kita kan? “ Ujar shilla sambil memegang tangan sivia untuk menyakinkan sivia. Nampaknya sivia tidak terlalu suka dengan usul shilla baginya itu memang tidak terlalu berat toh kondisi keluarga sivia berbeda dengan shilla, tapi ia tak mau kalo Shilla sahabatnya itu akan menjadi sasaran bullying anak anak elit itu.
“Vi.. jawab donk jangan cuman ngelamun aja vi,.. viaaaa” Ucap shilla sambil menggoyang goyanggkan badan sivia
“Hmm.. gimana ya shill, “
“Viaaaa…”
“Ya gue sih gak masalah tapi….”
“Horeeeee! Sivia baik deh muaaahhh” Ujar shilla sambil bersorak gembira
“Shill, dengerin gue dulu” Ucap sivia keras saat shilla tengah bergembira
“Apa vi? “ Ucap shilla sambil menatap mata sivia
“Elo udah ngomong ke Kak Rio soal ini? “ Ucap sivia dengan pelan
“ Belom, tapi gue yakin pasti kak Rio akan ngijinin gue secara gue kan adik kesayangannya pasti dia mau nurutin gue deh” Ucap Shilla sambil tertawa ringan
“Gitu ya? “ Ucap sivia tidak yakin bahwa Rio akan mengijinkan Shilla bersekolah disitu.
“Terus kapan kita mulai mendaftar Vi? 
“Gimana kalo besok aja? Kan pendaftaran terakhirnya besok? Nih liat” Ucap Sivia sambil memperlihatkan tanggal terakhir pendaftaran sekolah itu.
“Oke siap boss” Ucap Shilla dengan sumringah.
Sivia yang melihat itu hanya bisa diam. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi. Yang penting untuk saat ini dia bisa melihat shilla tertawa lepas seperti itu. Walau diapun tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya.
∞QuotesShivers∞
“Heh kamu siapa? Lepasin cewe itu!”
“Kamu siapanya nih cewe? Mau jadi pahlawan siang bolong lo? Haha “ Ujar seorang preman sambil menodongkan sebuah pisau pada Rio sambil tertawa
“Udah habisin aja dia boss” Ujar preman yang satu lagi yang sedang memegang tangan gadis itu sambil mengikat tangan gadis itu dengan tali dan menyumpal mulutnya dengan sapu tangan.
“Gue cuman mau nolongin nih cewe “
“Hahaha sok pahlawan lo, berasa hebat lo? 
“Sini lo maju kalo berani” Ujar rio
“Berani coba coba lo lawan kita yah, rasakan ini”
Sebuah pukulan mendarat di perut Rio. Tapi Rio nampaknya tidak lengah ia terus melawan para preman itu. Selang beberapa waktu nampaknya para preman itu sudah kewalahan dan mereka sudah babak belur dibuat rio.
“Ampun boss ampun” Ujar preman itu sambil berlutut di depan rio
“Sekarang kalian berdua pergi dari sini atau nggak gue laporin kalian ke polisi” Ujar Rio sambil memegang kerah baju salah satu preman itu
“Iya boss kita pergi “ Ujar preman itu sambil berlari kabur dan diikuti oleh preman yang satu
Setelah melihat kedua preman itu pergi Rio kemudian berjalan menuju gadis yang telah disekap oleh preman tersebut. Ia kemudian melepaskan sumpelan beserta ikatan tali yang digunakan untuk mengikat tangan dan membekap mulut gadis itu.
“Makasih ya elo mau nolongin gue, kalo gada elo gue gak bakal tahu bakal kaya apa nanti gue” Ujar gadis itu sambil melihat Rio yang sedang melepaskan ikatan tali tersebut
“Gue tadi cuman liat elo aja kok teriak minta tolong “ Ujar Rio sambil memandang gadis itu.
“Makanya gak usah memakai baju yang minim di daerah kaya gini. Bahaya buat loe. Lagian ngapain juga elo sendirian datang kesini” Ujar Rio sambil melihat gadis itu kembali
Nampaknya gadis itu kagum akan sosok Rio. Ia terus memandangi Rio sambil tersenyum manis. Rio yang merasa dirinya sedang menjadi perhatian gadis itu menjadi salah tingkah. Ia berusaha mengalihkan mukanya dari pandangan gadis itu namun gadis itu masih tetap menatapnya bahkan kali ini gadis itu sambil memperlihatkan senyum tipisnya. Tipis tetapi membuat hati menjadi tenang.
“Ngapain lo senyum senyum? Gue tau kok gue ganteng, jadi gausah segitunya liat gue” Ujar Rio setelah ia melepaskan ikatan tersebut
“Idih pede banget sih loe, elo tadi pas lagi berantem keren tau, kapan kapan ajarin gue ya? Haha bercandaaa “ Ujar gadis itu sembari tertawa
Rio yang mendengar apa yang diucapkan Rio hanya terdiam. Ia heran melihat sikap gadis itu.
“Heh kenapa sekarang elo malah diam? Iyadeh gue ngaku salah, harusnya gue gak berpakaian minim kaya gini keluar rumah, apalagi ke daerah yang baru gue datengin ini, tadinya gue cuman mau liat liat daerah ini aja eh gak taunya ada kejadian kaya tadi. Untung ada elo. Hehe makasih ya” Ujar gadis itu
“Udah selesai curhatnya Bu? Ya udah sekarang kan elo udah aman, gue cabut dulu” Ujar Rio sambil meninggalkan gadis itu.
Gadis itu terus menatap langkah kaki Rio. Ia sangat terpana akan sosok Rio. Jantungnya terus berdegup kencang. Ia tak tahu perasaan apa yang ia rasakan saat ini. Kemudian tanpa ia sadari saat Rio sudah semakin menjauh lalu ia berteriak keras.
“MAKASIH YA UDAH NOLONGIN GUE! SUATU SAAT GUE AKAN BALAS BUDI KE ELO KOK! OH IYA NAMA LO SIAPA?” Ujar gadis itu sambil berteriak.
Rio kemudian berhenti. Ia memalingkan mukanya untuk melihat gadis itu.
“Gue Rio”
“MAKASIH YA RIO! POKOKNYA GUE PASTI AKAN BALAS BUDI DEH”
“EH NAMA GUE…”
Sebelum gadis itu meneruskan perkataannya Rio membalik badan lagi dan tersenyum kecut melihat tingkah laku gadis itu.
“Dasar gadis yang aneh” Ujar Rio sambil berjalan kembali kerumah nampaknya ia sudah putus asa mencari pekerjaannya. Ditambah lagi tadi ia habis berkelahi dengan dua preman sekaligus. Yah itu membuat badannya terasa agak sakit. Ia pun memutuskan untuk kembali lagi kerumah. Mungkin istirahat yang cukup akan mengembalikan energinya lagi.
∞QuotesShivers∞

“Ify…..”
“Yah” Ucap gadis itu sembari menoleh ke belakang yang ternyata bernama ify
“Gue udah nyariin elo dari tadi tau nggak, elo darimana sih? Kalo mau pergi ngomong dulu napa” Ujar seorang cowok dengan nada jutek berlari kecil menghampiri ify.
“Iya Cakka maaf ya udah bikin kamu jadi khawatir begini, makasih ya kamu memang sahabat aku yang terbaik deh “ Ucap ify pada Cakka cowok yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil
“Iya lagian ngapain sih elo ada ditempat kaya gini? Kaya gada tempat lain ajadeh” Ujar Alvin yang tiba tiba datang dari belakang
“Elo juga nyariin gue vin? Ah kalian baik banget sih, aku jadi tambah sayang sama kalian, ceritanya sambil jalan aja yuk hehe” Ucap ify tertawa sambil merangkul tangan kanan cakka dan tangan kiri Alvin sehingga terlihat ia sedang mengapit tangan lelaki itu sambil berjalan. Alvin dan cakka hanya diam mengikuti ify mereka yang tadinya khawatir akan keberadaan ify sekarang bisa lega karena ify akhirnya ditemukan walau mereka harus mengubek ngubek internet untuk melacak keberadaan ify serta mencari lokasinya.
“Cakka Alvin orang gue cuman pengen liat liat aja kok, kan bosen liat pemandangan yg itu itu aja, lagian disini seru kok kka vin, kayaknya asyik deh” Ucap Ify
“Asyik darimana? Ya udahlah sekarang kita balik deh nyokap lo udah nungguin loe dari tadi tau gak” Ujar Cakka
“ Iya ya besok kita jadi daftar sekolah kan?” Ujar ify pada cakka dan alvin
“Iya ify tenang aja soal itu mah gampang kan disini ada anak kesayangannya ketua yayasan, hehe” Ujar cakka sambil melirik Alvin. Merasa diperhatikan Alvin pun langsung berjalan sendiri menuju sebuah mobil yang tengah parkir di seberang jalan. Cakka dan Ify hanya bisa saling berta
“Fy, tadi loe ngapain sih?”  Ucap cakka sambil berjalan
“Nanti aja deh di mobil gue certain, pokoknya tadi itu seru deh” Ujar Ify sambil tersenyum jika mengingat kejadian yang terjadi tadi.
Sedangkan Alvin ia masih  tetap cuek berjalan menuju mobilnya. Disepanjang perjalanan pulang Ify menceritakan kejadian yang tadi dialaminya. Dan soal sesosok Rio cowok yang menolongnya itu. Ketika menceritakan sosok Rio muka ify selalu memerah. Ify tidak tahu gejolak apa yang sedang ia rasakan saat ini. Ia hanya ingin bertemu dengan sosok Rio itu suatu saat nanti dengan kejadian yang berbeda tentunya. Cakka dan Alvin hanya tersenyum melihat perubahan yang terjadi pada Ify.
“Dasar lagi puber” Ujar cakka pada ify di dalam mobil
“Apaan sih biarin, weeks” Ujar ify sambil melempar bantal mobil kepada cakka. Dan terjadilah insiden lempar melempar bantal yang membuat rebut di dalam mobil.
“Udah udah kalo kalian kaya gitu terus entar gue gak konsen nyetirnya”  Ucap Alvin pada mereka
Kemudian mereka terdiam disepanjang perjalanan. Hanya perbincangan kecil yang mereka lakukan sampai mereka tiba dirumah ify.

3
 “Terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi apabila kita mau berusaha maka yakinlah suatu saat ada jalan lain yang lebih baik lagi”
 “Enggak, Enggak boleh”
“Tapi kan kak Shilla pengen disitu”
“Kakak bilang enggak yah enggak kamu denger omongan kakak gak sih”
“Kak, kakak harus dengerin shilla kali ini, ini kan salah satu sekolah favorit shilla, kak boleh ya”
“Enggak kakak gak bakal setuju dengan usul kamu kali ini”
“Kak..”
“Cukup Shilla kamu mau kamu menjadi bahan ejekan lagi seperti SMP? Kamu mau mereka selalu mengejek kamu gitu? Kamu suka terus terusan dihina gini” Ujar rio dengan perasaan marah dan emosi
“Enggak kak, tapi kalo gak kaya gini shilla gak akan bisa ngeliat kakak senang. Shilla ingin kakak bangga sama shilla karena shilla masuk ke sekolah itu dengan beasiswa kak” Ujar Shilla
“Tapi kan bukan sekolah seperti itu, masih banyak sekolah lainnya Shill” Ujar Rio
“Tapi shilla penginnya yang ini kak “ Ujar Shilla meninggalkan Rio dan berlari menuju kamar. Rio hanya bisa terdiam melihat Shilla berlari menuju kamarnya. Rio merasa bersalah namun ia tetap tidak menyetujui adekknya itu untuk bersekolah disitu.
Tok tok tok…
Suara ketukan pintu terdengar dari luar, Rio yang mendengarnya segera membukakan pintu tersebut.
“Permisi kak “
“Elo? Mo ngapain lo kesini? “
∞QuotesShivers∞
“Maaa, ify udah pulang nih” Ucap ify sambil berteriak kesegala penjuru ruangan untuk memanggil mamanya itu

Ify sayang , akhirnya kamu pulang, dari mana saja kamu nak, mama khawatir sama kamu” Ucap Mama ify sambil memeluk anak kesayangannya itu
“Iya ma, ify janji deh gak akan bikin mama khawatir lagi” Jawab ify sambil menatap mamanya dengan tersenyum
“Iya tante, ify tadi berkeliaran ke daerah pinggiran kota itu loh, iya kan vin?” kata cakka kemudian dilanjutkan oleh anggukan dari Alvin yang langsung duduk di sofa yang terdapat diruang tengah itu.
“Enggak kok maa, tadi ify Cuma jalan jalan aja kok” Ujar ify membela diri
Mama ify yang mendengar ucapan cakka itu hanya tersenyum. Yah ify memang begitu anaknya ia suka dengan hal hal baru.  Jadi mama ify tidak terlalu terkejut lagi mendengar ucapan cakka barusan.
“Ya udah sekarang kamu makan yah mama mau nyiapin makan malam dulu buat kalian, pasti kalian udah lapar kan dari tadi?” Ucap Mama Ify sambil tersenyum pada Ify,Cakka, dan Alvin tentunya
“Iya ma, makasih ya ma” Ucap ify sambil memeluk erat mamanya itu sekali lagi
Kemudian mereka melanjutkan untuk menonton dvd untuk hiburan supaya mereka tidak bosen sambil menunggu mama ify selesai menyiapkan makan malam.
“Ifyyy!!!!!!!!!!!! Akhirnya loe balik! Gue gak ketemu sama lo seharian udah kaya 1 tahun tahu gak sih” Ujar seorang cowok yang berambut gondrong yang tiba tiba dating entah darimana sambil memeluk ify
“Ih Ray apaan sih lo” Ujar ify jutek sambil berusaha melepaskan pelukannya dari Ray, cowo tersebut
“Iyanih, anak orang itu main samber aja, Hahaa” Ujar cakka setelah melihat ify jutek karena tingkah laku Ray padanya.
“Lo dari mana ajasih?  Jam segini lo baru dateng” Kata Alvin menyela pembicaraan mereka
“Iya sorry broooh, tadi gue ada acara sebentar jadi engga bisa ikut nyari ify, tapi syukurlah ify gak kenapa napa, iya kan fy? Ada yang luka ga? Atau ada yang lecet? “ Ujar Ray sambil mengamati ify dengan seksama dan melihat tangan ify apakah ada bagian yang luka. 
“Apaan sih, gue baik baik aja, udah ya gue capek gue mau mandi dulu” Ujar ify jutek sambil melepaskan Ray kemudian ia meninggalkan mereka semua yang sedang berada diruang tengah.
“Kenapa sih tuh ify? Perasaan gue Cuma Tanya doank deh” Ujar Ray yang heran sendiri melihat perilaku ify barusan
“Elo sih, kesel kali dia gara gara elo asal main peluk aja ke dia” Jawab cakka
“Ya udah deh gue mau minta maaf besok” Ujar Ray pelan.
Alvin yang melihat itu hanya diam. Ia tahu bagaimana perasaan Ray kepada Ify. Ray sudah pernah menceritakannya pada Alvin. Sehingga Alvin mengerti kenapa Ray berbuat begitu pada Ify. Namun sikap Ray yang menurut Ify itu terlalu berlebihan.Mungkin inilah yang membuat Ify menjadi kesal padanya.
∞QuotesShivers∞
Sudah 1 jam Sivia duduk menunggu di sebuah kursi kayu sederhana di sebuah rumah yang sederhana yah sangat sederhana. Siang sudah berganti malam, Sivia memandangi sebuah foto yang dipajang di tembok yang terlihat sudah kusam itu. Catnya sudah pudar sehingga menjadikannya terlihat kusam. Tak terurus.
“Shilla masih gak mau keluar kamar, kayaknya ia masih ngambek dengan kejadian tadi” Ujar Rio yang datang dari belakang yang membuat sivia agak terlihat kaget.
“Kalo elo mau ketemu dia mending besok aja, sekarang situasinya lagi gak enak” Ujar Rio kembali
“Ya udah, gue Cuma mau ngasih ini aja kok kak” Ujar sivia sambil mengeluarkan selembar formulir dan menyerahkannya pada Rio
“Buat apa ini?”
“Lihat dulu kak”
Rio kemudian melihat formulir itu dan membacanya. Matanya seketika membulat. Emosinya mulai terpancing lagi dan segera meremas kertas itu menjadi sebuah gulungan kertas kecil. Dan melemparkannya ke lantai yang masih belum berkeramik itu.
“Kakk, kenapa dibuang? Itukan buat shilla kakkk” Ujar sivia sambil mencoba memungut gulungan itu
“Loe mau ya bikin shilla malu? Elo mau supaya keluarga kita terus dihina gitu?” Ujar Rio dengan emosi
“Kak, bukannya gitu. Aku Cuma..”
“Stop.. cukup mendingan sekarang elo keluar deh” Rio menyeret tangan sivia dengan paksa yang membuat sivia tidak bisa memberontak
“Kak dengerin via dulu”
“Udah gue gak mau dengerin lo, sekarang mendingan elo pergi deh. Gue tahu kita emang gak sebanding sama elo tapi gue gak mau adik gue jadi kaya gini semenjak berteman sama elo” Ujar Rio
“Maksud kakak apaan sih, gue kagak ngerti deh” Sivia kembali memandang Rio yang sedang dikelilingin perasaan emosi
“Udahlah gue gak mau ngebahas itu sekarang elo pergi kalo enggak…”
“Kalo engga kenapa kak? “ Ujar Shilla yang tiba tiba dateng memotong perkataan Rio.
Karena ia mendengar keributan yang terjadi dirumahnya ia langsung bergegas keluar kamar. Rio yang melihat itu hanya terdiam. Ia tahu jika ia menjawab maka shilla akan terus diam padanya dan tidak mau berbicara padanya.
“Vi, elo ngapain kesini? “ Ujar Shilla melihat sivia didepan pintu rumahnya
“Ini vi, gue cuman mau ngasih loe formulir ini, tadi bokap gue ngasih 2 formulir ini ke gue. Dan ini buat elo satu. Tapi kakak elo malah bikin formulir ini jadi kaya gini” Ujar sivia sambil menyerahkan formulir yang sudah tidak karuan bentuknya.
“Apa apaan sih lo kak, ini kan formulir buat daftar sekolah shilla kenapa lo jadi bikin gini”
“Ya gue kan udah bilang gue gak mau elo disitu”
“Kak, bukannya elo yang bilang yah kalo elo pengen lihat gue bahagia. Dan ini akan bikin bahagia, jadi kakak jangan egois gini deh” Shilla menyela pembicaraan Rio dengan marah marah.
Rio spontan kaget melihat Shilla yang marah marah hanya karena masalah ini. Rio diam. Ia bingung harus bagaimana. Ia memang ingin melihat shilla bahagia. Tapi Rio sekarang bingung. Ia hanya memandang kearah shilla kemudian ia langsung pergi keluar. Ia tak mau mencoba berbicara pada adiknya itu.Situasi sekarang memang sudah tidak bersahabat. Mungkin udara malam hari cocok untuknya. Untuk memberikan sedikit ketenangan pada pikirannya saat ini.
“Shill, elo gak seharusnya ngomong gitu ke kak Rio” Ujar sivia menenangkan Shilla
“Tapi Vi..”
“Udah sekarang loe istirahat aja. Loe tenangin diri lo. Mungkin lo butuh istirahat” Ujar sivia
“Tapi besok kita jadi kan daftar bareng?” Shilla bertanya sambil memandangi muka sivia yang terlihat bingung untuk menjawab pertanyaannya. Sivia hanya tersenyum melihat shilla. Kemudian ia berpamitan untuk pulang.

4
“Perasaan ini akan selalu buat elo, elo yang special dihati gue”
Gelisah, marah dan perasaan aneh lainnya mengelilingi Rio. Ia tak tahu lagi harus berbuat apalagi. Ia pergi ke taman dan mencari bangku kosong itu berpikir. Yah kepalanya terasa pusing atas kejadian yang ia alami hari ini. Belum lagi ia terlihat sangat menyesal atas perkataannya tadi. Ia tak tahu lagi apa yang akan dikatakannya saat kembali ke rumah, saat melihat muka shilla dan sebagaianya. Ia duduk termenung seorang diri.
“ Gue tahu ini emang egois tapi gue gak mau elo jadi bahan hinaan shill” Ujar Rio seolah berbicara pada bayangan shilla
∞QuotesShivers∞
-5 tahun lalu-
Siang itu saat sedang istirahat sekolah seorang gadis manis terlihat baru keluar dari ruang guru. Mukanya terlihat tertekuk, lemas dan tidak bersemangat.
“Liat tuh si anak miskin abis dimarahin pasti itu”
“Heh anak miskin ngapain sih elo masih sekolah harusnya elo itu gak usah sekolah”
“ sekolah kan emang gak cocok bagi orang miskin kaya elo”
“Harusnya kan elo cari duit sana”
“Liat tuh kakak adek yang miskin”
“Sekolah kagak mau nampung anak miskin kaya kalian”
“Harusnya kalian berdua dikeluarkan dari sini, bayar spp aja selalu nunggak”
“Hahaha anak miskin..”
“Anak miskin..”
Begitulah yang terdengar setiap kali istirahat. Mereka yang melihat Shilla ataupun Rio selalu mengatakan hal itu. Diluar sekolah pun ketika mereka berjumpa mereka seolah tidak mengenal Rio dan Shilla. Mereka selalu menganggap Rio dan Shilla adalah sampah. Yang tidak pantas untuk diterima bersekolah disekolah yang cukup lumayan favorite itu.
“Udah cukup kalian menghina kita! Sekarang kalian pergi dari sini” Ujar Rio sambil membentak murid murid yang sedang menghina Shilla itu. Shilla yang melihat itu hanya tersenyum melihatnya.
“Ngapain sih kak kaya gitu aja diladenin mending sekarang kita pulang deh” Ujar Shilla sambil merangkul tangan Rio
“Pulang?”
“Iya kak, lihat ini…” Ujar Shilla sambil menyerahkan sepucuk surat yang baru ia dapatkan dari ruang guru itu.
“Shill, gue akan coba ngomong ke guru lagi” Ucap Rio sambil bergegas menuju kantor guru itu.
“Udah ah kak ga usah, mending sekarang kita pulang shilla capek kak, shilla pengin istirahat dirumah” Ujar shilla setengah memohon
“Baiklah”
Kemudian mereka pulang kerumah. Semenjak itu mereka tidak pernah lagi kembali ke sekolah itu. Yah mereka dikeluarkan. Tidak sanggup membayar biaya sekolah. Uang tabungan Rio sudah tidak cukup untuk melanjutkan sekolah ditempat elite seperti itu.  Mereka kemudian pindah ke sebuah sekolah yang cukup sederhana. Dari sekolah baru itulah mereka bertemu sivia. Anak dari kepala sekolah baru mereka yang ternyata dulu bersekolah di sekolah elite tempat mereka dulu sekolah. Ia keluar juga karena ia tak tahan melihat perlakuan anak anak yang sering membully ia. Bukan karena sivia miskin tapi karena sesuatu hal.
∞QuotesShivers∞
“Biar bagaimanapun juga Shilla itu adik lo dan elo itu kakanya, kalian jangan bertengkar karena hal ini donk” Tiba tiba terdengar suara lembut seorang gadis
“Nih gue bawa roti sama minuman botol, gue tahu kok elo pasti belom makan kan? Elo seharian mencari pekerjaan kan?” Ujar gadis itu kembali dengan tersenyum simpul.
Rio hanya memandanginya. Dan menerima Roti yang diberikan gadis itu. Sebenernya dia enggan menerimanya tapi perutnya sudah tidak bisa diajak berkompromi kembali. Ia langsung memakan roti itu dengan lahap. Sedangkan gadis itu hanya bisa tersenyum melihat tingkah cowok yang disukainya dari dulu itu.
“Thanks vi, berkat roti ini gue kenyang” Ujar Rio
“Iya sama sama” Ujar sivia sambil membersihkan sisa roti yang menempel didekat bibir rio. Kemudian Rio mengelak tangan sivia.
“Kenapa lo kesini?” Tanya Rio pada sivia
“Gue tahu elo kesini makanya gue juga kesini” Sivia kembali lagi tersenyum pada Rio. Dan kali ini Rio pun merasa luluh dengan senyuman manis sivia itu.
“Gimana dengan Shilla? “ tanya Rio langsung
“Yah Shilla tetap ngotot pengen masuk disitu, besok kita akan mendaftar bersama, gue harap kali ini lo biarkan shilla memilih pilihannya” Ujar sivia sambil melihat kebawah
“Gue tahu mungkin elo gak suka, tapi elo tahu shilla itu gadis yang tegar ia pasti bisa melewati semua ini,gue yakin kok dia pasti bisa. Plis. Rio .”
“Mungkin gue bukanlah seorang figure kakak yang baik. Gue masih belom bisa membahagiakan shilla. Atau mungkin gue… telah gagal menjadi seorang kakak” Ucap Rio dengan terpatah patah
“Enggak, Lo itu kakak yang luar biasa. Mungkin jika gue yang menjadi shilla gue akan sangat bangga punya kakak kaya elo”
“Sayangnya elo bukan Shilla, dan gak ada yang bisa seperti Shilla, Shilla itu hanya satu. Shilla adik gue”
Sivia diam Rio juga ikut terdiam. Ia memandang langit. Kala itu langit sedang dihiasi oleh bintang. Banyak bintang yang bertaburan di langit. Namun hanya ada satu bintang yang menjadi perhatian Rio saat itu.
“Bintang yang bersinar itu ibarat Shilla, ia sudah memberikan sinar di hidup gue dan gue gak mau ngerusak sinarnya. Gue akan tetap berusaha mempertahankan sinarnya apapun caranya” Ujar Rio sambil melihat bintang itu.
“Dan jika gue diibaratkan sebagai teman bintang itu, gue juga gak pengin ngelihat terang di bintang itu pudar karena ia tertutup oleh sinar bintang yang lain yang menghalanginya untuk bersinar” Sivia mengatakan hal itu sambil memandang bintang itu juga.
Rio memandang Sivia. Rio tersadar selama ini ia sering menyakiti hati sivia namun sivia terus menemaninya. Bahkan selalu ada disamping Rio dan selalu menyemangati Rio sama seperti Shilla. Namun rasa sayang sivia ke rio itu berbeda sangatlah berbeda dengan shilla. Sayangnya Rio masih belum peka akan hal itu. Hal itulah yang membuat sivia selalu merasa canggung saat berhadapan dengan Rio.
“Elo mau janji kan bakal jagain adik gue juga” Ucapan Rio membuat Sivia terkejut. Namun Sivia tersenyum dan mengangguk. Kemudian ia bersender di pundak Rio. Sedangkan Rio masih terus memandang bintang itu. Sepertinya ia tak sadar jika sivia menyandarkan kepalanya ke pundaknya.
“Rio, aku… “
“Apa vi?”
“Aku…”
“Aku apa?”
“Aku…”
“Vi, udah dulu yah gue mau balik kerumah. Udah jam segini lagian kan gak enak elo sama gue berduaan ditempat sepi kaya gini entar kita dikira macem macem lagi, lagian gue pengen ngomong soal ini ke Shilla, makasih ya atas saran loe tadi” Ucap Rio sembari berdiri dari kursi yang membuat sivia kaget. Kemudian ia meninggalkan sivia yang belom selesai meneruskan perkataannya tadi.
Sivia terus melihat punggung Rio dari kejauhan.Perlahan lahan punggung itu sudah tak terlihat. Air mata terlihat mengalir begitu saja dari bola mata sivia. Sivia pun termenung sendiri dibangku taman masih dengan diliputi perasaan sedih.
“Mungkin sekarang bukan saatnya gue menyatakan hal ini, namun gue akan tetap menyimpan perasaan ini hanya buat elo seorang yo..”

5
Malam berlalu begitu cepatnya sekarang pagi hari datang kembali. Matahari kembali menampakkan sinarnya. Kemarin telah berlalu kini hari baru ia harus hadapi kembali.
“Vi, yakin lo ini sekolahnya?” Ujar shilla sambil terus menatap gedung megah yang ada didepannya itu
“Iya Shil”
Setelah mereka melakukan administrasi pembayaran pertama mereka segera melihat lihat ke sekeliling sekolah. Luas sekolah itu emang tak terbatas. Mereka cukup beruntung untuk berada disini.
Tin … tinn
Terdengar suara klakson mobil yang ternyata berada didepan Sivia. Shilla kaget mendengarnya dan seketika ia melihat Sivia telah terjatuh tersungkur ke belakang.
“Heh kalo mau jalan liat liat donk, lo kagak punya mata ya” Ucap seseorang yang keluar dari dalam mobil
“Sory gue gak sengaja” Ujar Sivia sambil mencoba berdiri dibantu oleh Shilla
“Sory sory mobil gue jadi lecet tuh” Ujar si pemilik mobil itu
“Iya maaf yah, gue ngaku gue salah” Ujar sivia sambil mencoba mengulurkan tangannya untuk minta maaf
“Apaa? Maaf enak aja lo minta maaf setelah lo ngusakin barang orang” Ujar si pemilik mobil itu dengan membentak sivia dengan keras
“Eh elo lo ga usah ngebentak gitu juga kali. Jelas jelas dia udah minta maaf” Shilla kemudian berbicara karena tidak terima sahabatnya diperlakukan begitu saja
“Elo siapa sih? Gue gada urusan sama elo kenapa jadi lo yang sewot?”
“Ya urusan dia berarti urusan gue. Dia temen gue itu juga berarti gue berhak ngebela temen gue dari cowo kaya lu” Ucap shilla dengan kasar
“Lo tuh ya sama aja kaya dia” Ujar si pemilik mobil itu sambil melihat shilla dengan tatapan sinis
∞QuotesShivers∞

“Akhirnya kita selesai mendaftar! Kita sekarang jadi anak SMA donk cakk? haha” Ify tersenyum senang melihat kertas yang menyatakan bahwa ia diterima disekolah itu. Sedangkan cakka yang bersama ify hanya focus mendengar beberapa anak yang bercerita ada keributan di halaman depan. Segera ia menyeret ify untuk ke halaman depan
“kkka, kita mo kemana sih, kenapa lo nyeret nyeret gue begini, gue bisa jalan sendiri kok” Ujar ify sambil mencoba melepaskan genggaman tangan cakka
“Udah lo diem dulu fy, ikut aja sama gue”
 Ify pun langsung mengangguk dan menuruti perkataan cakka
 “Ada apa sih Ray?” Ucap cakka yang datang bersama ify ke halaman depan sekolah
“Itu tuh liat” Ray kemudian menunjuk kea rah dua cewek yang sedang berhadapan dengan seorang cowok
“Gue mau kesana” Ujar Ify yang langsung berlari ke arah yang ditunjuk oleh ify
“Fy lo mo ngapain kesitu”
“Lo mau berdiem diri terus disini Ray kka? Liat mereka lagi berantem gitu. Kita kesana ngelerai kek apakek, jangan cuman diem terus disini donk” Ify pun berlari kesitu dan diikuti oleh cakka dan Ray

“Vin ada apa ini? Mereka kenapa? “ Ucap ify pada si pemilik mobil tadi itu
“Liat nih gara gara nih cewe mobil gue jadi lecet gini” Ujar si pemilik mobil tersebut
“Yee, elonya gitu aja dibilang lecet, culun banget lo, itumah bukan lecet, emang mobil lo yang jelek kaya gitu kali” Ujar Shilla dengan ceplos
“Apa elo bilang mobil gue jelek? Lo gak liat ini keluaran terbaru! Ini aja terbatas di Indonesia. Emang lo punya gitu? Mana mungkin” Ujar si pemilik mobil itu dengan nada menghina
“Eh songong banget lo ya, baru mobil gitu aja belagu loh” Ujar shilla kembali dengan nada tidak terima dengan perlakuan si pemilik mobil barusan
Cakka dan Ray yang baru datang hanya bingung melihat mereka berdua yang sedang bertengkar sedangkan ify mencoba menenangkan Alvin dan sivia terlihat berusaha membawa shilla agar pergi dari situ.
“Udahlah vin, kaya gini aja ga usah sampe segininya. Lagian kan gak lecet lecet amat kok vin” Ujar ify menengahi pertengkaran itu
“Iya vin gausah diladenin lah, lagian keliatannya mereka ga sederajat sama elo, gausah diurusin lah vin” Ujar Ray menyela pembicaraan ify
“Ray apa apaan sih elo. Kalo ngomong dijaga ya” Ujar Ify marah. Ia tidak suka mendengar ada orang yang dihina didepan matanya sendiri.
“Sory fy” Ujar Ray pelan
“Ah udahlah, gue nggak mau ngeliat mereka lagi. Udah miskin nggak tahu diri lagi” Ucap Alvin emosi. Shilla yang mendengar ucapan Alvin refleks menampar pipi Alvin, mereka yang melihat kejadian itu hanya bisa melongo tak percaya dengan apa yang mereka lihat itu. Sementara Alvin langsung meraba pipinya dan melihat kea rah mata shilla dengan pandangan tajam.
“Inget yah biarpun kita miskin gak kaya elo tapi kita punya harga diri. Dan satu hal lagi kita juga nggak songong dan belagu kaya elo. Inget itu” Ucap Shilla dengan emosi
Sementara Alvin hanya merasa jengkel dengan ulah Shilla tersebut. Jengkel karena ia merasa dipermalukan oleh cewek tadi dihadapan teman temannya. Lantas Ia pun pergi dari situ kemudian diikuti oleh Cakka.
“Vin, lo mau kemana?” Tanya cakka sambil mengikuti Alvin
“Gue males lihat muka mereka gue mau cari udara supaya gak ketemu mereka lagi” Ucap Alvin sambil memasuki mobilnya. Cakka hanya bisa diam melihat Alvin, ia tak bisa mengikuti Alvin. Cakka berfikir mungkin saat ini Alvin sedang sangat emosi. Ia butuh ketenangan dan berpikir dalam kesendirian dulu. Sedangkan ify dan Ray masih disitu, ify mencoba meminta maaf kepada 2 gadis itu.
“Sory ya temen gue emang kaya gitu, tapi sebenernya dia baik kok. Mungkin tadi itu cuman ada salah paham aja dikit” Ujar ify
“Iya gapapa kok, itu tadi emang gue yang salah” Jawab Sivia dengan senyuman
“Gue ify ini Ray temen gue” Ujar ify sambil mengulurkan tangan ke mereka sedangkan Ray hanya tersenyum kecut melihatnya
“Gue sivia dan ini Shilla” Ujar sivia sambil membalas perkenalannya dengan Ify diikuti oleh Shilla
“Gue Shilla” Ucap Shilla dengan nada sedikit ketus
“Oh iya ngomong ngomong kalian dari sekolah mana sih? Kok gue gak pernah ngelihat seragam sekolah kalian yah? “ Ujar Ray pada Shilla dan Sivia itu
“ Kita dari SMP Icil kok ya letaknya memang agak jauh dari sini ” Jawab sivia
“Dimana tuh? Kok gue baru dengar yah? “ Kata ify
“Di pinggir Jakarta agak jauh dari sini” Ucap sivia sedangkan shilla enggan berkomentar apa apa karena ia merasa jengkel .
“Oh pantesan gue gak pernah liat seragam gitu disekitar sini” Ujar ify sambil melirik kea rah Shilla yang terlihat masih marah dengan perlakuan Alvin tadi.

6

“Hari ini hari pertama gue maasuk sekolah, semoga hari ini menjadi hari yang menyenangkan bagi gue! Semangat Shilla”
Begitulah tulisan yang tertera di diary shilla pagi ini, tidak terasa  sekarang ia sudah memakai seragam SMA itu artinya sekarang dia bukan anak SMP lagi, dia sudah bisa bersikap dewasa tidak berpikir secara ke kanak kanakan lagi dan sudah bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk baginya.
Shilla kemudian menutup buku diary miliknya itu kemudian ia segera sarapan waktu sudah menunjukan pukul enam lewat empat puluh lima menit. Selang beberapa hari kemudian setelah ia melakukan pendaftaran dan testing disekolah barunya kini ia sudah siap untuk memasuki sekolah barunya itu . Jika ia tidak bergegas berangkat kemungkinan ia akan terlambat di hari pertama masuk sekolahnya.
“Pagi kak” Ujar Shilla menyapa Rio yang baru selesai mempersiapkan sarapan
“Pagi” Ujar Rio jutek.
Yah walaupun beberapa hari lalu masalah mereka sudah selesai namun sepertinya Rio masih bersikap jutek ke shilla, tapi shilla tidak terlalu begitu menanggapinya. Baginya wajar saja Rio bersikap seperti itu. Mungkin itu salah satu bentuk rasa pedulinya terhadap Shilla.
“Kak gue berangkat dulu yaa”
“Elo makan dulu sana, percuma donk gue masak tapi elonya kagak makan”
“Yaudah gue bikin ke bekal aja, ntar di sekolah gue makan deh”
“Gila aja loe udah SMA masih bawa bekal nggak takut loe diledekin sama temen temen lo, apalagi disitu temen temenlo serba elit semua”
“Engga kak, tenang aja deh, percaya sama Shilla” Ucap Shilla sambil memasukkan sarapan kedalam bekalnya.
“Gue berangkat dulu ya kak” Ujar shilla sembari mencium tangan Rio
“Hati hati dijalan yah”
“Byee”
Shilla kemudian melangkahkan kaki untuk bergegas menuju sekolah. Rio hanya bisa berdoa yang terbaik buat adiknya itu. Kemudian Rio bersiap siap mandi kemudian pergi untuk bekerja pada pekerjaan barunya sekarang.
∞QuotesShivers∞

“Elo di kelas mana vi?” Tanya Shilla kepada Sivia ketika sedang melihat daftar nama kelas di papan madding sekolah
“10-4 elo shill?”
“Yah gue di 10-7 berarti kita kagak satu kelas donk” Ujar Shilla sedih
“Yah jangan sedih gitu donk shill, Kan kita masih tetap satu sekolah, toh kita masih bareng bareng kan pulang pergi, istirahat dan sebagainya. Iya kan? “
“Iya sih, hehe ayo kita masuk ke kelas”
“Oke”
Mereka pun masuk ke kelas mereka masing masing. Dikelas nampaknya beberapa anak sudah bisa mengakrabkan diri ke beberapa anak lainnya. Yah rata rata mereka berasal dari beberapa sekolah yang sama dulunya.
“Hey, elo yang kemaren itu kan?” Sapa seorang gadis yang baru datang kepada Shilla yang sedang melamun
“Eh iya, elo itu fify kan? “ Ujar Shilla mencoba mengingat nama gadis itu
“I-FY woyyyy hahaha” Ujar ify
“Oh iya Ify, sorry fy, salah” Ujar Shilla
“Gapapa kok, elo Shilla kan?”
“Iyaa betul sekali elo ternyata hafal yah sama nama gue, jadi malu gue hehe”
“Haha, Seneng deh ketemu elo lagi jadi sekarang kita satu kelas donk? “
“Ya iyalah kita satu kelas masa satu desa” Canda Shilla
“Hahah elo bisa aja deh shill, temen lo yang waktu itu mana?”
“Beda kelas fy cuman gue yang disini kagak punya teman” Ujar shilla cemberut
“Yeeh jangan cemberut donk gue kan juga temen elo, gue boleh duduk disini yah, bangku yang kosong cuman ini, yayaya? “ Pinta Ify sambil mengedipkan kedua matany. Shilla hanya tersenyum melihat Ify. Menurut Shilla ify beda dari gadis kaya lainnya yang ia jumpai ify ramah terhadap semua orang mungkin itulah yang membuat ify disenangi oleh beberapa kaum lelaki semenjak ia masuk disekolah ini.
“Apaan sih lo fy, kalo mo duduk ya duduk aja kali kagak usah kaya gitu, parno gue liatnya” Ujar Shilla sambil mempersilahkan ify duduk dibangku kosong sebelahnya itu
“Haha, iyadeh, thanks Shilla” Ujar ify sambil duduk dan mengambil buku dari tasnya itu kemudian ada selembar foto terlihat didalam tasnya itu ketika ify sedang mengeluarkan bukunya. Shilla nampaknya pernah melihat sosok yang ada di foto itu. Tapi shilla berpura pura tidak peduli dan mencoba kembali mengingatnya.
Kemudian Bel pun berbunyi. Mereka kemudian memulai pelajaran baru mereka. Disini tidak ada Mos mereka hanya diberi pengarahan mengenai sekolah saja. Pengarahan tentang sekolah mereka, peraturan yang wajib mereka taati ketika mereka masih berstatus sebagai siswa “SMA Idola Bangsa” itu. Nampaknya pihak sekolah tidak ingin membuat Mos kembali semenjak ada kejadian sekitar beberapa tahun yang lalu terjadi disekolah ini yang membuat gentar seluruh siswanya sehingga mengakibatkan beberapa siswa pun mengundurkan diri dari sekolah ini dan pergi kesekolah lain yang lebih aman. Namun pihak sekolah selalu menyangkal dan tidak mau menjawab, bahkan berpura pura tidak tahu menahu ketika ditanya kenapa tidak ada Mos disekolah itu.
∞QuotesShivers∞
Bel istirahat pun berbunyi. Beberapa anak terlihat mulai meninggalkan kelas beberapa masih tertinggal didalam kelas.
“Hahaha, apaan sih lo, hari gini lo masih percaya sama hantu? Aduh Ray percuma aja lo tuh cakep tapi cakep cakep takut hantu” Ujar Cakka sambil tertawa mendengar cerita Ray mengenai rumor misterius sekolah yang sedang dibicarakan oleh para siswa tentang kenapa ditiadakannya Mos akhir akhir tahun ini.
“Aduh kka, gue kagak boong gue berani sumpah deh, itu katanya beneran” Ujar Ray dengan wajah amat meyakinkan
“Hahaha elo tuh ya siang siang bolong gini malah ngomongin gituan, nggak lucu tau”  Cakka sembari tertawa keras yang membuat murid murid lain memperhatikan cakka sekilas
“Elo kalo tertawa kagak usah segede itu kali kka, udah kuping gue budge dengernya temen temen kita ntar juga nyangka elo ada kelainan lagi” Ketus Ray
“Iya iya Sorry, lagian elo dapet rumor gitu darimana sih? “ Tanya cakka penasaran
“Tadi katanya elo kagak percaya sekarang elo malah penasaran, udah ah males gue ngomong sama elo” Ujar Ray sambil meninggalkan kelas
“Yey Ray ditanyain malah pergi, elo mo kemana tunggu gue!” Ujar Cakka mengikuti Ray. Ray Nampak tidak peduli. Ia masih kesal dengan cakka. Ia memutuskan untuk keluar sebentar. Mungkin melihat lihat sekitar sekolah.
∞QuotesShivers∞
Bruk..
“Aduh Sorry gue gak sengaja” Ujar seorang gadis sambil memungut buku yang ia pinjam dari perpustakaan barusan
“Iya gapapa, gue yang salah kok, gue minta maaf yah” Ujar seorang lelaki yang tadi bertabrakan dengan gadis itu.
“Iya, gue juga minta maaf yah” Ujar gadis itu sambil mengulurkan tangan ke lelaki itu.
“Iya, eh elo Sivia kan?” Ujar lelaki itu sambil memperhatikan sivia
“Iya, loe kok bisa tau gue sih?” Ucap sivia heran
“Iya iyalah, kita kan sekelas bareng. Tadi kita kan udah perkenalan diri dikelas, elo lupa ya?” Ujar lelaki itu sambil tersenyum pada sivia
“Wah iya, sorry gue lupa, hahaha abis muridnya banyak sih susah ngafalin satu satu” Canda sivia dengan senyumnya yang sumgrihan yang membuat lelaki itu speechless melihatnya.
“Oh iya nama elo siapa yah?” Ujar sivia kembali menanyakan nama lelaki itu
“Nama gue…”
∞QuotesShivers∞
“Alvin!!!” Teriak Ify dengan keras melihat Alvin sedang memainkan bola basketnya diaula seorang diri. Alvin yang mendengar namanya dipanggilpun segera menoleh kea rah panggilan itu berasal
“Elo kalo mo manggil kagak usah keras keras, bisa bisa kuping gue tuli entar” Ujar Alvin kemudian sambil memperhatikan Ify dan sosok wanita yang bersama ify
“Iya soryy vin, gue cuman pengen nyapa elo aja mana yang lain kok gada disini bareng elo?” Tanya Ify
“Kagak tau, nyari gebetan kali kayak elo kagak tau mereka berdua aja”
“Ngomong ngomong ngapain lo bawa bawa tuh cewe” Ujar Alvin sembari memainkan bola basketnya kembali
“Elo masih inget dia vin, tumben vin biasanya elo kagak terlalu hafal sama orang yang baru loe kenal” Tawa ify membuat si gadis yang bersamanya agak risih.
“Gue pergi dulu ya fy, gue gak enak keberadaan gue agak suram disini” Ujar gadis itu
“Ya udah san aloe pergi, muka lo aja udah suram” Ujar Alvin yang membuat gadis itu terlihat geram
“Alvin,apa apaan sih lo, gue tuh ngajak dia kesini supaya nemenin gue kok, lagian sekarang dia juga temen sekelas gue” Ujar ify sambil tersenyum
“Bodo amat deh”  Ujar Alvin dengan juteknya. Sedangkan gadis itu Nampak cemberut. Kemudian ia meninggalkan Alvin dan Ify ditengah pembicaraan mereka
“Yah vin, tuh kan dia jadi pergi, elo sih”  Ujar ify
“Kok gue sih? Gue ngapa ngapain dia juga kagak” Balas Alvin
“Yaudah gue susul dia aja deh” Ify pergi meninggalkan Alvin. Kemudian Alvin kembali melanjutkan permainan basketnya sampai istirahat selesai.
∞QuotesShivers∞
Prangg..
“Shilla udah berapa kali saya bilang kalo kerja hati hati, pecah lagi kan sekarang jadinya” Teriak seorang pemilik sebuah rumah makan kepada seorang pelayan rumah makan yang baru saja memecahkan sebuah gelas kaca
“Maaf Bu, saya tidak sengaja, saya akan membersihkannya” Ujar Gadis itu sambil mencoba mengambil sapu untuk mencoba membersikhan puing puing pecahan kaca tersebut.
“Tidak usah sekarang kamu pergi dari sini, ini udah kesekian kalinya kamu seperti ini, kamu mau mencoba membuat saya bangkrut apa dengan memecahkan semuanya. Kemarin piring sekarang gelas, besok apalagi?” Marah si pemilik rumah makan itu yang kembali membuat beberapa pengunjung memperhatikan mereka.
“ Tapi tapi Bu, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi” Mohon Shilla sambil menangis kepada si pemilik rumah makan itu
“Janji janji, halah mending sekarang kamu pergi dari sini, pergi” Teriak si pemilik rumah makan itu
“Bu, kalo nanti saya dipecat gimana saya melanjutkan sekolah Bu” Ujar gadis itu sambil memohon kepada si pemilik rumah makan itu sembari menangis tersedu
“Saya tidak peduli sekarang lebih baik kamu langkahkan kakimu keluar dari sini atau tidak saya akan memanggil satpam untuk membawamu keluar” Marah si pemilik rumah makan itu.
Kemudian mau tidak mau Shilla melangkahkan kakinya keluar rumah makan tersebut dengan perasaan sedih yang bergitu sedih. Shilla Nampak begitu sedih sangat sedih sekarang ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.
Nampak seseorang tengah memperhatikan Shilla sedari tadi ketika ia dimarahi oleh majikannya sampai dipecat. Ia tidak focus dengan makanan yang ada didepannya itu. Ia masih mengingat bagaimana wajah sedih yang terlihat dari wajah gadis tersebut. Ia merasa iba dengan gadis itu. Ia seperti ikut merasakan kesedihan gadis itu. Padahal ia hanya baru mengenalnya dan tidak terlalu mengenalnya dengan dekat.Ingin rasanya ia menolong gadis itu namun ia masih seperti tidak ingin terlihat seperti peduli dengan gadis itu.
7
Gabriel masih terus memikirkan gadis yang baru saja ia jumpai tadi di sekolah. Entah apa yang dipikirkan Gabriel saat ini. Tapi ketika ia terus mengingat wajah si gadis itu, senyum yang terpancar dari bibir si gadis serta matanya yang membuat jantung Gabriel semakin berdetak dengan cepat. Mungkin detakan jantung Gabriel bisa mengalahkan jalannya kereta api. Kerasnya irama bunyinya sangatlah terasa, bahkan dari kejauhan sekalipun. Entah apa yang membuatnya memiliki suatu rasa terhadap gadis itu. Ia masih terus menerus tersenyum ketika ia mencoba mengingat kembali pertemuannya dengan si gadis berlesung pipi itu di koridor sekolah tadi siang.
“Nama gue Gabriel” Jawab pria itu
“Senang berkenalan denganmu gabriel” Ucap sivia sambil menyodorkan tangannya dengan tersenyum
“Iya vi, gue juga” Balas Gabriel dengan tersenyum dan perasaan senang. Sehingga membuatnya salah tingkah
“Gue kesana dulu ya yel” Ucap sivia yang sepertinya Gabriel tidak merespon ucapannya. Gabriel terlihat seperti sedang melamun atau bengong kelihatannya. Sivia kemudian langsung meninggalkan Gabriel dengan raut wajah heran. Sedangkan Gabriel ia masih memegang tangannya. Mencoba untuk tidak melupakan dan merasakan sentuhan tangan si gadis tersebut. Gejolak asmara itu sepertinya sedang hadir dan terus menghantui Gabriel.
∞QuotesShivers∞
“Pangeran kecil gue lo sekarang dimana sih? Elo tau nggak sih gue kangen sama lo” Ify seolah sedang berbicara dengan sebuah foto yang sedang ia pandangi itu.
“Andai lo kagak pergi, pasti sekarang kita masih bareng bareng, gue juga nggak kesepian kaya gini. Elo kan pernah bilang ke gue kalo gue sendiri tinggal panggil elo sekarang malah elo yang ninggalin gue sendiri. Trus gue gimana donk?”  Ify masih tetap memandangi foto yang ada dihadapannya itu.  Sosok pria yang ada di foto itu masih sangat membekas dihatinya. Bahkan bertahun tahun sudah ia tidak bertemu dengan lelaki tersebut ify masih terus mengingatnya. Bahkan ify sepertinya tidak bisa melupakannya. Ia kembali merangkul foto itu kedalam dekapannya. Ia mencoba mengingat masa masa ketika ia bersama pangeran kecilnya tersebut. Ia lihat kembali foto tersebut. Ada sedikit kesedihan ketika ify melihatnya kembali. Yah Ify sangat merindukan sosok pangeran kecilnya yang selalu menghiasi harinya dulu.
“Fy, lagi liatin siapa sih lo” Ucap Cakka yang tiba tiba masuk ke kamarnya Ify. Ify heran dan kaget tiba tiba cakka datang. Yah semenjak orang tua Ify dipindahkan tugas mereka semua pindah ke Jakarta. Kota yang asing bagi Ify. Namun ia beruntung Ia betemu dengan Alvin, Cakka serta Ray yang menjadi sahabat sekaligus sudah ia anggap seperti keluarga. Mereka juga sering bersama dengan Ify bahkan mereka sering menghibur satu sama lain. Mungkin inilah yang membuat salah satu alas an Ify betah tinggal di Jakarta.
“Eh elo kka, gue lagi liat foto pangeran kecil gue nih, yang dulu pernah gue certain ke kalian” Ucapnya sambil menunjukkan foto tersebut pada Cakka
“Yaelah elo masih mikirin dia mau sampai kapan Fy, Please Fy lo udah segede ini masih aja mikirin cinta pertama lo yang gak jelas dimana dia sekarang itu, dianya aja belom tentu mikirin lo juga”
Ify kemudian memandang cakka, mungkin cakka benar, untuk apa dia masih memikirkan sosok pangeran kecilnya itu yang entah dimana keberadaannya sekarang. Entah pangeran kecilnya itu juga sekarang ikut merasakan getaran rindu pada dirinya atau tidak. Namun apa daya hati tak bisa berbohong. Perasaan yang susah dimengerti seperti air sungai perasaan ini juga terus mengalir.
∞QuotesShivers∞
Rio melepaskan dahaganya, segelas air putih membuat tenggorokannya begitu segar kembali. Ia kemudian mencoba mencari makanan didapur namun tak ada yang ia temukan. Ia pun mencari Shilla, ia bermaksud menyuruh Shilla untuk memasakkan makanan untuknya karena ia sudah kelelahan sepulang kerja tadi. Ternyata Shilla berada di halaman belakang rumahnya tidak biasanya Rio melihat adikknya itu melamun sendirian dibelakang rumah. Seperti ada sesuatu yang terjadi pada adiknya itu. Tampak raut wajah kesedihan yang terlihat dari wajah shilla tersebut.
“Shill, lo ngapain disini”
“Eh kak Rio gue… guee..” Jawab Shilla dengan gugup dan tertunduk seakan tidak mau melihat wajah sang kakak tersebut.
“Elo kenapa” Ucap Rio sambil menegakkan dagu Shilla yang membuat wajah Shilla menjadi terlihat. Shilla hanya masih terdiam ia tidak tahu harus bagaimana ia menjelaskan kepada Rio mengenai kejadian di Rumah Makan tadi siang.
“Elo habis nangis ya? Siapa yang bikin lo nangis kaya gini? Biar gue yang kasih pelajaran tuh sama mereka yang bikin elo kaya gini” Rio mengatakan itu dengan sedikit emosi.
“Enggak kak, aku nggak kenapa napa kok” Ucap shilla menyela kakaknya sambil mencoba menahan air mata yang hendak mengalir kembali
“Gak mungkin lo sampai nangis gini kalo elo lagi nggak ada masalah, cerita donk Shill, kakak nggak mau cuman kamu yang sedih, Kakak juga ingin kesedihan kamu itu juga kesedihan kakak” Ujar Rio sambil menatap mata Shilla. Shilla yang tak kuasa menahan airmatanya hanya bisa menangis dalam kesedihannya.
“Gu.. gu.. gu..e di..pe..ca..t ka..k” Ucap Shilla terbata bata dengan pelan namun masih bisa didengar oleh Rio
“Apa? Nggak mungkin elo kan udah lama kerja disitu masa mereka tega mecat lo. Elo nggak bohong kan shill? Haha” Rio tertawa pelan seakan dia mencoba untuk tidak percaya dengan pernyataan yang shilla katakana barusan.
“Kak, gue nggak bohong. Gue dipecat karena keteledoran gue kak, maafin gue kak”  Tangis Shilla kembali membendung, Rio hanya bisa memeluk Shilla ia mencoba menenangkan hati Shilla. Namun Rio juga ikut terdiam ditengah keheningan malam tersebut.
“Kak,…”
“Iya”
“Kakak marah yah sama shilla karena shilla dipecat”
Rio masih terdiam.
“Kakak kok nggak mau jawab”
“Trus elo maunya gue jawab apa”
“Tuh kan jawabannya gak nyambung banget”
“Ya udahlah mau diapain lagi. Ini udah terjadi. Yah kita gak usah terlarut dalam kesedihan terus”
“Tapi Shilla nggak mau ngeliat beban kakak jadi bertambah. Shilla nggak mau kakak semua yang memikirkan persoalan ekonomi kita”
“Ya udahlah Shill, biar gimanapun kakak kan kakak kamu, kakak punya tanggung jawab juga. Kakak nggak merasa terbebani kok” Ucapnya sambil menolehkan senyum diwajahnya
“Trus shilla sekarang harus gimana kak?” Shilla kembali bersedih dipelukan Rio
“Mungkin masih ada pekerjaan sampingan lain buat kamu yang membuatmu lebih nyaman, lo harus semangat donk shill, jangan cengeng gini donk” Ucapnya sembari melepaskan pelukannya itu dan mencoba menyemangati shilla. Shilla melihat kakaknya itu begitu menyemangatinya ada perasaan mengganjal dihati Shilla, ia merasa bersalah karena ia akan membuat kakaknya jauh lebih terbebani kembali. Namun ia mencoba tegar kembali dihadapannya Rio . Ia tak boleh membuat Rio jauh lebih khawatir melihat dirinya terus menerus bersedih. Seulas senyum pun keluar dari bibir tersenyum. Shilla menatap kakaknya itu.  Rio pun  membalas pandangan Shilla tersebut dengan senyuman kasnya.
“Nah gitu donk, adek gue nggak boleh sedih mulu, harus tetap semangat apapun yang terjadi gue akan terus ada disamping loe kok shill, gue akan selalu ngedukung adik gue ini” Rio kembali menyemangati Shilla
“Makasih ya kak elo memang kakak gue yang terbaik deh” Ucap Shilla sembari mencubit pinggul Rio
“Awww.. apa apaan kok dicubit sih?”
“Itu hadiah buat kakak hahaha” Tawa Shilla. Rio pun membalas Rio dengan menyubitnya sehingga mereka berdua seperti sedang bermain cubit mencubit. Malam itu biarpun ada kesedihan tapi mereka tetap saling melepas tawa dan duka satu sama lain. Itulah mereka. Walaupun mereka hanya berdua namun mereka mempunyai cara sendiri untuk membuat satu sama lain merasa senang.
“Kak kakak janji nggak akan berubah kan,walau gue dipecat”
“Loe kira gue itu keturunan power ranger atau sejenisnya apa yang bisa berubah ubah gitu” Canda Rio
“Ya elah malah bercanda gak seru ih” Ujar shilla dengan cemberut
“Nggak ada yang berubah kok Shill walaupun elo dipecat, elo boleh dipecat mereka. Tapi elo gak bakal gue pecat jadi adik gue” Ujar Rio sambil mengacak Rambut Shilla
“Apaan sih kak, gombalannya basi banget kaya bau telor yang udah gak kepake berbulan bulan” Balas Shilla sambil memanyunkan bibirnya
“Kaya elo pernah makan telor basi aja”
“Hahaha, kagak pernah kalo ada juga udah gue kasih ke kakak kali”
“Trus gue yang makan gitu? Ogah! Gakmauu~~”  Ujar Rio seperti gaya anak kecil
Shilla sangat tertawa lepas melihat reaksi Rio. Kadang sifat Rio begitu dewasa saat member nasihat. Kadang ia berusaha membuat kekonyolan yang membuat mereka saling tertawa.
“Ngomong ngomong soal telor gue laper Shill, elo masak sana lo kagak liat apa perut gue udah ngadain konser dari tadi”
“Hahaha iya kakakku sayang ntar gue masakin telor special deh khusus buat kakak, oh iya kak mending elo mandi deh”
“Loh kok elo tau gue belom mandi emang keliatan? Perasaan gue mandi sama gak mandi tetap aja keliatan cakep” Ujar Rio memuji diri sendiri sambil senyam senyum
“Idih pantes aja dari tadi kaya ada bau amis, ternyata elo yah kak” Ucap Shilla sambil bercanda kemudian berlari kedalam rumah
“Sialan, Gue dikatain bau amis, Awas lo Shill” Ucap Rio sambil berlari menyusul Shilla kedalam rumah.
∞QuotesShivers∞
“Jadi gadis itu selama ini bekerja sebagai pelayan?”
Semenjak kejadian yang baru saja ia lihat tadi siang dirumah makan entah kenapa ia masih memikirkannya secara terus menerus.Waktu tengah menunjukkan pukul sebelas malam. Ia pun mencoba memejamkan matanya untuk tidur. Namun wajah itu entah kenapa masih terbayang dipikirannya. Wajahnya yang sedang marah, sedih, tertawa entah kenapa sering muncul dipikirannya. Mungkinkah itu suatu tanda baginya.
“Bodoh ngapain sih gue merhatiin tuh cewek, peduli amat gue ke dia, kenal dekat juga engga”  Ucapnya sambil mengacak ngacak rambutnya sendiri dan kembali mencoba tidur. Mungkin hari besok akan jauh lebih baik daripada hari ini dan hari hari kemarin.

8
Ketika semua orang menanti akan datangnya suatu cinta mereka berharap sosok cinta yang akan menghampiri mereka adalah sosok yang mereka dambakan selama ini. Namun ketika cinta itu datang tiba tiba apakah mereka akan bisa mendapatkannya. Tidaklah mudah untuk mendapatkan sosok sempurna yang akan dijadikan sebagai pendamping hidup kita.
Brukk..
“Sory tadi gue kagak ngeliat tadi gue buru buru sorry yah” Ujar sesosok pria sambil mencoba memungut buku yang terjatuh dari genggaman seorang gadis
“ Iya gapapa kok”  Ujar gadis itu sambil memungut beberapa buku yang masih terlihat berantakan di lantai itu. Ketika dia hendak mengambil satu buku yang tersisa tangannya dan tangan pria tersebut pun bersentuhan. Sehingga mereka berdua reflex menjadi salah tingkah. Dan mereka sontak menarik tangan mereka itu. Diam dan mencoba mengatur nafas mereka kembali. Shilla kemudian mengambil buku itu langsung setelah pria itu mencoba berdiri.
“Sory yah gue gak sengaja sini gue bantuin lo berdiri” Ucap pria tersebut sambil mengulurkan tangannya. Gadis tersebut pun hanya membalas uluran tangan pria tersebut. Dan dia berdiri disamping pria tersebut.
“Iya gapapa kok” Ucapnya sambil memandang kea rah lain
“Eh elo yang waktu itu diparkiran kan?”
“Yang waktu itu berantem sama Alvin” Sambung pria tersebut yang membuat gadis itu kaget dan memandang pria tersebut.
“Iya bener, ternyata elo masih inget ya sama gue. Kirain udah lupa” Ucapnya sambil melihat pria itu
“Hehe abis muka loe nggak bisa terlupakan sih” Canda pria tersebut yang membuat gadis itu tersenyum
“Iya gue ngerti deh tampang gue kan jelek wajarlah loe  inget apalagi gue disitu lagi marah marah tambah deh 360 derajat kejelekan gue” Ujarnya sembari tertawa pada pria itu dan pria itupun ikut tertawa mendengarnya.
“Kata siapa loe jelek? Loe nggak jelek kok. Nggak ada perempuan yang jelek. Semua perempuan itu cantik. Kecantikan mereka itu berbeda satu sama lain tergantung bagaimana kamu bisa melihatkan kecantikan lahir dan batinmu pada orang lain. Termasuk kamu. Kamu itu cantik kok menurut aku” Ucap pria itu secara spontan yang membuat wajah gadis itu menjadi merah. Ia sangatlah tersipu malu mendengar pria itu berkata barusan. Ia belom pernah dipuji sebelumnya oleh orang lain kecuali oleh kakaknya sendiri.
“Halah elo pasti bohong kan? Hahahaaa” Gadis itu mencoba membalas perkataan Pria tersebut. Namun pria itu lagi lagi hanya tersenyum mendengar perkataan gadis itu.

“ Nggak kok, gue akan selalu jujur dengan apa yang gue lihat. Elo lihat mata gue seperti berbohong gitu? Atau elo lihat mulut gue terlihat seperti mengucapkan hal yang bohong?” Ucapnya sembari menatap gadis itu. Gadis itu seperti tersihir oleh pesona pria tersebut. Ia speechless tak tahu lagi harus berkata apa. Bengong dan diam mungkin itulah gambaran untuk dirinya saat ini. Namun ia tak bisa menghindari jika tiba tiba ada suatu rasa yang mengendap dan muncul secara perlahan di hatinya tersebut.
“Kok diem sih?” Pria tersebut masih memandangi shilla dengan tanda Tanya
“Hahaha anu ini kok anu” Jawab gadis itu tak karuan. Pria tersebut hanya tertawa melihat gadis itu gugup.
“Hahaha elo lucu deh, ternyata elo yang kemarin marah marah bisa ngelawak juga kaya gini yah” Ucap pria tersebut sambil tertawa
“Haha apaan sih lo, itu bukan lawakan tahu” Ucapnya dengan memanyunkan bibirnya
“Tuh kan elo manyun lagi jadi tambah lucu deh” Ucap pria itu refleks memegang kedua pipi gadis tersebut yang membuat hati gadis tersebut tak karuan. Detakannya sangat sangat sangatlah terasa.
“Apaan sih pegang pegang” Ucapnya berusaha agar tidak terbawa suasana. Walaupun ia tadi sangat menikmati moment saat pria tersebut mencoba memegang pipinya yang berusaha membuat pipinya seakan gembul.
“Iya sorry ya, tadi gak sadar. Hehe nama loe siapa yah? Gue lupa?” Ucapnya kembali
“Shilla, elo?”
“Cakka”
Mereka diam bingung harus berkata apa kembali. Cakka kembali melihat jam di tangannya.
“Shill, gue pergi dulu deh sorry ya soal yang tadi”
“Iya gapapa kok”
“Shill..”
“Apa?”
“Lain kali gue bisa ngomong lebih nggak ke elo?”
“Maksudnya?” Shilla tak paham dengan ucapan cakka barusan
“Nggak apa apa kok, hehe cuman bercanda” Ucap cakka sedikit kecewa. Ia pun pergi meninggalkan Shilla. Ia sedang ditunggu oleh sahabatnya. Ingin rasanya ia mengobrol lebih lanjut lagi dengan Shilla. Baginya Shilla sosok gadis yang unik yang belom pernah ia jumpai sebelumnya. Ia pun kembali menolehkan pandangannya pada Shilla. Shilla pun menolehkan pandangannya pada cakka. Mata mereka kembali bertemu. Ada suatu perasaan yang terjadi pada mereka. Sepertinya Cupid sedang melancarkan aksinya atau ini semua adalah takdir. Sebuah rasa yang tiba tiba muncul membuat wajah mereka memerah detak jantung mereka kembali berdetak. Cepat dan mendebarkan. Apakah ini  yang dinamakan cinta datang tiba tiba itu. Entahlah.
∞QuotesShivers∞
“Ray bisa diem nggak sih, dari tadi lo mondar mandir mulu”
“Gimana gue bisa diem fy, cakka belom datang juga padahal diakan tahu kalo kita bakalan tampil sebentar lagi” Ucap Ray sambil melirik ke arah Ify dan kearah jam yang terletak disebuah café itu.
“Gue yakin kok bentar lagi Cakka juga datang”
“Semoga deh” Ucap Ray
“Ya ampun kka, loe buruan dateng donk udah Alvin gak bisa datang elo juga mau ditaruh dimana muka gue. Nggak mungkin kan gue nyanyi bareng sama Ify? Duet gitu? Yang ada gue malah nggak bisa ngomong kka” Batin Ray sambil mondar mandir di belakang café tersebut.
Cakka, Ray dan Ify mereka sering nyanyi di café milik Mama Ray. Mama Ray sangat senang apabila mereka menunjukkan bakat mereka disini. Alvin pun juga sering ikut menemani mereka namun ia lebih senang jika melihat pertunjukan mereka tanpa ia harus ikut menyanyi bersama mereka. Karena Alvin menganggap suaranya tidak cocok untuk dipadukan dengan mereka. Oleh karena itu ia lebih sering menolak untuk ikut bernyanyi dan hanya menjadi penonton mereka saja. Namun mereka tidak pernah memaksa Alvin mereka tetap saling mendukung satu sama lain.
“Sorry gue telat” Ucap Cakka dengan ngos ngosan
“Iya nggak apa apa, elo abis darimana sih kka? Tega amat lo liat gue berduaan sama dia” Ucap ify sembari menunjuk ke Ray. Ray hanya bisa cengengesan mendengarnya.
“Iya sorry yah tadi kejebak macet dijalan, yaudah kita nyanyi sekarang aja yuk” Ucap cakka kemudian ia mengambil sebuah gitar yang terletak disudut ruangan
“Oke, gue kasih tau ke nyokap gue dulu kalo kita udah siap” Ucap Ray dengan dijawab oleh anggukan cakka dan Ify
∞QuotesShivers∞
Ditempat lain, terlihat Sivia masih memainkan bonekanya sambil berguling guling diatas tempat tidur. Ia masih tidak percaya akan suatu kabar yang ia dengar hari ini. Ia mencoba untuk mencubit pipinya berkali kali untuk memastikan bahwa ia sedang tidak bermimpi. Namun sesering apapun cubitan itu dia lakukan rasanya tetap sama. Sakit. Ia kembali melihat langit langit kamarnya membayangkan kembali hal tersebut.
“Vi, elo malam minggu besok ada acara nggak?” Ujar Shilla ketika mereka sedang berjalan pulang sekolah
“Nggak kok Shill, kenapa elo mo ngajakin gue main?” Balas Sivia
“Bukan gue, tapi kakak gue”
“Maksud lo shill?” Tanya sivia heran
“Kak Rio nyuruh gue ngomong ke elo besok sabtu dia ngajak lo keluar, elo bisa nggak? ” Tanya Shilla pada sivia.
“Rio ngajak gue keluar gitu? Malam minggu?” Ucap Sivia kembali disertai anggukan jawaban dari Shilla
Sivia memberhentikan langkahnya ia mencubit pipinya. Ia berfikir apakah ini hanya mimpi. Ia mencoba menanyakan kembali pada Shilla berkali kali dan ia masih tidak percaya.
“Elo bisa kan?” Tanya Shilla kembali
“Bisa. Bisa banget malah” Ucap sivia sambil tersenyum lebar. Shilla ikut tersenyum melihat sivia yang seperti sedang merasakan bahagia. Mungkin perasaan Sivia sama seperti perasaannya kepada Cakka tadi. Lagipula Shilla tahu kalo Sivia sangat menyukai Kakaknya itu sejak mereka bertemu. Sivia sering menanyakan Rio pada Shilla bahkan Sivia tidak tanggung untuk membawakan makanan jika dia mengetahui bahwa Shilla dan Rio belum makan. Sahabatnya ini terlalu peduli padanya dan Rio. Ia mungkin tidak keberatan jika suatu saat Kakaknya dan Sahabatnya itu akan menjalin sebuah hubungan. Shilla yakin Sivia pasti bisa membahagiakan kakaknya tersebut.
 “Elo tau kan elo cewek pertama yang diajak kak Rio jalan” Ucap Shilla sembari memberikan kode untuk Sivia. Muka sivia sekarang terlihat memerah ia tak percaya dengan semua ini.
“Apaan sih lo Shill jangan tambah bikin gue malu deh” Ucapnya sambil salah tingkah. Terlihat kembali wajah merah sahabatnya tersebut dan senyuman yang terpancar darinya itu
“Apakah ini jawaban dari penantian cinta gue selama ini” Batin Sivia sambil tersenyum pada Shilla. Kemudia ia melihat kea rah langit sore. Rasanya ia ingin cepat cepat ke hari pertemuan itu akan terjadi.
Sivia masih terus berguling guling diatas tempat tidurnya Ia tidak peduli dengan suara teriakan mamanya yang menyuruhnya untuk tidak rebut. Namun Sivia masih ingin tetap menikmati perasaan ini. Perasaan yang membuatnya sangatlah senang. Perasaan yang selalu membuat jantung berdetak, berdetak dan berdetak lebih kencang lagi. Kemudian ia beranjak dan mencari sesuatu dari laci mejanya. Ketika ia menemukan apa yang ia cari ia tersenyum kembali. Dan menatap sebuah foto yang sudah ia bingkai bagus dan memandanginya sambil tersenyum. Dan memeluk foto tersebut dengan erat.
“Gue akan tetap disini menunggu kepastian akan penantian cinta gue selama ini ke elo”
9
Shilla berhenti didepan gerbang awan gelap mulai terlihat, rintik hujan mulai terdengar secara perlahan. Shilla memandang langit sesekali sambil menjulurkan tangan kedepan untuk merasakan rintik hujan tersebut. Alvin berjalan menuju gerbang. Langkahnya terhenti karena rintik hujan. Diurungkan niatnya untuk segera pulang. Dibukanya tasnya untuk menemukan sebuah paying kemudian ia membukanya.
“Belom pulang?”  Tanya Alvin yang berdiri disamping Shilla
“Belom” Jawab Shilla
“Kenapa?” Tanya Alvin kembali
“Hujan” ketus Shilla masih dengan menatap kedepan tanpa memperdulikan Alvin
“Ya udah gue mau pulang” Ucap Alvin sedangkan Shilla nampaknya tidak menggubris Alvin sama sekali. Ada perasaan kecewa Alvin melihat sikap Shilla terhadapnya itu. Alvin pun segera berjalan sambil berpayung ditengah rintik hujan yang terasa semakin jelas itu. Ia melihat kebelakang dilihatnya Shilla mengusap pipinya seolah mengatakan bahwa ia merasa kedinginan sambil menundukan dirinya. Alvin pun berfikir sejenak. Ada rasa tidak enak meninggalkan seorang gadis sendirian ditengah sekolah yang sepi itu.
“Gue anter loe pulang ya” Tegas Alvin yang ternyata ada didepan Shilla yang sekarang melihat kea rah Alvin
“Lo? Bukannya tadi udah pulang?” Tanya Shilla
“Gue gak tega ninggalin cewek sendirian kaya gini” Ucap Alvin kembali. Shilla hanya diam memandanginya kemudian ia menunduk kembali.
“Ayuk” Ucap Alvin sambil menarik tangan Shilla. Shilla hanya pasrah melihatnya.
Kini mereka berada dibawah satu paying bersama. Bersama menyusuri jalan. Hanya kesunyian yang menemani mereka disepanjang jalan tersebut tanpa ada sepatah katapun keluar dari bibir mereka tersebut. Hujan pun semakin deras kemudian mereka berdua memutuskan untuk berteduh didepan sebuah took. Hanya mereka berdua saja disitu tanpa melakukan pembicaraan. Diam itulah gambaran yang terjaadi pada mereka saat ini.
“Mau lo apa sih?” Shilla mencoba membuka pembicaraan. Ia tak suka apabila harus berdiam terus.
“Nggak ada ague cuman mau nganterin elo kok” Jelas Alvin
“Kenapa elo mau jalan? “ Tanya Shilla kembali
“Pengen ajasih” Jelas Alvin kembali
“Rumah loe dimana?” Tanya Alvin kemudian
“Loe yakin mau nganterin gue ?” Tanya Shila
“Iya gue udah nganterin loe sampai segini masa ia gak gue anter kerumah lo”
“Kenapa elo ngelakuin ini?” Tanya shilla
“Gak tau” Ketus Alvin
Shilla diam. Ia tidak tahu harus melakukan pembicaraan apalagi dengan pria yang berdiri disampingnya itu. Ia sebenarnya agak kesal melihat pria disampingnya itu. Namun ia sepertinya harus mengurangi rasa tidak sukanya pada pria itu.
 “Pake ini” Ucap Alvin sambil melepaskan jacket yang ia pake
“Nggak usah” tolak shilla ketus. Alvin hanya merasa kecewa. Ia kemudian memakai jacketnya kembali.
“Maaf” Lontar Alvin
“Buat apa?”
“Maaf gue selama ini ngejelekin elo”
“Nggak apa apa, udah biasa kok” Jelas shilla.
Alvin tertunduk lemas. Shilla hanya bisa diam. Mereka kembali melanjutkan aksi tanpa berbicara tersebut.

Cakka dan Ray hanya bisa melihat Ify yang dari tadi sibuk mondar mandir sambil sesekali mengutak ngatik ponselnya. Ia terlihat khawatir akan keadaan seseorang.
“Fy, udah deh mending lo tenang aja Alvin pasti nggak kenapa napa kok” Ucap Ray yang tidak tahan melihat Ify begitu gelisah
“Iya Fy, Alvin kan cowok ia udah gede pasti bisa jaga diri sendiri lah” Ucap Cakka
“Ya tapi daritadi gue hubungi dia tapi nggak ada balasannya, gue takut dia kenapa napa kka, ray” Jelas Ify dengan mimic sedih
“Yasudahlah terserah elo” Ucap Ray
Cakka hanya bisa memandang jendela disampingnya. Ia bingung dengan apa yang ada dipikirannya sejak kemarin. Pertemuan kemarin membawanya untuk selalu memikirkan gadis tersebut.


Alvin memegangi dadanya. Rasanya sesak. Ia tak bisa menahan rasa sesak yang ada didadanya itu. Mukanya pucat. Sesampainya mereka didepan rumah Shilla Alvin merasa lega.
“Ini rumah gue, thanks ya” Ucap shilla
“Iya” Jawab Alvin
“Loe pucat banget, lo sakit ya?” Tanya shilla yang melihat perubahan pada wajah serta diri Alvin
“Nggak kok” Jawab Alvin namun Shilla tetap meliatnya. Bukan tetapi terus memperhatikannya
“Gue pulang dulu yah” Jawab Alvin sambil membalikkan badannya. Shilla kemudian berjalan memasuki rumahnya namun ia seperti mendengar suara jatuh. Ia menoleh kebelakang dan ternyata Alvin telah pingsan di jalan dengan payungnya yang terpisah.
“Vin, elo kenapa vin” Shilla mencoba untuk menyadarkan Alvin namun hasilnya Alvin tetap tidak sadar. Bahkan ia semakin pucat dari sebelumnya.

Shilla masih terlihat menangis ia tidak menyangka dengan yang ia lihat tadi. Ia merasa bersalah. Ia merasa bahwa Alvin menjadi sakit karena Alvin mengantarnya ditengah hujan tersebut.
“Udahlah Shill, Alvin pasti nggak kenapa napa kok” Sivia mencoba menenangkan Shilla
“Vi, gue nggak tau kalo Alvin bakal pingsan kaya gitu apa nggak lebih baik kita bawa kerumah sakit daripada dirumah gue?”  Tanya Shilla
“Nggak, nggak apa apa ini hanya pingsan aja kok. Jangan terlalu negative gitu deh Shill” Ucap Sivia kembali
“Iya semoga vi” Jawab shilla
Rio keluar dari kamar. Ia telah memeriksa kondisi Alvin. Rio pernah membantu disebuah puskesmas jadi ia sedikit memahami mengenai keadaan orang sakit.
“Gimana kak?” Tanya Shilla dengan cepat
“Nggak apa apa kok, mungkin dia masuk angin” Jawab Rio. Shilla lega mendengar ucapan Rio tersebut.
“Dia udah agak siuman sana lo liat” Jelas Rio kembali. Shilla pun masuk kedalam kamar kakaknya tersebut ia melihat Alvin sedang memandangi kesekelilingnya dengan heran.
“Sory kalo kamarnya  gue kayak gini” Ucap Shilla
“Nggak apa apa kok, gue cuman heran aja gue ada dimana, oh iya yang gantiin baju gue siapa?” Tanya Alvin
“Kak Rio kakak gue” Jelas Shilla
“Oh bilangin makasih yah buat kakak lo” Jawab Alvin. Ia mencoba beranjak dari tempat tidur tersebut
“Loe mau kemana” Tanya Shilla
“Gue mau pulang dulu nggak enak ntar ngrepotin kalian, nggak apa apa kan?” Jelas Alvin yang kemudian dilanjutkan anggukan oleh Shilla
“Ya udah” Ucap Shilla
Alvin keluar dari kamar Rio dan melihat ada Rio dan Sivia sedang duduk didepan. Melihat Alvin disitu mereka segera beranjak untuk berdiri
“Lo udah baikan?” Ucap Sivia
“Iya makasih yah” Ucap Alvin sambil berlanjut kea rah Rio
“Makasih ya “ Ucap Alvin pada Rio. Rio hanya diam melihatnya, Kemudian Alvin berjalan menuju keluar rumah. Ternyata sudah ada sebuah mobil jemputan yang menunggu Alvin. Nampaknya Alvin sudah menyuruh supirnya untuk menjemputnya.
“Sekali lagi makasih banget ya” Ucap Alvin yang kemudian memasuki mobilnya itu.
Shilla, Rio dan Sivia hanya bisa mengantar sampai depan rumah saja kemudian melihat mobil tersebut sudah beranjak menjauhi mereka.
“Gue telah salah menilai mereka, Mereka baik, nggak seharusnya gue bersikap kaya kemarin ke mereka” Ucap Alvin sambil memandang kaca spion mobilnya itu.

10
Teman memang dibutuhkan untuk menemani kita. Untuk bertukar pikiran dengan kita. Untuk membantu memberikan saran dan nasehat kepada kita. Namun apakah yang terjadi apabila kita tidak memiliki teman. Pasti akan susah bagi kita untuk melewati hari demi hari. Hanya kesendirian yang menemani kita. Hanya airmata yang selalu ada dalam diri kita. Tak ada suka maupun canda yang terjadi.
“Hey Chelsea. Gue denger denger bokap lo itu mantan narapidana yah?” Ucap seorang gadis sambil berjalan mengelilingi badan Chelsea diikuti dengan dua rekannya
“Gue juga denger kalo nyokap lo itu kabur dari rumah karena nggak tahan dengan perlakuan bokap loe ya?” Teman si gadis itu ikut menambahkan suatu pernyataan
“Wow, gue nggak nyangka anak mantan narapidana bisa masuk ke sekolah kita ini, harusnya elo ngga usah masuk kesini. Sekolah ini nggak pantes nerima anak mantan seorang narapidana, iyakan teman teman?” Tawa rekan gadis yang kedua tersebut.
Chelsea diam. Ia berusaha menghindari ketiga gadis yang menghalangi mereka. Namun ketiga gadis it uterus berusaha mengejek Chelsea. Chelsea tak berani melawan mereka ia hanya pasrah menerima perlakuan mereka.
“Mau kalian apa?” Akhirnya Chelsea membuka mulutnya
“Mau kita? Ya elo nggak denger apa tadi kita bilang supaya elo nggak usah sekolah lagi disini” Gadis pertama mengatakan dengan memegang kerah baju Chelsea
“Dan loe nggak usah sok polos gitu deh. Gak usah sok alim. Kita semua udah tau lagi kalo lo itu anak mantan narapidana yang baru keluar beberapa bulan lalu, Haha” Tawa gadis selanjutnya itu terdengar memenuhi ruangan tersebut
“Oh iya gimana kalo kita member kamu sedikit kenang kenangan, Gimana temen temen setuju kan?” Ucap gadis yang berikutnya diikuti tawa dan anggukan oleh rekan rekannya
“Boleh donk, boleh banget malah”
“Okey sip deh” Ucap gadis itu sambil mengeluarkan suatu benda dari dalam tasnya
“Apa apa yang akan kalian lakukan” Chelsea berusaha memberontak namun tangan Chelsea sudah dipegang erat oleh gadis itu
“Elo jangan bergerak kalo bergerak nanti saus dan kecap ini akan tumpah iya kan temen temen?” Ucap gadis itu sambil memegang sebotol kecap dan saus ditangannya dan bersiap siap menumpahkan dari atas kepala chelsea
“Tolong jangan lakukan itu apa salah gue” Chelsea berusaha membela diri namun sepertinya tak ada gunanya ia membela dirinya sekarang. Tak ada yang membantunya sekarang. Ia hanya sendiri sedangkan mereka bertiga.
“Apa yah salah lo, gue juga nggak tau” Ucap gadis itu mengatakannya sambil menumpahkan kecap dan saus itu ke baju Chelsea dari atas
“Uuupps. Sorry. Kita nggak sengaja” Ucap gadis itu sambil memandang kea rah Chelsea kemudian kea rah dua temannya yang sedang memegangi tangan Chelsea, kemudian mereka bertiga tertawa keras. Keras sekali. Chelsea menangis melihat perbuatan mereka. Ia ingin sekali menampar mereka karena ia tidak terima dengan perlakuan mereka. Namun Chelsea sangat tak berdaya melawan mereka. Mereka masih sangat puas menertawakan Chelsea yang sekarang sedang kotor berlumuran saus dan kecap diseluruh tubuhnya.
“Apa yang kalian lakukan?” Tiba tiba terdengar dua orang cowok datang dari belakang. Rupanya ia melihat apa yang mereka bertiga lakukan terhadap Chelsea
“Ray? Alvin? Sejak kapan kalian ada disitu?” Ucap gadis pertama
“Kita nggak ngapa ngapain kita cuman main main, iyakan Chelsea?” Ucap gadis yang kedua sambil melepaskan tangannya yang terlihat sedang menahan tangan Chelsea diikuti gadis ketiga
“Iya, kita mau kenalan sama Chelsea aja kok” Ucap gadis ketiga sambil berusaha menutupi botol saus  dan kecap yang tadi mereka gunakan untuk melancarkan aksinya pada Chelsea. Ray dan Alvin langsung menuju ke Chelsea, Ray mengambil sapu tangan miliknya dan membantu untuk membersihkan seragam Chelsea. Sedangkan Alvin ia menatap ketiga gadis itu. Ia Nampak marah.
“Sekarang kalian ikut gue. Kita butuh penjelasan kalian diruang BP nanti” Ucap Alvin pada mereka bertiga dan segera membantu Ray untuk menopang badan Chelsea yang terlihat lemas.  Ketiga gadis tersebut hanya menuruti perkataan Alvin dan mengikuti arah mereka. Gadis itu masih melihat Chelsea dengan muka marah. Seperti sedang berkata bahwa ia akan membalas nya lagi.
-Quotesshivers-
“Alvin sama Ray lama banget sih dari toiletnya” Gerutu Ify sambil kembali menyeruput Es jeruk yang ada dihadapannya itu
“Mungkin mereka lagi setor kali Fy” Cakka membalas ucapan Ify dengan cengengesan dan dibalas oleh pelototan Ify.
“Bercanda” Ucap cakka kembali
Shilla hanya melihat perbincangan mereka. Ia tak tahu apa yang harus ia katakana untuk memulai mengobrol dengan mereka. Seandainya Ify tidak memohon pada Shilla agar Shilla ikut menemani Ify di kantin pastinya Shilla lebih baik untuk berada diperpustakaan daripada harus menghabiskan waktunya di kantin.
“Ngomong donk Shill” Ucap Ify pada Shilla yang daritadi terlihat diam. Shilla hanya menatap ify dengan tersenyum. Seolah ia mengatakan pada ify apa yang harus ia obrolkan.
“Shill, elo kan pinter kapan kapan ajari gue yah?” Cakkapun berusaha untuk berbicara pada Shilla kembali
“Ajari apa?” Tanya Shilla
“Ajari aku tuk bisa…” Ucapan Cakka terpotong karena Ify yang berdehem sangat keras membuatnya menghentikan ucapannya itu
“Ehem ehem, kayaknya ada yang mau pedekate nih Shill” Ucap Ify sambil menatap Cakka dengan tersenyum
“Apa apaan sih lo Fy, gue kan Cuma mau minta Shilla ngajarin gue, elo kan tau gue nggak terlalu mahir dalam pelajaran” Cakka berusaha membela dirinya namun Ify masih berusaha menggoda Cakka,
“Uda Fy, Gapapa kok” Shilla memberikan jawabannya
“Gapapa gimana Shill?” Tanya Ify
“Iya gapapa kali kali aku bantuin Cakka” Jelas Shilla kemudian diikuti dengan senyuman dari Cakka.
Ify yang melihat hal tersebut hanya menggeleng gelengkan kepalanya kemudian ia melanjutkan kembali melahap makanan yang ada didepannya itu. Cakka masih terlihat memandangi Shilla. Sedangkan Shilla ia terlihat memandang kea rah lain. Shilla sepertinya sedikit sadar cakka memandanginya sehingga ia memilih mengalihkan pandangannya kea rah lain saja.
Gabriel terus memandang gadis yang ada dihadapannya itu. Sudah berapa menit ia melihat sivia terlihat sibuk mengecek ponselnya. Ingin rasanya ia menegur Sivia namun ia mengurungkan niatnya karena ia malah melihat sivia semakin melihat kea rah layar ponselnya dengan terus menerus.
“Vi, elo lagi ngapain sih?” Gabrielpun akhirnya bertanya pada Sivia
“Oh, gak yel, gapapa” Balas Sivia
“Oh”
“Yel temenin gue ke kantin yuk” Ucap Sivia sambil melangkahkan kakinya menuju kantin sekolah
“Baiklah” Jawab Gabriel yang kemudian berjalan disamping Sivia.
-Quotesshivers-

“Darimana aja sih lo Ray, Vin?” Tanya Ify ketika melihat Alvin dan Ray berjalan mengikuti kearah mereka diikuti dengan seorang gadis yang terlihat berdiri bersembunyi dibelakang Ray dan Alvin. Ia terlihat berusaha menutupi diri.
“Sorry ya tadi kita abis nganterin dia keruang BP dia abis dikerjain sama anak anak” Ray mencoba menjawab Ify
“Beneran Vin? Dia siapa?” Ucap Cakka
“Oh iya,dia Chelsea anak kelas 10-2” Jawab Alvin
“Hai Chelsea gue Ify, ini Shilla dan itu Cakka” Ify mencoba memperkenalkan dirinya dan teman temannya
“Oh iya gue aja belom memperkenalkan diri gue, gue Ray itu Alvin” Ucap Ray. Sedangkan Chelsea hanya menatap mereka sekilas kemudian menundukkan kepalanya kembali. Shilla yang melihat sikap Chelsea pun beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Chelsea.
“Udah lo gak usah takut, kita beneran mau berteman sama elo kok” Jelas shilla berusaha menatap Chelsea dan meyakinkan Chelsea. Chelsea memandang muka Shilla kemudian Shilla menatapnya dengan tersenyum. Sedangkan yang lain hanya melihat mereka berdua kemudian mereka pun kembali keruang kelas masing masing bersama dengan Chelsea tentunya. Teman baru mereka. Namun Chelsea masih terlihat diam. Ia tak berkata apapun. Hanya langkahnya saja yang terdengar. Mereka mencoba memahami bahwa Chelsea mungkin sedang berusaha beradaptasi ke mereka.
“Shilla” Teriak Sivia ketika melihat Shilla dan yang lainnya berjalan dikoridor sekolah
“Sivia, elo mau kemana?” Tanya Shilla
“Gue mau ke Kantin, oh iya kenalin ini Gabriel” Jelas Sivia
“Hai semua gue Gabriel panggil aja iyel atau yel yah asal jangan yel yel hehe. salam kenal” Gabriel mencoba memperkenalkan namanya sambil tersenyum
“Oh, iya yel, gue Shilla. Ini temen temen gue. Ini Ify, Ray, Cakka, Alvin dan itu Chelsea” Terang Shilla yang diikuti senyuman perkenalan oleh yang lainnya.
“Hai yel. Salam kenal” Ray mencoba untuk menyapa Gabriel
“Iya Ray” Jawab Gabriel
“ Yaudah Shill, gue sama Gabriel ke kantin dulu yah” Ucap Sivia kemudian berjalan dan terlihat menggandeng tangan Gabriel.Shilla menatap itu dengan heran.
“Mereka pacaran ya Shill?” Tanya Ify yang masih melihat Gabriel dan Sivia berjalan
“Enggak kok” Jawab Sivia
“Tapi gue sering liat mereka berduaan loh” Ray mencoba memberikan sesuatu yang ia tahu
“Oh ya? Elo salah lihat kali Ray” Ucap Shilla
“Yaudah kita mending balik kekelas aja yuk” Cakka mencoba menyela pembicaraan mereka dan mereka pun berjalan kembali menuju kelasnya masing masing.
Shilla masih memikirkan hal tadi. Ia tidak ingin memberikan kesan negative pada Sivia.
“Mereka temenan pasti” Shilla mencoba meyakinkan dirinya. Tiba tiba ia teringat wajah kakaknya tersebut.
“Bagaimana jika mereka sudah berpacaran? Bagaimana dengan ka Rio?” Shilla kembali menanyakan hal itu pada dirinya sendiri. Ia sedikit takut. Ia takut kalo kakaknya akan bertepuk sebelah tangan. Dan yang melakukan itu tidak lain adalah sahabatnya sendiri. Shilla hanya kembali pada lamunannya itu. Dan berharap semuanya akan baik baik saja.
Tunggu Episode 11 yah! J



















No comments:

Post a Comment