“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan”
Ini adalah part 1-10 yang kita rangkum dalam satu postingan! Diperuntukkan bagi mereka
yang kesusahan dalam membacanya secara acak. Happy reading Shivers! :)
1
Disaat orang lain bisa menikmati
kesenangan mereka dengan berbagai aktivitas diluar sana yang membuat perasaan
mereka jauh lebih nyaman, aku hanya bisa melihat mereka dari dalam jendela
kamarku ini. Banyak orang berlalu lalang didepan rumah, bercanda, bergandengan
tangan tentu saja untuk menikmati kesenangan mereka sendiri.
Malam
ini aku hanya bisa melihat serta memandang bintang dari dekat jendela kamar,
rasanya aku ingin sekali pergi mengambil bintang itu tetapi aku berharap bisa
menemukan seseorang yang memang ditakdirkan untuk bersamaku agar aku juga dapat
melihat bintang itu bersama dengan dia bersama sama selamanya.
“Ngelamun mulu, mikirin siapa sih? Gue yah?”
Shilla menoleh ke samar samar arah suara tersebut berasal. Terlihat Rio sedang
berjalan ke arah Shilla dan berdiri disampingnya serta ikut memandang langit
malam itu.
“Apaan sih kak mau tau aja lagian kan ini
urusan gue kak, lagi elo pede banget kak, kurang kerjaan banget gue mikirin elo,
mending gue mikirin kambing yang ada dipasar sana “ Ujarnya dengan ketus
“Hahaha,
iya adekku sayang gue tau kok perasaan elo saat ini, gue kan Cuma mau nanya
aja” Ujar Rio sambil mencubit pipi shilla
“Ih
apaan sih kak jangan asal cubit donk sakit tau, masa shilla nangis sih, aku kan
udah gede kak” Ujar si gadis berambut panjang itu sambil memegangi pipinya yang
merah karena bekas cubitan kakaknya itu.
“Nah
gitu donk kakak kan jadi seneng liat kamu udah gak murung lagi sekarang ayo
kita kedapur, kamu kan dari tadi pagi belom makan ntar sakit loh, kalo sakit
ntar siapa yang tanggung jawab coba? Biaya rumah sakit kan gak murah shill “
Ujar cowok itu sambil memandangi shilla dengan penuh perhatian layaknya seorang
kakak yang khawatir tentang adik satu satunya itu.
“Iya
kakak Rioku sayang kita makan yuk biar kakak seneng deh, hehe” Ucap shilla
dengan ceria sambil menggandeng tangan Rio untuk menuju ke dapur.
Mereka
pun pergi ke dapur untuk menyantap makan malam dengan berbagai obrolan yang
diselingi dengan tawa renyah yang menghiasi kesunyian malam mereka.
Yah
Shilla dan Rio adalah kakak beradik namun mereka bukan kakak adik kandung. Sejak kecil shilla sudah hidup di panti namun
ia tidak betah tinggal disana, baginya hidup dipanti itu seperti narapidana
yang selalu terpenjara hidupnya, tidak bisa merasakan betapa luasnya dunia ini
sehingga ia mencoba beberapa kali kabur dan setelah berkali kali gagal kabur
kini ia berhasil kabur dan akhirnya ia bertemu dengan Rio. Rio yang baru saja
ditinggal pergi oleh Ibunya. Ibunya meninggalkan Rio dengan mengatakan bahwa ia
akan membelikan Rio sebuah mainan yang besar agar Rio dapat bermain seperti
anak anak lainnya. Namun apa yang terjadi berhari hari Rio menunggu ibunya di
Terminal namun ibunya tidak kunjung datang. Dan akhirnya Rio memilih untuk
sadar bahwa ibunya takkan pernah datang lagi untuk menemuinya. Ia berusaha
setegar mungkin menghadapi kerasnya hidup di kota. Ketika itu ia masih seorang
bocah yang sedang terlihat berusaha menghidupi dirinya sendiri. Bekerja siang
dan malam, mengamen, mengemis, mencopet bahkan pernah ia lakukan demi
mendapatkan sesuap nasi. Ia tak pernah memikirkan bagaimana kehidupannya dimasa
mendatang. Entah apa cita citanya ia pun tak tahu. Sampai seseorang datang di
kehidupannya. Seseorang yang memberi ia sedikit harapan untuk lebih berubah
lebih baik lagi.
Malam
itu ia melihat ada gadis kecil yang menangis di depan emperan sebuah toko.
“Hiksss..Hikksss…Shilla
ada dimana ini? Shilla mau pulang.. Hiks,.. “ Tangis si gadis polos itu
“Adek
yang cantik kamu ngapain malam malam sendirian disini? Mama papa kamu dimana?”
Ucap Rio yang masih polos saat itu
“Mama
papa Shilla udah gada, Aku kabur dari panti asuhan sekarang aku gatau ada
dimana Hikksss hiksss..” Ujar shilla sambil menangis
“Oh
yaudah kalo gitu kita sama donk, mama kakak juga ninggalin kakak di situ” Ujar
Rio sambil menunjuk kea rah bangku yang ada di terminal tersebut.
Shilla
memandang Rio dengan seksama. Ia tak tahu harus berkata apalagi. Ia sekarang
merasa bersalah karena membuat orang lain merasa bersedih
“Oh
gitu ya kak, ya udah kakak jangan ikut sedih donk, kan Shilla jadi gak enak”
“
Hahaha kamu lucu deh pede banget sih aku sedih karena hal kaya gini” Ucapnya
dengan nada perlahan
“Ya
udah sekarang kamu tinggal sama kakak aja, ya walaupun rumah kakak tidak
sebesar rumah rumah yang disana” Ucap Rio sambil menunjuk ke sebuah pemukiman
rumah yang cukup bagus rumahnya.
“Mau
kok kak, Aku mau tinggal sama kakak. Tapi kak…”
“Tapi
apa?”
“Shilla
gak punya uang untuk bayar sewa tinggal dirumah kakak, uang shilla tinggal
segini” Ujar shilla sambil menunjukkan uang selembar lima ribuan pada rio dan
bermaksud menyerahkannya pada Rio
“Hahahah
kamu lucu banget deh, siapa juga yang mau minta uang sewa dari kamu. Pokoknya
gratis deh. Biaya makannya juga gratis deh. Asal…” Ucap Rio sambil tertawa
melihat kepolosan Shilla
“Asal
apa kakkk?” Ucap shilla penasaran
“Asal
kamu mau bantu bantu beresin rumah, hehehe” Ucap rio sambil meringis
“Oke
deh kakkk! Makasih ya kakkk! Pokoknya pekerjaan rumah pasti beres deh ntar sama
shilla, kalo bisa sampe rumah kakak kinclong semua deh,hehe” Ucap Shilla sambil
memeluk Rio dengan senang.
Semenjak
kejadian itu Rio sudah menganggap Shilla seperti adiknya sendiri. Begitu juga
dengan Shilla. Rio yang sangat perhatian padanya sehingga Shilla menganggap Rio
sebagai kakaknya sekaligus pengganti orang tuanya. Karena hanya Riolah yang
dimiliki shilla satu satunya sebelum akhirnya ia menemukan seseorang cowok yang
berhasil meluluhkan hatinya, namun ternyata hati tidak sesuai dan tidak
berpihak pada kenyataan yang akan terjadi”
∞QuotesShivers∞
“Kak
kok tumben udah bangun? Biasanya jam segini masih pules tuh kaya kebo, lebih
parah dari kebo malah” Ucap Shilla yang melihat kakaknya Rio sudah terlihat
rapi dengan memakai jas lengkap seperti orang yang ingin melamar kerja.
“Iya
nih Shill, hari ini kakak mau ngelamar pekerjaan, doain kakak yah supaya kakak
diterima trus hidup kita berubah gak kaya gini mulu” Ucap rio sambil
membenarkan dasi yang ia pakai
“Tapi
kan kakak juga kuliah? Terus kuliah kakak gimana?” Ucap Shilla dengan nada
cemas
“Itumah
gampang soal kuliah kakak udah ijin shill, sekarang masalah kamu lebih penting
sekarang kamu kan udah mau masuk SMA jadi pengeluaran kita pasti akan lebih
banyak lagian kasian kamunya daripada nanti berhenti ditengah jalan karena kita
sudah kehabisan biaya gimana? “ Ucap Rio dengan pelan dibagian akhirnya
“Tapi
kan kak Shilla gak mau kalo kakak harus ngorbanin kuliah kakak hanya karena
ini, Shilla gak mau nanti impian kakak terputus hanya karena kakak putus
kuliah, pokoknya shilla gak mau kakak berhenti kuliah” Ujar shilla dengan
setengah emosi, air mata sudah terlihat membendung dan mengalir begitu saja.
Kemudian
mereka diam seketika. Hening. Rio bingung harus menjawab apa. Begitu juga
dengan Shilla yang sepertinya masih kaget dengan keputusan yang hendak diambil
oleh Rio. Ia tidak ingin melihat kakaknya putus kuliah hanya karena dirinya.
∞QuotesShivers∞
“
Itu dia shill, impian kakak itu hanya satu kakak hanya ingin membahagiakan kamu
saja, kakak gak mau kamu sedih shill, kakak hanya ingin melihat kamu tersenyum
tanpa ada beban apapun terlintas dipikiran kamu, soal kuliah pasti kakak akan
melanjutkannya kok, cuman yah untuk sekarang ekonomi kita memang lagi buruk
shill, kakak nggak mau ngeliat kamu juga jadi terbebani oleh semua ini” Ucap
rio sambil mengelus pipi shilla dan mengusap air mata shilla.
“Kakak
hanya ingin melakukan yang terbaik untuk kamu Shill, karena kamu cuman satu
satunya harta benda kakak yang kakak miliki. Kita udah bersama selama 10 tahun.
Kakak udah anggep kamu kaya adek kandung kakak sendiri. Maka dari itu kakak
juga ingin memberikan yang terbaik buat kamu. ” Ucap rio dengan perlahan agar
shilla memahami perkataan Rio dengan baik.
“Biarkan
kali ini kakak yang memilih apa yang terbaik untuk kakak dan kamu saat ini ya?
Kakak cuman pengin hidup kita maju tidak terus menerus seperti ini” Ucap Rio
sambil memandang Shilla untuk melihat apa jawaban dari Shilla.
Namun
Shilla tetap diam, Rio sudah tertunduk lemas. Ia masih bingung harus bagaimana
lagi ia akan meyakinkan adiknya itu.
“Tapi
jangan lama lama ya kak berhenti kuliahnya?” Ujar shilla mengulas senyum di
bibirnya itu sambil menatap mata rio
“Iya
janji deh” Ujar rio sambil tersenyum dan mengacak acak rambut adiknya itu.
“Udah
mandi sana, bau iler lo shill, udah gede kok masih ngences sih, haha” Ujar rio
sambil tertawa lepas.
“Ih
nyebelin deh, enak aja aku dibilang bau iler kakak kali yang gitu” Ujar shilla
membalas perkataan Rio
“
Yeee, enak aja masa seorang Rio yang tampan kaya gini ileran? Mau ditaruh
dimana tuh muka gue? “Ujar Rio sambil bercanda
“Ditaruh
dikolong tempat tidur, weeks” Ujar Shilla sambil menjulurkan lidah kearah Rio
sambil tertawa dan kemudian ia berlari kecil menuju kamar mandi. Rio yang melihat
hal itu hanya bisa menggeleng gelenggkan kepalanya. Tidak terasa gadis yang
bersamanya selama 10 tahun itu kini sudah menjadi gadis yang dewasa cantik.
Laksana seperti bunga desa yang sudah mekar dan membuat banyak orang
meliriknya. Namun ada kegundahan yang terjadi di hati Rio juga saat itu.
2
“Terkadang kamu berpikir seseorang telah berubah tetapi tanpa kita
sadari mungkin kita lah yang membuat orang itu menjadi berubah”
Siang
ini matahari bersinar dengan terangnya. Panasnya membuat orang merasa cepat
lelah, lesu dan tidak bersemangat. Terlihat Rio duduk dipinggiran jalan trotoar
yang biasa digunakan untuk berjalan kaki. Nampaknya ia sudah kelelahan mencari
pekerjaan ke sana kemari namun hasilnya tak ada satupun perusahaan yang mau
menerima lulusan SMA sepertinya untuk bekerja. Lowongan pekerjaan yang sedikit
tidak sesuai dengan para pencari kerja yang semakin lama semakin membludak
apalagi ia harus bersaing dengan sekian ratus ribu orang di ibu kota untuk
mendapatkan suatu pekerjaan.
“Mang,
es botolnya 1 yah “ Ujar Rio pada seorang pedagang asongan yang tengah mangkal
dipinggiran jalan itu
“Ini
Mas” Ujar penjual itu sambil menyerahkan botol minuman yang telah dipesan oleh
rio
“Makasih
mang, berapa nih?
“5ribu
mas”
“Nih”
ucap rio sambil memberi uang satu lembar lima ribuan kepada si pedagang itu
“Makasih
Mas” Ucap pedagang itu dan kemudian bergegas pergi untuk menjajakan lagi
dagangannya ke seberang jalan.
Rio
masih duduk lemas, ia tak tahu lagi harus kemana. Mencari pekerjaan itu tidak
semudah seperti yang ia pikirkan kebelumnya.
“Ah
sial sekarang gue harus kemana nih, mana panas banget lagi siang ini” ucap Rio
menggerutu sendiri. Tiba tiba disaat ia sedang memandang ke sekeliling jalan ia
melihat ada seorang gadis yang tengah berteriak minta tolong. Rio yang melihat
itu memandang ke sekitar jalanan, nampaknya jalanan ini sedang sepi kemudian Rio pun berlari untuk menolong gadis
itu.
∞QuotesShivers∞
“Hah?
Gue gak salah ngitung kan? Kok banyak banget sih biayanya? Ah gak jadi kesini
deh liat yang lain aja yuk shill” Ujar sivia saat membaca brosur sebuah iklan
sekolah.
“Tapi
ini kan keren vi, aku pengin sekolah disini. Kapan lagi coba kita sekolah di
tempat yang kaya gini? Mumpung kita berdua dapet beasiswa vi” Ujar shilla
sambil terus memandangi brosur itu
“Ya
tapi kan ini sekolah elit shill, gue takut kalo nanti kita cuman jadi bahan
ejekan aja disitu. Gue nggak mau kalo masa masa sekolah gue penuh dengan bully
anak anak orang kaya” Ujar sivia ketus
“Ya
tapi kan setidaknya kita coba dulu vi, jangan negative dulu deh, kan kita punya
beasiswa ya itu kan bisa jadi salah satu keunggulan kita kan? “ Ujar shilla
sambil memegang tangan sivia untuk menyakinkan sivia. Nampaknya sivia tidak
terlalu suka dengan usul shilla baginya itu memang tidak terlalu berat toh
kondisi keluarga sivia berbeda dengan shilla, tapi ia tak mau kalo Shilla
sahabatnya itu akan menjadi sasaran bullying anak anak elit itu.
“Vi..
jawab donk jangan cuman ngelamun aja vi,.. viaaaa” Ucap shilla sambil
menggoyang goyanggkan badan sivia
“Hmm..
gimana ya shill, “
“Viaaaa…”
“Ya
gue sih gak masalah tapi….”
“Horeeeee!
Sivia baik deh muaaahhh” Ujar shilla sambil bersorak gembira
“Shill,
dengerin gue dulu” Ucap sivia keras saat shilla tengah bergembira
“Apa
vi? “ Ucap shilla sambil menatap mata sivia
“Elo
udah ngomong ke Kak Rio soal ini? “ Ucap sivia dengan pelan
“
Belom, tapi gue yakin pasti kak Rio akan ngijinin gue secara gue kan adik
kesayangannya pasti dia mau nurutin gue deh” Ucap Shilla sambil tertawa ringan
“Gitu
ya? “ Ucap sivia tidak yakin bahwa Rio akan mengijinkan Shilla bersekolah
disitu.
“Terus
kapan kita mulai mendaftar Vi? “
“Gimana
kalo besok aja? Kan pendaftaran terakhirnya besok? Nih liat” Ucap Sivia sambil
memperlihatkan tanggal terakhir pendaftaran sekolah itu.
“Oke
siap boss” Ucap Shilla dengan sumringah.
Sivia
yang melihat itu hanya bisa diam. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi. Yang
penting untuk saat ini dia bisa melihat shilla tertawa lepas seperti itu. Walau
diapun tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya.
∞QuotesShivers∞
“Heh
kamu siapa? Lepasin cewe itu!”
“Kamu
siapanya nih cewe? Mau jadi pahlawan siang bolong lo? Haha “ Ujar seorang
preman sambil menodongkan sebuah pisau pada Rio sambil tertawa
“Udah
habisin aja dia boss” Ujar preman yang satu lagi yang sedang memegang tangan
gadis itu sambil mengikat tangan gadis itu dengan tali dan menyumpal mulutnya
dengan sapu tangan.
“Gue
cuman mau nolongin nih cewe “
“Hahaha
sok pahlawan lo, berasa hebat lo? “
“Sini
lo maju kalo berani” Ujar rio
“Berani
coba coba lo lawan kita yah, rasakan ini”
Sebuah
pukulan mendarat di perut Rio. Tapi Rio nampaknya tidak lengah ia terus melawan
para preman itu. Selang beberapa waktu nampaknya para preman itu sudah
kewalahan dan mereka sudah babak belur dibuat rio.
“Ampun
boss ampun” Ujar preman itu sambil berlutut di depan rio
“Sekarang
kalian berdua pergi dari sini atau nggak gue laporin kalian ke polisi” Ujar Rio
sambil memegang kerah baju salah satu preman itu
“Iya
boss kita pergi “ Ujar preman itu sambil berlari kabur dan diikuti oleh preman
yang satu
Setelah
melihat kedua preman itu pergi Rio kemudian berjalan menuju gadis yang telah
disekap oleh preman tersebut. Ia kemudian melepaskan sumpelan beserta ikatan
tali yang digunakan untuk mengikat tangan dan membekap mulut gadis itu.
“Makasih
ya elo mau nolongin gue, kalo gada elo gue gak bakal tahu bakal kaya apa nanti
gue” Ujar gadis itu sambil melihat Rio yang sedang melepaskan ikatan tali
tersebut
“Gue
tadi cuman liat elo aja kok teriak minta tolong “ Ujar Rio sambil memandang gadis
itu.
“Makanya
gak usah memakai baju yang minim di daerah kaya gini. Bahaya buat loe. Lagian
ngapain juga elo sendirian datang kesini” Ujar Rio sambil melihat gadis itu
kembali
Nampaknya
gadis itu kagum akan sosok Rio. Ia terus memandangi Rio sambil tersenyum manis.
Rio yang merasa dirinya sedang menjadi perhatian gadis itu menjadi salah
tingkah. Ia berusaha mengalihkan mukanya dari pandangan gadis itu namun gadis
itu masih tetap menatapnya bahkan kali ini gadis itu sambil memperlihatkan
senyum tipisnya. Tipis tetapi membuat hati menjadi tenang.
“Ngapain
lo senyum senyum? Gue tau kok gue ganteng, jadi gausah segitunya liat gue” Ujar
Rio setelah ia melepaskan ikatan tersebut
“Idih
pede banget sih loe, elo tadi pas lagi berantem keren tau, kapan kapan ajarin
gue ya? Haha bercandaaa “ Ujar gadis itu sembari tertawa
Rio
yang mendengar apa yang diucapkan Rio hanya terdiam. Ia heran melihat sikap
gadis itu.
“Heh
kenapa sekarang elo malah diam? Iyadeh gue ngaku salah, harusnya gue gak
berpakaian minim kaya gini keluar rumah, apalagi ke daerah yang baru gue
datengin ini, tadinya gue cuman mau liat liat daerah ini aja eh gak taunya ada
kejadian kaya tadi. Untung ada elo. Hehe makasih ya” Ujar gadis itu
“Udah
selesai curhatnya Bu? Ya udah sekarang kan elo udah aman, gue cabut dulu” Ujar
Rio sambil meninggalkan gadis itu.
Gadis
itu terus menatap langkah kaki Rio. Ia sangat terpana akan sosok Rio.
Jantungnya terus berdegup kencang. Ia tak tahu perasaan apa yang ia rasakan
saat ini. Kemudian tanpa ia sadari saat Rio sudah semakin menjauh lalu ia
berteriak keras.
“MAKASIH
YA UDAH NOLONGIN GUE! SUATU SAAT GUE AKAN BALAS BUDI KE ELO KOK! OH IYA NAMA LO
SIAPA?” Ujar gadis itu sambil berteriak.
Rio
kemudian berhenti. Ia memalingkan mukanya untuk melihat gadis itu.
“Gue
Rio”
“MAKASIH
YA RIO! POKOKNYA GUE PASTI AKAN BALAS BUDI DEH”
“EH
NAMA GUE…”
Sebelum
gadis itu meneruskan perkataannya Rio membalik badan lagi dan tersenyum kecut
melihat tingkah laku gadis itu.
“Dasar
gadis yang aneh” Ujar Rio sambil berjalan kembali kerumah nampaknya ia sudah
putus asa mencari pekerjaannya. Ditambah lagi tadi ia habis berkelahi dengan
dua preman sekaligus. Yah itu membuat badannya terasa agak sakit. Ia pun
memutuskan untuk kembali lagi kerumah. Mungkin istirahat yang cukup akan
mengembalikan energinya lagi.
∞QuotesShivers∞
“Ify…..”
“Yah”
Ucap gadis itu sembari menoleh ke belakang yang ternyata bernama ify
“Gue
udah nyariin elo dari tadi tau nggak, elo darimana sih? Kalo mau pergi ngomong
dulu napa” Ujar seorang cowok dengan nada jutek berlari kecil menghampiri ify.
“Iya
Cakka maaf ya udah bikin kamu jadi khawatir begini, makasih ya kamu memang
sahabat aku yang terbaik deh “ Ucap ify pada Cakka cowok yang sudah menjadi
sahabatnya sejak kecil
“Iya
lagian ngapain sih elo ada ditempat kaya gini? Kaya gada tempat lain ajadeh”
Ujar Alvin yang tiba tiba datang dari belakang
“Elo
juga nyariin gue vin? Ah kalian baik banget sih, aku jadi tambah sayang sama
kalian, ceritanya sambil jalan aja yuk hehe” Ucap ify tertawa sambil merangkul
tangan kanan cakka dan tangan kiri Alvin sehingga terlihat ia sedang mengapit
tangan lelaki itu sambil berjalan. Alvin dan cakka hanya diam mengikuti ify
mereka yang tadinya khawatir akan keberadaan ify sekarang bisa lega karena ify
akhirnya ditemukan walau mereka harus mengubek ngubek internet untuk melacak
keberadaan ify serta mencari lokasinya.
“Cakka
Alvin orang gue cuman pengen liat liat aja kok, kan bosen liat pemandangan yg
itu itu aja, lagian disini seru kok kka vin, kayaknya asyik deh” Ucap Ify
“Asyik
darimana? Ya udahlah sekarang kita balik deh nyokap lo udah nungguin loe dari
tadi tau gak” Ujar Cakka
“
Iya ya besok kita jadi daftar sekolah kan?” Ujar ify pada cakka dan alvin
“Iya
ify tenang aja soal itu mah gampang kan disini ada anak kesayangannya ketua
yayasan, hehe” Ujar cakka sambil melirik Alvin. Merasa diperhatikan Alvin pun
langsung berjalan sendiri menuju sebuah mobil yang tengah parkir di seberang
jalan. Cakka dan Ify hanya bisa saling berta
“Fy,
tadi loe ngapain sih?” Ucap cakka sambil
berjalan
“Nanti
aja deh di mobil gue certain, pokoknya tadi itu seru deh” Ujar Ify sambil
tersenyum jika mengingat kejadian yang terjadi tadi.
Sedangkan
Alvin ia masih tetap cuek berjalan
menuju mobilnya. Disepanjang perjalanan pulang Ify menceritakan kejadian yang
tadi dialaminya. Dan soal sesosok Rio cowok yang menolongnya itu. Ketika
menceritakan sosok Rio muka ify selalu memerah. Ify tidak tahu gejolak apa yang
sedang ia rasakan saat ini. Ia hanya ingin bertemu dengan sosok Rio itu suatu
saat nanti dengan kejadian yang berbeda tentunya. Cakka dan Alvin hanya
tersenyum melihat perubahan yang terjadi pada Ify.
“Dasar
lagi puber” Ujar cakka pada ify di dalam mobil
“Apaan
sih biarin, weeks” Ujar ify sambil melempar bantal mobil kepada cakka. Dan
terjadilah insiden lempar melempar bantal yang membuat rebut di dalam mobil.
“Udah
udah kalo kalian kaya gitu terus entar gue gak konsen nyetirnya” Ucap Alvin pada mereka
Kemudian
mereka terdiam disepanjang perjalanan. Hanya perbincangan kecil yang mereka
lakukan sampai mereka tiba dirumah ify.
3
“Terkadang apa yang kita harapkan tidak
sesuai dengan kenyataan, tetapi apabila kita mau berusaha maka yakinlah suatu
saat ada jalan lain yang lebih baik lagi”
“Enggak, Enggak boleh”
“Tapi
kan kak Shilla pengen disitu”
“Kakak
bilang enggak yah enggak kamu denger omongan kakak gak sih”
“Kak,
kakak harus dengerin shilla kali ini, ini kan salah satu sekolah favorit
shilla, kak boleh ya”
“Enggak
kakak gak bakal setuju dengan usul kamu kali ini”
“Kak..”
“Cukup
Shilla kamu mau kamu menjadi bahan ejekan lagi seperti SMP? Kamu mau mereka
selalu mengejek kamu gitu? Kamu suka terus terusan dihina gini” Ujar rio dengan
perasaan marah dan emosi
“Enggak
kak, tapi kalo gak kaya gini shilla gak akan bisa ngeliat kakak senang. Shilla
ingin kakak bangga sama shilla karena shilla masuk ke sekolah itu dengan
beasiswa kak” Ujar Shilla
“Tapi
kan bukan sekolah seperti itu, masih banyak sekolah lainnya Shill” Ujar Rio
“Tapi
shilla penginnya yang ini kak “ Ujar Shilla meninggalkan Rio dan berlari menuju
kamar. Rio hanya bisa terdiam melihat Shilla berlari menuju kamarnya. Rio
merasa bersalah namun ia tetap tidak menyetujui adekknya itu untuk bersekolah
disitu.
Tok
tok tok…
Suara
ketukan pintu terdengar dari luar, Rio yang mendengarnya segera membukakan
pintu tersebut.
“Permisi
kak “
“Elo?
Mo ngapain lo kesini? “
∞QuotesShivers∞
“Maaa,
ify udah pulang nih” Ucap ify sambil berteriak kesegala penjuru ruangan untuk
memanggil mamanya itu
“
Ify sayang , akhirnya kamu pulang, dari mana saja kamu nak, mama khawatir sama kamu” Ucap Mama ify sambil memeluk anak kesayangannya itu
Ify sayang , akhirnya kamu pulang, dari mana saja kamu nak, mama khawatir sama kamu” Ucap Mama ify sambil memeluk anak kesayangannya itu
“Iya
ma, ify janji deh gak akan bikin mama khawatir lagi” Jawab ify sambil menatap
mamanya dengan tersenyum
“Iya
tante, ify tadi berkeliaran ke daerah pinggiran kota itu loh, iya kan vin?”
kata cakka kemudian dilanjutkan oleh anggukan dari Alvin yang langsung duduk di
sofa yang terdapat diruang tengah itu.
“Enggak
kok maa, tadi ify Cuma jalan jalan aja kok” Ujar ify membela diri
Mama
ify yang mendengar ucapan cakka itu hanya tersenyum. Yah ify memang begitu
anaknya ia suka dengan hal hal baru.
Jadi mama ify tidak terlalu terkejut lagi mendengar ucapan cakka
barusan.
“Ya
udah sekarang kamu makan yah mama mau nyiapin makan malam dulu buat kalian,
pasti kalian udah lapar kan dari tadi?” Ucap Mama Ify sambil tersenyum pada
Ify,Cakka, dan Alvin tentunya
“Iya
ma, makasih ya ma” Ucap ify sambil memeluk erat mamanya itu sekali lagi
Kemudian
mereka melanjutkan untuk menonton dvd untuk hiburan supaya mereka tidak bosen
sambil menunggu mama ify selesai menyiapkan makan malam.
“Ifyyy!!!!!!!!!!!!
Akhirnya loe balik! Gue gak ketemu sama lo seharian udah kaya 1 tahun tahu gak
sih” Ujar seorang cowok yang berambut gondrong yang tiba tiba dating entah
darimana sambil memeluk ify
“Ih
Ray apaan sih lo” Ujar ify jutek sambil berusaha melepaskan pelukannya dari
Ray, cowo tersebut
“Iyanih,
anak orang itu main samber aja, Hahaa” Ujar cakka setelah melihat ify jutek
karena tingkah laku Ray padanya.
“Lo
dari mana ajasih? Jam segini lo baru
dateng” Kata Alvin menyela pembicaraan mereka
“Iya
sorry broooh, tadi gue ada acara sebentar jadi engga bisa ikut nyari ify, tapi
syukurlah ify gak kenapa napa, iya kan fy? Ada yang luka ga? Atau ada yang
lecet? “ Ujar Ray sambil mengamati ify dengan seksama dan melihat tangan ify
apakah ada bagian yang luka.
“Apaan
sih, gue baik baik aja, udah ya gue capek gue mau mandi dulu” Ujar ify jutek
sambil melepaskan Ray kemudian ia meninggalkan mereka semua yang sedang berada
diruang tengah.
“Kenapa
sih tuh ify? Perasaan gue Cuma Tanya doank deh” Ujar Ray yang heran sendiri
melihat perilaku ify barusan
“Elo
sih, kesel kali dia gara gara elo asal main peluk aja ke dia” Jawab cakka
“Ya
udah deh gue mau minta maaf besok” Ujar Ray pelan.
Alvin
yang melihat itu hanya diam. Ia tahu bagaimana perasaan Ray kepada Ify. Ray
sudah pernah menceritakannya pada Alvin. Sehingga Alvin mengerti kenapa Ray
berbuat begitu pada Ify. Namun sikap Ray yang menurut Ify itu terlalu
berlebihan.Mungkin inilah yang membuat Ify menjadi kesal padanya.
∞QuotesShivers∞
Sudah
1 jam Sivia duduk menunggu di sebuah kursi kayu sederhana di sebuah rumah yang
sederhana yah sangat sederhana. Siang sudah berganti malam, Sivia memandangi
sebuah foto yang dipajang di tembok yang terlihat sudah kusam itu. Catnya sudah
pudar sehingga menjadikannya terlihat kusam. Tak terurus.
“Shilla
masih gak mau keluar kamar, kayaknya ia masih ngambek dengan kejadian tadi”
Ujar Rio yang datang dari belakang yang membuat sivia agak terlihat kaget.
“Kalo
elo mau ketemu dia mending besok aja, sekarang situasinya lagi gak enak” Ujar
Rio kembali
“Ya
udah, gue Cuma mau ngasih ini aja kok kak” Ujar sivia sambil mengeluarkan
selembar formulir dan menyerahkannya pada Rio
“Buat
apa ini?”
“Lihat
dulu kak”
Rio
kemudian melihat formulir itu dan membacanya. Matanya seketika membulat.
Emosinya mulai terpancing lagi dan segera meremas kertas itu menjadi sebuah
gulungan kertas kecil. Dan melemparkannya ke lantai yang masih belum berkeramik
itu.
“Kakk,
kenapa dibuang? Itukan buat shilla kakkk” Ujar sivia sambil mencoba memungut
gulungan itu
“Loe
mau ya bikin shilla malu? Elo mau supaya keluarga kita terus dihina gitu?” Ujar
Rio dengan emosi
“Kak,
bukannya gitu. Aku Cuma..”
“Stop..
cukup mendingan sekarang elo keluar deh” Rio menyeret tangan sivia dengan paksa
yang membuat sivia tidak bisa memberontak
“Kak
dengerin via dulu”
“Udah
gue gak mau dengerin lo, sekarang mendingan elo pergi deh. Gue tahu kita emang
gak sebanding sama elo tapi gue gak mau adik gue jadi kaya gini semenjak
berteman sama elo” Ujar Rio
“Maksud
kakak apaan sih, gue kagak ngerti deh” Sivia kembali memandang Rio yang sedang
dikelilingin perasaan emosi
“Udahlah
gue gak mau ngebahas itu sekarang elo pergi kalo enggak…”
“Kalo
engga kenapa kak? “ Ujar Shilla yang tiba tiba dateng memotong perkataan Rio.
Karena
ia mendengar keributan yang terjadi dirumahnya ia langsung bergegas keluar
kamar. Rio yang melihat itu hanya terdiam. Ia tahu jika ia menjawab maka shilla
akan terus diam padanya dan tidak mau berbicara padanya.
“Vi,
elo ngapain kesini? “ Ujar Shilla melihat sivia didepan pintu rumahnya
“Ini
vi, gue cuman mau ngasih loe formulir ini, tadi bokap gue ngasih 2 formulir ini
ke gue. Dan ini buat elo satu. Tapi kakak elo malah bikin formulir ini jadi
kaya gini” Ujar sivia sambil menyerahkan formulir yang sudah tidak karuan
bentuknya.
“Apa
apaan sih lo kak, ini kan formulir buat daftar sekolah shilla kenapa lo jadi
bikin gini”
“Ya
gue kan udah bilang gue gak mau elo disitu”
“Kak,
bukannya elo yang bilang yah kalo elo pengen lihat gue bahagia. Dan ini akan
bikin bahagia, jadi kakak jangan egois gini deh” Shilla menyela pembicaraan Rio
dengan marah marah.
Rio
spontan kaget melihat Shilla yang marah marah hanya karena masalah ini. Rio
diam. Ia bingung harus bagaimana. Ia memang ingin melihat shilla bahagia. Tapi
Rio sekarang bingung. Ia hanya memandang kearah shilla kemudian ia langsung
pergi keluar. Ia tak mau mencoba berbicara pada adiknya itu.Situasi sekarang
memang sudah tidak bersahabat. Mungkin udara malam hari cocok untuknya. Untuk
memberikan sedikit ketenangan pada pikirannya saat ini.
“Shill,
elo gak seharusnya ngomong gitu ke kak Rio” Ujar sivia menenangkan Shilla
“Tapi
Vi..”
“Udah
sekarang loe istirahat aja. Loe tenangin diri lo. Mungkin lo butuh istirahat”
Ujar sivia
“Tapi
besok kita jadi kan daftar bareng?” Shilla bertanya sambil memandangi muka
sivia yang terlihat bingung untuk menjawab pertanyaannya. Sivia hanya tersenyum
melihat shilla. Kemudian ia berpamitan untuk pulang.
4
“Perasaan ini
akan selalu buat elo, elo yang special dihati gue”
Gelisah, marah dan perasaan aneh lainnya
mengelilingi Rio. Ia tak tahu lagi harus berbuat apalagi. Ia pergi ke taman dan
mencari bangku kosong itu berpikir. Yah kepalanya terasa pusing atas kejadian
yang ia alami hari ini. Belum lagi ia terlihat sangat menyesal atas
perkataannya tadi. Ia tak tahu lagi apa yang akan dikatakannya saat kembali ke
rumah, saat melihat muka shilla dan sebagaianya. Ia duduk termenung seorang
diri.
“ Gue tahu ini emang egois tapi gue gak mau
elo jadi bahan hinaan shill” Ujar Rio seolah berbicara pada bayangan shilla
∞QuotesShivers∞
-5 tahun
lalu-
Siang itu
saat sedang istirahat sekolah seorang gadis manis terlihat baru keluar dari
ruang guru. Mukanya terlihat tertekuk, lemas dan tidak bersemangat.
“Liat tuh si
anak miskin abis dimarahin pasti itu”
“Heh anak
miskin ngapain sih elo masih sekolah harusnya elo itu gak usah sekolah”
“ sekolah kan
emang gak cocok bagi orang miskin kaya elo”
“Harusnya kan
elo cari duit sana”
“Liat tuh
kakak adek yang miskin”
“Sekolah
kagak mau nampung anak miskin kaya kalian”
“Harusnya
kalian berdua dikeluarkan dari sini, bayar spp aja selalu nunggak”
“Hahaha anak
miskin..”
“Anak
miskin..”
Begitulah
yang terdengar setiap kali istirahat. Mereka yang melihat Shilla ataupun Rio
selalu mengatakan hal itu. Diluar sekolah pun ketika mereka berjumpa mereka
seolah tidak mengenal Rio dan Shilla. Mereka selalu menganggap Rio dan Shilla
adalah sampah. Yang tidak pantas untuk diterima bersekolah disekolah yang cukup
lumayan favorite itu.
“Udah cukup
kalian menghina kita! Sekarang kalian pergi dari sini” Ujar Rio sambil
membentak murid murid yang sedang menghina Shilla itu. Shilla yang melihat itu
hanya tersenyum melihatnya.
“Ngapain sih
kak kaya gitu aja diladenin mending sekarang kita pulang deh” Ujar Shilla
sambil merangkul tangan Rio
“Pulang?”
“Iya kak,
lihat ini…” Ujar Shilla sambil menyerahkan sepucuk surat yang baru ia dapatkan
dari ruang guru itu.
“Shill, gue
akan coba ngomong ke guru lagi” Ucap Rio sambil bergegas menuju kantor guru
itu.
“Udah ah kak
ga usah, mending sekarang kita pulang shilla capek kak, shilla pengin istirahat
dirumah” Ujar shilla setengah memohon
“Baiklah”
Kemudian
mereka pulang kerumah. Semenjak itu mereka tidak pernah lagi kembali ke sekolah
itu. Yah mereka dikeluarkan. Tidak sanggup membayar biaya sekolah. Uang
tabungan Rio sudah tidak cukup untuk melanjutkan sekolah ditempat elite seperti
itu. Mereka kemudian pindah ke sebuah
sekolah yang cukup sederhana. Dari sekolah baru itulah mereka bertemu sivia.
Anak dari kepala sekolah baru mereka yang ternyata dulu bersekolah di sekolah
elite tempat mereka dulu sekolah. Ia keluar juga karena ia tak tahan melihat
perlakuan anak anak yang sering membully ia. Bukan karena sivia miskin tapi
karena sesuatu hal.
∞QuotesShivers∞
“Biar bagaimanapun juga Shilla itu adik lo
dan elo itu kakanya, kalian jangan bertengkar karena hal ini donk” Tiba tiba
terdengar suara lembut seorang gadis
“Nih gue bawa roti sama minuman botol, gue
tahu kok elo pasti belom makan kan? Elo seharian mencari pekerjaan kan?” Ujar
gadis itu kembali dengan tersenyum simpul.
Rio hanya memandanginya. Dan menerima Roti
yang diberikan gadis itu. Sebenernya dia enggan menerimanya tapi perutnya sudah
tidak bisa diajak berkompromi kembali. Ia langsung memakan roti itu dengan
lahap. Sedangkan gadis itu hanya bisa tersenyum melihat tingkah cowok yang
disukainya dari dulu itu.
“Thanks vi, berkat roti ini gue kenyang” Ujar
Rio
“Iya sama sama” Ujar sivia sambil
membersihkan sisa roti yang menempel didekat bibir rio. Kemudian Rio mengelak
tangan sivia.
“Kenapa lo kesini?” Tanya Rio pada sivia
“Gue tahu elo kesini makanya gue juga kesini”
Sivia kembali lagi tersenyum pada Rio. Dan kali ini Rio pun merasa luluh dengan
senyuman manis sivia itu.
“Gimana dengan Shilla? “ tanya Rio langsung
“Yah Shilla tetap ngotot pengen masuk disitu,
besok kita akan mendaftar bersama, gue harap kali ini lo biarkan shilla memilih
pilihannya” Ujar sivia sambil melihat kebawah
“Gue tahu mungkin elo gak suka, tapi elo tahu
shilla itu gadis yang tegar ia pasti bisa melewati semua ini,gue yakin kok dia
pasti bisa. Plis. Rio .”
“Mungkin gue bukanlah seorang figure kakak
yang baik. Gue masih belom bisa membahagiakan shilla. Atau mungkin gue… telah
gagal menjadi seorang kakak” Ucap Rio dengan terpatah patah
“Enggak, Lo itu kakak yang luar biasa.
Mungkin jika gue yang menjadi shilla gue akan sangat bangga punya kakak kaya
elo”
“Sayangnya elo bukan Shilla, dan gak ada yang
bisa seperti Shilla, Shilla itu hanya satu. Shilla adik gue”
Sivia diam Rio juga ikut terdiam. Ia
memandang langit. Kala itu langit sedang dihiasi oleh bintang. Banyak bintang
yang bertaburan di langit. Namun hanya ada satu bintang yang menjadi perhatian
Rio saat itu.
“Bintang yang bersinar itu ibarat Shilla, ia
sudah memberikan sinar di hidup gue dan gue gak mau ngerusak sinarnya. Gue akan
tetap berusaha mempertahankan sinarnya apapun caranya” Ujar Rio sambil melihat
bintang itu.
“Dan jika gue diibaratkan sebagai teman
bintang itu, gue juga gak pengin ngelihat terang di bintang itu pudar karena ia
tertutup oleh sinar bintang yang lain yang menghalanginya untuk bersinar” Sivia
mengatakan hal itu sambil memandang bintang itu juga.
Rio memandang Sivia. Rio tersadar selama ini
ia sering menyakiti hati sivia namun sivia terus menemaninya. Bahkan selalu ada
disamping Rio dan selalu menyemangati Rio sama seperti Shilla. Namun rasa
sayang sivia ke rio itu berbeda sangatlah berbeda dengan shilla. Sayangnya Rio
masih belum peka akan hal itu. Hal itulah yang membuat sivia selalu merasa
canggung saat berhadapan dengan Rio.
“Elo mau janji kan bakal jagain adik gue
juga” Ucapan Rio membuat Sivia terkejut. Namun Sivia tersenyum dan mengangguk.
Kemudian ia bersender di pundak Rio. Sedangkan Rio masih terus memandang
bintang itu. Sepertinya ia tak sadar jika sivia menyandarkan kepalanya ke
pundaknya.
“Rio, aku… “
“Apa vi?”
“Aku…”
“Aku apa?”
“Aku…”
“Vi, udah dulu yah gue mau balik kerumah.
Udah jam segini lagian kan gak enak elo sama gue berduaan ditempat sepi kaya
gini entar kita dikira macem macem lagi, lagian gue pengen ngomong soal ini ke
Shilla, makasih ya atas saran loe tadi” Ucap Rio sembari berdiri dari kursi
yang membuat sivia kaget. Kemudian ia meninggalkan sivia yang belom selesai
meneruskan perkataannya tadi.
Sivia terus melihat punggung Rio dari
kejauhan.Perlahan lahan punggung itu sudah tak terlihat. Air mata terlihat
mengalir begitu saja dari bola mata sivia. Sivia pun termenung sendiri dibangku
taman masih dengan diliputi perasaan sedih.
“Mungkin sekarang bukan saatnya gue
menyatakan hal ini, namun gue akan tetap menyimpan perasaan ini hanya buat elo
seorang yo..”
5
Malam
berlalu begitu cepatnya sekarang pagi hari datang kembali. Matahari kembali
menampakkan sinarnya. Kemarin telah berlalu kini hari baru ia harus hadapi
kembali.
“Vi,
yakin lo ini sekolahnya?” Ujar shilla sambil terus menatap gedung megah yang
ada didepannya itu
“Iya
Shil”
Setelah
mereka melakukan administrasi pembayaran pertama mereka segera melihat lihat ke
sekeliling sekolah. Luas sekolah itu emang tak terbatas. Mereka cukup beruntung
untuk berada disini.
Tin
… tinn
Terdengar
suara klakson mobil yang ternyata berada didepan Sivia. Shilla kaget
mendengarnya dan seketika ia melihat Sivia telah terjatuh tersungkur ke
belakang.
“Heh
kalo mau jalan liat liat donk, lo kagak punya mata ya” Ucap seseorang yang
keluar dari dalam mobil
“Sory
gue gak sengaja” Ujar Sivia sambil mencoba berdiri dibantu oleh Shilla
“Sory
sory mobil gue jadi lecet tuh” Ujar si pemilik mobil itu
“Iya
maaf yah, gue ngaku gue salah” Ujar sivia sambil mencoba mengulurkan tangannya
untuk minta maaf
“Apaa?
Maaf enak aja lo minta maaf setelah lo ngusakin barang orang” Ujar si pemilik
mobil itu dengan membentak sivia dengan keras
“Eh
elo lo ga usah ngebentak gitu juga kali. Jelas jelas dia udah minta maaf”
Shilla kemudian berbicara karena tidak terima sahabatnya diperlakukan begitu
saja
“Elo
siapa sih? Gue gada urusan sama elo kenapa jadi lo yang sewot?”
“Ya
urusan dia berarti urusan gue. Dia temen gue itu juga berarti gue berhak
ngebela temen gue dari cowo kaya lu” Ucap shilla dengan kasar
“Lo
tuh ya sama aja kaya dia” Ujar si pemilik mobil itu sambil melihat shilla
dengan tatapan sinis
∞QuotesShivers∞
“Akhirnya
kita selesai mendaftar! Kita sekarang jadi anak SMA donk cakk? haha” Ify
tersenyum senang melihat kertas yang menyatakan bahwa ia diterima disekolah
itu. Sedangkan cakka yang bersama ify hanya focus mendengar beberapa anak yang
bercerita ada keributan di halaman depan. Segera ia menyeret ify untuk ke
halaman depan
“kkka,
kita mo kemana sih, kenapa lo nyeret nyeret gue begini, gue bisa jalan sendiri
kok” Ujar ify sambil mencoba melepaskan genggaman tangan cakka
“Udah
lo diem dulu fy, ikut aja sama gue”
Ify pun langsung mengangguk dan menuruti
perkataan cakka
“Ada apa sih Ray?” Ucap cakka yang datang
bersama ify ke halaman depan sekolah
“Itu
tuh liat” Ray kemudian menunjuk kea rah dua cewek yang sedang berhadapan dengan
seorang cowok
“Gue
mau kesana” Ujar Ify yang langsung berlari ke arah yang ditunjuk oleh ify
“Fy
lo mo ngapain kesitu”
“Lo
mau berdiem diri terus disini Ray kka? Liat mereka lagi berantem gitu. Kita
kesana ngelerai kek apakek, jangan cuman diem terus disini donk” Ify pun
berlari kesitu dan diikuti oleh cakka dan Ray
“Vin
ada apa ini? Mereka kenapa? “ Ucap ify pada si pemilik mobil tadi itu
“Liat
nih gara gara nih cewe mobil gue jadi lecet gini” Ujar si pemilik mobil
tersebut
“Yee,
elonya gitu aja dibilang lecet, culun banget lo, itumah bukan lecet, emang
mobil lo yang jelek kaya gitu kali” Ujar Shilla dengan ceplos
“Apa
elo bilang mobil gue jelek? Lo gak liat ini keluaran terbaru! Ini aja terbatas
di Indonesia. Emang lo punya gitu? Mana mungkin” Ujar si pemilik mobil itu
dengan nada menghina
“Eh
songong banget lo ya, baru mobil gitu aja belagu loh” Ujar shilla kembali
dengan nada tidak terima dengan perlakuan si pemilik mobil barusan
Cakka
dan Ray yang baru datang hanya bingung melihat mereka berdua yang sedang
bertengkar sedangkan ify mencoba menenangkan Alvin dan sivia terlihat berusaha
membawa shilla agar pergi dari situ.
“Udahlah
vin, kaya gini aja ga usah sampe segininya. Lagian kan gak lecet lecet amat kok
vin” Ujar ify menengahi pertengkaran itu
“Iya
vin gausah diladenin lah, lagian keliatannya mereka ga sederajat sama elo,
gausah diurusin lah vin” Ujar Ray menyela pembicaraan ify
“Ray
apa apaan sih elo. Kalo ngomong dijaga ya” Ujar Ify marah. Ia tidak suka
mendengar ada orang yang dihina didepan matanya sendiri.
“Sory
fy” Ujar Ray pelan
“Ah
udahlah, gue nggak mau ngeliat mereka lagi. Udah miskin nggak tahu diri lagi”
Ucap Alvin emosi. Shilla yang mendengar ucapan Alvin refleks menampar pipi
Alvin, mereka yang melihat kejadian itu hanya bisa melongo tak percaya dengan
apa yang mereka lihat itu. Sementara Alvin langsung meraba pipinya dan melihat
kea rah mata shilla dengan pandangan tajam.
“Inget
yah biarpun kita miskin gak kaya elo tapi kita punya harga diri. Dan satu hal
lagi kita juga nggak songong dan belagu kaya elo. Inget itu” Ucap Shilla dengan
emosi
Sementara
Alvin hanya merasa jengkel dengan ulah Shilla tersebut. Jengkel karena ia
merasa dipermalukan oleh cewek tadi dihadapan teman temannya. Lantas Ia pun
pergi dari situ kemudian diikuti oleh Cakka.
“Vin,
lo mau kemana?” Tanya cakka sambil mengikuti Alvin
“Gue
males lihat muka mereka gue mau cari udara supaya gak ketemu mereka lagi” Ucap
Alvin sambil memasuki mobilnya. Cakka hanya bisa diam melihat Alvin, ia tak
bisa mengikuti Alvin. Cakka berfikir mungkin saat ini Alvin sedang sangat
emosi. Ia butuh ketenangan dan berpikir dalam kesendirian dulu. Sedangkan ify
dan Ray masih disitu, ify mencoba meminta maaf kepada 2 gadis itu.
“Sory
ya temen gue emang kaya gitu, tapi sebenernya dia baik kok. Mungkin tadi itu
cuman ada salah paham aja dikit” Ujar ify
“Iya
gapapa kok, itu tadi emang gue yang salah” Jawab Sivia dengan senyuman
“Gue
ify ini Ray temen gue” Ujar ify sambil mengulurkan tangan ke mereka sedangkan
Ray hanya tersenyum kecut melihatnya
“Gue
sivia dan ini Shilla” Ujar sivia sambil membalas perkenalannya dengan Ify
diikuti oleh Shilla
“Gue
Shilla” Ucap Shilla dengan nada sedikit ketus
“Oh
iya ngomong ngomong kalian dari sekolah mana sih? Kok gue gak pernah ngelihat
seragam sekolah kalian yah? “ Ujar Ray pada Shilla dan Sivia itu
“
Kita dari SMP Icil kok ya letaknya memang agak jauh dari sini ” Jawab sivia
“Dimana
tuh? Kok gue baru dengar yah? “ Kata ify
“Di
pinggir Jakarta agak jauh dari sini” Ucap sivia sedangkan shilla enggan
berkomentar apa apa karena ia merasa jengkel .
“Oh
pantesan gue gak pernah liat seragam gitu disekitar sini” Ujar ify sambil
melirik kea rah Shilla yang terlihat masih marah dengan perlakuan Alvin tadi.
6
“Hari
ini hari pertama gue maasuk sekolah, semoga hari ini menjadi hari yang
menyenangkan bagi gue! Semangat Shilla”
Begitulah
tulisan yang tertera di diary shilla pagi ini, tidak terasa sekarang ia sudah memakai seragam SMA itu
artinya sekarang dia bukan anak SMP lagi, dia sudah bisa bersikap dewasa tidak
berpikir secara ke kanak kanakan lagi dan sudah bisa memilah mana yang baik dan
mana yang buruk baginya.
Shilla
kemudian menutup buku diary miliknya itu kemudian ia segera sarapan waktu sudah
menunjukan pukul enam lewat empat puluh lima menit. Selang beberapa hari
kemudian setelah ia melakukan pendaftaran dan testing disekolah barunya kini ia
sudah siap untuk memasuki sekolah barunya itu . Jika ia tidak bergegas
berangkat kemungkinan ia akan terlambat di hari pertama masuk sekolahnya.
“Pagi
kak” Ujar Shilla menyapa Rio yang baru selesai mempersiapkan sarapan
“Pagi”
Ujar Rio jutek.
Yah
walaupun beberapa hari lalu masalah mereka sudah selesai namun sepertinya Rio
masih bersikap jutek ke shilla, tapi shilla tidak terlalu begitu menanggapinya.
Baginya wajar saja Rio bersikap seperti itu. Mungkin itu salah satu bentuk rasa
pedulinya terhadap Shilla.
“Kak
gue berangkat dulu yaa”
“Elo
makan dulu sana, percuma donk gue masak tapi elonya kagak makan”
“Yaudah
gue bikin ke bekal aja, ntar di sekolah gue makan deh”
“Gila
aja loe udah SMA masih bawa bekal nggak takut loe diledekin sama temen temen
lo, apalagi disitu temen temenlo serba elit semua”
“Engga
kak, tenang aja deh, percaya sama Shilla” Ucap Shilla sambil memasukkan sarapan
kedalam bekalnya.
“Gue
berangkat dulu ya kak” Ujar shilla sembari mencium tangan Rio
“Hati
hati dijalan yah”
“Byee”
Shilla
kemudian melangkahkan kaki untuk bergegas menuju sekolah. Rio hanya bisa berdoa
yang terbaik buat adiknya itu. Kemudian Rio bersiap siap mandi kemudian pergi
untuk bekerja pada pekerjaan barunya sekarang.
∞QuotesShivers∞
“Elo
di kelas mana vi?” Tanya Shilla kepada Sivia ketika sedang melihat daftar nama
kelas di papan madding sekolah
“10-4
elo shill?”
“Yah
gue di 10-7 berarti kita kagak satu kelas donk” Ujar Shilla sedih
“Yah
jangan sedih gitu donk shill, Kan kita masih tetap satu sekolah, toh kita masih
bareng bareng kan pulang pergi, istirahat dan sebagainya. Iya kan? “
“Iya
sih, hehe ayo kita masuk ke kelas”
“Oke”
Mereka
pun masuk ke kelas mereka masing masing. Dikelas nampaknya beberapa anak sudah
bisa mengakrabkan diri ke beberapa anak lainnya. Yah rata rata mereka berasal
dari beberapa sekolah yang sama dulunya.
“Hey,
elo yang kemaren itu kan?” Sapa seorang gadis yang baru datang kepada Shilla
yang sedang melamun
“Eh
iya, elo itu fify kan? “ Ujar Shilla mencoba mengingat nama gadis itu
“I-FY
woyyyy hahaha” Ujar ify
“Oh
iya Ify, sorry fy, salah” Ujar Shilla
“Gapapa
kok, elo Shilla kan?”
“Iyaa
betul sekali elo ternyata hafal yah sama nama gue, jadi malu gue hehe”
“Haha,
Seneng deh ketemu elo lagi jadi sekarang kita satu kelas donk? “
“Ya
iyalah kita satu kelas masa satu desa” Canda Shilla
“Hahah
elo bisa aja deh shill, temen lo yang waktu itu mana?”
“Beda
kelas fy cuman gue yang disini kagak punya teman” Ujar shilla cemberut
“Yeeh
jangan cemberut donk gue kan juga temen elo, gue boleh duduk disini yah, bangku
yang kosong cuman ini, yayaya? “ Pinta Ify sambil mengedipkan kedua matany.
Shilla hanya tersenyum melihat Ify. Menurut Shilla ify beda dari gadis kaya
lainnya yang ia jumpai ify ramah terhadap semua orang mungkin itulah yang
membuat ify disenangi oleh beberapa kaum lelaki semenjak ia masuk disekolah
ini.
“Apaan
sih lo fy, kalo mo duduk ya duduk aja kali kagak usah kaya gitu, parno gue
liatnya” Ujar Shilla sambil mempersilahkan ify duduk dibangku kosong sebelahnya
itu
“Haha,
iyadeh, thanks Shilla” Ujar ify sambil duduk dan mengambil buku dari tasnya itu
kemudian ada selembar foto terlihat didalam tasnya itu ketika ify sedang
mengeluarkan bukunya. Shilla nampaknya pernah melihat sosok yang ada di foto
itu. Tapi shilla berpura pura tidak peduli dan mencoba kembali mengingatnya.
Kemudian
Bel pun berbunyi. Mereka kemudian memulai pelajaran baru mereka. Disini tidak
ada Mos mereka hanya diberi pengarahan mengenai sekolah saja. Pengarahan
tentang sekolah mereka, peraturan yang wajib mereka taati ketika mereka masih
berstatus sebagai siswa “SMA Idola Bangsa” itu. Nampaknya pihak sekolah tidak
ingin membuat Mos kembali semenjak ada kejadian sekitar beberapa tahun yang
lalu terjadi disekolah ini yang membuat gentar seluruh siswanya sehingga
mengakibatkan beberapa siswa pun mengundurkan diri dari sekolah ini dan pergi
kesekolah lain yang lebih aman. Namun pihak sekolah selalu menyangkal dan tidak
mau menjawab, bahkan berpura pura tidak tahu menahu ketika ditanya kenapa tidak
ada Mos disekolah itu.
∞QuotesShivers∞
Bel
istirahat pun berbunyi. Beberapa anak terlihat mulai meninggalkan kelas
beberapa masih tertinggal didalam kelas.
“Hahaha,
apaan sih lo, hari gini lo masih percaya sama hantu? Aduh Ray percuma aja lo
tuh cakep tapi cakep cakep takut hantu” Ujar Cakka sambil tertawa mendengar
cerita Ray mengenai rumor misterius sekolah yang sedang dibicarakan oleh para
siswa tentang kenapa ditiadakannya Mos akhir akhir tahun ini.
“Aduh
kka, gue kagak boong gue berani sumpah deh, itu katanya beneran” Ujar Ray
dengan wajah amat meyakinkan
“Hahaha
elo tuh ya siang siang bolong gini malah ngomongin gituan, nggak lucu tau” Cakka sembari tertawa keras yang membuat
murid murid lain memperhatikan cakka sekilas
“Elo
kalo tertawa kagak usah segede itu kali kka, udah kuping gue budge dengernya
temen temen kita ntar juga nyangka elo ada kelainan lagi” Ketus Ray
“Iya
iya Sorry, lagian elo dapet rumor gitu darimana sih? “ Tanya cakka penasaran
“Tadi
katanya elo kagak percaya sekarang elo malah penasaran, udah ah males gue
ngomong sama elo” Ujar Ray sambil meninggalkan kelas
“Yey
Ray ditanyain malah pergi, elo mo kemana tunggu gue!” Ujar Cakka mengikuti Ray.
Ray Nampak tidak peduli. Ia masih kesal dengan cakka. Ia memutuskan untuk
keluar sebentar. Mungkin melihat lihat sekitar sekolah.
∞QuotesShivers∞
Bruk..
“Aduh
Sorry gue gak sengaja” Ujar seorang gadis sambil memungut buku yang ia pinjam
dari perpustakaan barusan
“Iya
gapapa, gue yang salah kok, gue minta maaf yah” Ujar seorang lelaki yang tadi
bertabrakan dengan gadis itu.
“Iya,
gue juga minta maaf yah” Ujar gadis itu sambil mengulurkan tangan ke lelaki
itu.
“Iya,
eh elo Sivia kan?” Ujar lelaki itu sambil memperhatikan sivia
“Iya,
loe kok bisa tau gue sih?” Ucap sivia heran
“Iya
iyalah, kita kan sekelas bareng. Tadi kita kan udah perkenalan diri dikelas,
elo lupa ya?” Ujar lelaki itu sambil tersenyum pada sivia
“Wah
iya, sorry gue lupa, hahaha abis muridnya banyak sih susah ngafalin satu satu”
Canda sivia dengan senyumnya yang sumgrihan yang membuat lelaki itu speechless
melihatnya.
“Oh
iya nama elo siapa yah?” Ujar sivia kembali menanyakan nama lelaki itu
“Nama
gue…”
∞QuotesShivers∞
“Alvin!!!”
Teriak Ify dengan keras melihat Alvin sedang memainkan bola basketnya diaula
seorang diri. Alvin yang mendengar namanya dipanggilpun segera menoleh kea rah
panggilan itu berasal
“Elo
kalo mo manggil kagak usah keras keras, bisa bisa kuping gue tuli entar” Ujar
Alvin kemudian sambil memperhatikan Ify dan sosok wanita yang bersama ify
“Iya
soryy vin, gue cuman pengen nyapa elo aja mana yang lain kok gada disini bareng
elo?” Tanya Ify
“Kagak
tau, nyari gebetan kali kayak elo kagak tau mereka berdua aja”
“Ngomong
ngomong ngapain lo bawa bawa tuh cewe” Ujar Alvin sembari memainkan bola
basketnya kembali
“Elo
masih inget dia vin, tumben vin biasanya elo kagak terlalu hafal sama orang
yang baru loe kenal” Tawa ify membuat si gadis yang bersamanya agak risih.
“Gue
pergi dulu ya fy, gue gak enak keberadaan gue agak suram disini” Ujar gadis itu
“Ya
udah san aloe pergi, muka lo aja udah suram” Ujar Alvin yang membuat gadis itu
terlihat geram
“Alvin,apa
apaan sih lo, gue tuh ngajak dia kesini supaya nemenin gue kok, lagian sekarang
dia juga temen sekelas gue” Ujar ify sambil tersenyum
“Bodo
amat deh” Ujar Alvin dengan juteknya.
Sedangkan gadis itu Nampak cemberut. Kemudian ia meninggalkan Alvin dan Ify ditengah
pembicaraan mereka
“Yah
vin, tuh kan dia jadi pergi, elo sih”
Ujar ify
“Kok
gue sih? Gue ngapa ngapain dia juga kagak” Balas Alvin
“Yaudah
gue susul dia aja deh” Ify pergi meninggalkan Alvin. Kemudian Alvin kembali
melanjutkan permainan basketnya sampai istirahat selesai.
∞QuotesShivers∞
Prangg..
“Shilla
udah berapa kali saya bilang kalo kerja hati hati, pecah lagi kan sekarang
jadinya” Teriak seorang pemilik sebuah rumah makan kepada seorang pelayan rumah
makan yang baru saja memecahkan sebuah gelas kaca
“Maaf
Bu, saya tidak sengaja, saya akan membersihkannya” Ujar Gadis itu sambil
mencoba mengambil sapu untuk mencoba membersikhan puing puing pecahan kaca
tersebut.
“Tidak
usah sekarang kamu pergi dari sini, ini udah kesekian kalinya kamu seperti ini,
kamu mau mencoba membuat saya bangkrut apa dengan memecahkan semuanya. Kemarin
piring sekarang gelas, besok apalagi?” Marah si pemilik rumah makan itu yang
kembali membuat beberapa pengunjung memperhatikan mereka.
“
Tapi tapi Bu, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi” Mohon Shilla sambil
menangis kepada si pemilik rumah makan itu
“Janji
janji, halah mending sekarang kamu pergi dari sini, pergi” Teriak si pemilik
rumah makan itu
“Bu,
kalo nanti saya dipecat gimana saya melanjutkan sekolah Bu” Ujar gadis itu
sambil memohon kepada si pemilik rumah makan itu sembari menangis tersedu
“Saya
tidak peduli sekarang lebih baik kamu langkahkan kakimu keluar dari sini atau
tidak saya akan memanggil satpam untuk membawamu keluar” Marah si pemilik rumah
makan itu.
Kemudian
mau tidak mau Shilla melangkahkan kakinya keluar rumah makan tersebut dengan
perasaan sedih yang bergitu sedih. Shilla Nampak begitu sedih sangat sedih
sekarang ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.
Nampak
seseorang tengah memperhatikan Shilla sedari tadi ketika ia dimarahi oleh
majikannya sampai dipecat. Ia tidak focus dengan makanan yang ada didepannya
itu. Ia masih mengingat bagaimana wajah sedih yang terlihat dari wajah gadis
tersebut. Ia merasa iba dengan gadis itu. Ia seperti ikut merasakan kesedihan
gadis itu. Padahal ia hanya baru mengenalnya dan tidak terlalu mengenalnya
dengan dekat.Ingin rasanya ia menolong gadis itu namun ia masih seperti tidak
ingin terlihat seperti peduli dengan gadis itu.
7
Gabriel masih terus memikirkan gadis yang baru saja ia jumpai tadi
di sekolah. Entah apa yang dipikirkan Gabriel saat ini. Tapi ketika ia terus
mengingat wajah si gadis itu, senyum yang terpancar dari bibir si gadis serta
matanya yang membuat jantung Gabriel semakin berdetak dengan cepat. Mungkin
detakan jantung Gabriel bisa mengalahkan jalannya kereta api. Kerasnya irama
bunyinya sangatlah terasa, bahkan dari kejauhan sekalipun. Entah apa yang
membuatnya memiliki suatu rasa terhadap gadis itu. Ia masih terus menerus
tersenyum ketika ia mencoba mengingat kembali pertemuannya dengan si gadis
berlesung pipi itu di koridor sekolah tadi siang.
“Nama gue Gabriel” Jawab pria itu
“Senang berkenalan denganmu gabriel” Ucap sivia sambil menyodorkan
tangannya dengan tersenyum
“Iya vi, gue juga” Balas Gabriel dengan tersenyum dan perasaan
senang. Sehingga membuatnya salah tingkah
“Gue kesana dulu ya yel” Ucap sivia yang sepertinya Gabriel tidak
merespon ucapannya. Gabriel terlihat seperti sedang melamun atau bengong
kelihatannya. Sivia kemudian langsung meninggalkan Gabriel dengan raut wajah
heran. Sedangkan Gabriel ia masih memegang tangannya. Mencoba untuk tidak
melupakan dan merasakan sentuhan tangan si gadis tersebut. Gejolak asmara itu
sepertinya sedang hadir dan terus menghantui Gabriel.
∞QuotesShivers∞
“Pangeran kecil gue lo sekarang dimana sih? Elo tau nggak sih gue
kangen sama lo” Ify seolah sedang berbicara dengan sebuah foto yang sedang ia
pandangi itu.
“Andai lo kagak pergi, pasti sekarang kita masih bareng bareng, gue
juga nggak kesepian kaya gini. Elo kan pernah bilang ke gue kalo gue sendiri
tinggal panggil elo sekarang malah elo yang ninggalin gue sendiri. Trus gue
gimana donk?” Ify masih tetap memandangi
foto yang ada dihadapannya itu. Sosok
pria yang ada di foto itu masih sangat membekas dihatinya. Bahkan bertahun
tahun sudah ia tidak bertemu dengan lelaki tersebut ify masih terus
mengingatnya. Bahkan ify sepertinya tidak bisa melupakannya. Ia kembali
merangkul foto itu kedalam dekapannya. Ia mencoba mengingat masa masa ketika ia
bersama pangeran kecilnya tersebut. Ia lihat kembali foto tersebut. Ada sedikit
kesedihan ketika ify melihatnya kembali. Yah Ify sangat merindukan sosok
pangeran kecilnya yang selalu menghiasi harinya dulu.
“Fy, lagi liatin siapa sih lo” Ucap Cakka yang tiba tiba masuk ke
kamarnya Ify. Ify heran dan kaget tiba tiba cakka datang. Yah semenjak orang
tua Ify dipindahkan tugas mereka semua pindah ke Jakarta. Kota yang asing bagi
Ify. Namun ia beruntung Ia betemu dengan Alvin, Cakka serta Ray yang menjadi sahabat
sekaligus sudah ia anggap seperti keluarga. Mereka juga sering bersama dengan
Ify bahkan mereka sering menghibur satu sama lain. Mungkin inilah yang membuat
salah satu alas an Ify betah tinggal di Jakarta.
“Eh elo kka, gue lagi liat foto pangeran kecil gue nih, yang dulu
pernah gue certain ke kalian” Ucapnya sambil menunjukkan foto tersebut pada
Cakka
“Yaelah elo masih mikirin dia mau sampai kapan Fy, Please Fy lo
udah segede ini masih aja mikirin cinta pertama lo yang gak jelas dimana dia
sekarang itu, dianya aja belom tentu mikirin lo juga”
Ify kemudian memandang cakka, mungkin cakka benar, untuk apa dia
masih memikirkan sosok pangeran kecilnya itu yang entah dimana keberadaannya
sekarang. Entah pangeran kecilnya itu juga sekarang ikut merasakan getaran
rindu pada dirinya atau tidak. Namun apa daya hati tak bisa berbohong. Perasaan
yang susah dimengerti seperti air sungai perasaan ini juga terus mengalir.
∞QuotesShivers∞
Rio melepaskan dahaganya, segelas air putih membuat tenggorokannya
begitu segar kembali. Ia kemudian mencoba mencari makanan didapur namun tak ada
yang ia temukan. Ia pun mencari Shilla, ia bermaksud menyuruh Shilla untuk
memasakkan makanan untuknya karena ia sudah kelelahan sepulang kerja tadi.
Ternyata Shilla berada di halaman belakang rumahnya tidak biasanya Rio melihat
adikknya itu melamun sendirian dibelakang rumah. Seperti ada sesuatu yang
terjadi pada adiknya itu. Tampak raut wajah kesedihan yang terlihat dari wajah
shilla tersebut.
“Shill, lo ngapain disini”
“Eh kak Rio gue… guee..” Jawab Shilla dengan gugup dan tertunduk
seakan tidak mau melihat wajah sang kakak tersebut.
“Elo kenapa” Ucap Rio sambil menegakkan dagu Shilla yang membuat
wajah Shilla menjadi terlihat. Shilla hanya masih terdiam ia tidak tahu harus
bagaimana ia menjelaskan kepada Rio mengenai kejadian di Rumah Makan tadi
siang.
“Elo habis nangis ya? Siapa yang bikin lo nangis kaya gini? Biar
gue yang kasih pelajaran tuh sama mereka yang bikin elo kaya gini” Rio mengatakan
itu dengan sedikit emosi.
“Enggak kak, aku nggak kenapa napa kok” Ucap shilla menyela
kakaknya sambil mencoba menahan air mata yang hendak mengalir kembali
“Gak mungkin lo sampai nangis gini kalo elo lagi nggak ada masalah,
cerita donk Shill, kakak nggak mau cuman kamu yang sedih, Kakak juga ingin
kesedihan kamu itu juga kesedihan kakak” Ujar Rio sambil menatap mata Shilla.
Shilla yang tak kuasa menahan airmatanya hanya bisa menangis dalam
kesedihannya.
“Gu.. gu.. gu..e di..pe..ca..t ka..k” Ucap Shilla terbata bata
dengan pelan namun masih bisa didengar oleh Rio
“Apa? Nggak mungkin elo kan udah lama kerja disitu masa mereka tega
mecat lo. Elo nggak bohong kan shill? Haha” Rio tertawa pelan seakan dia
mencoba untuk tidak percaya dengan pernyataan yang shilla katakana barusan.
“Kak, gue nggak bohong. Gue dipecat karena keteledoran gue kak,
maafin gue kak” Tangis Shilla kembali
membendung, Rio hanya bisa memeluk Shilla ia mencoba menenangkan hati Shilla.
Namun Rio juga ikut terdiam ditengah keheningan malam tersebut.
“Kak,…”
“Iya”
“Kakak marah yah sama shilla karena shilla dipecat”
Rio masih terdiam.
“Kakak kok nggak mau jawab”
“Trus elo maunya gue jawab apa”
“Tuh kan jawabannya gak nyambung banget”
“Ya udahlah mau diapain lagi. Ini udah terjadi. Yah kita gak usah
terlarut dalam kesedihan terus”
“Tapi Shilla nggak mau ngeliat beban kakak jadi bertambah. Shilla
nggak mau kakak semua yang memikirkan persoalan ekonomi kita”
“Ya udahlah Shill, biar gimanapun kakak kan kakak kamu, kakak punya
tanggung jawab juga. Kakak nggak merasa terbebani kok” Ucapnya sambil
menolehkan senyum diwajahnya
“Trus shilla sekarang harus gimana kak?” Shilla kembali bersedih
dipelukan Rio
“Mungkin masih ada pekerjaan sampingan lain buat kamu yang
membuatmu lebih nyaman, lo harus semangat donk shill, jangan cengeng gini donk”
Ucapnya sembari melepaskan pelukannya itu dan mencoba menyemangati shilla.
Shilla melihat kakaknya itu begitu menyemangatinya ada perasaan mengganjal
dihati Shilla, ia merasa bersalah karena ia akan membuat kakaknya jauh lebih
terbebani kembali. Namun ia mencoba tegar kembali dihadapannya Rio . Ia tak
boleh membuat Rio jauh lebih khawatir melihat dirinya terus menerus bersedih.
Seulas senyum pun keluar dari bibir tersenyum. Shilla menatap kakaknya itu. Rio pun
membalas pandangan Shilla tersebut dengan senyuman kasnya.
“Nah gitu donk, adek gue nggak boleh sedih mulu, harus tetap
semangat apapun yang terjadi gue akan terus ada disamping loe kok shill, gue
akan selalu ngedukung adik gue ini” Rio kembali menyemangati Shilla
“Makasih ya kak elo memang kakak gue yang terbaik deh” Ucap Shilla
sembari mencubit pinggul Rio
“Awww.. apa apaan kok dicubit sih?”
“Itu hadiah buat kakak hahaha” Tawa Shilla. Rio pun membalas Rio
dengan menyubitnya sehingga mereka berdua seperti sedang bermain cubit
mencubit. Malam itu biarpun ada kesedihan tapi mereka tetap saling melepas tawa
dan duka satu sama lain. Itulah mereka. Walaupun mereka hanya berdua namun
mereka mempunyai cara sendiri untuk membuat satu sama lain merasa senang.
“Kak kakak janji nggak akan berubah kan,walau gue dipecat”
“Loe kira gue itu keturunan power ranger atau sejenisnya apa yang
bisa berubah ubah gitu” Canda Rio
“Ya elah malah bercanda gak seru ih” Ujar shilla dengan cemberut
“Nggak ada yang berubah kok Shill walaupun elo dipecat, elo boleh
dipecat mereka. Tapi elo gak bakal gue pecat jadi adik gue” Ujar Rio sambil
mengacak Rambut Shilla
“Apaan sih kak, gombalannya basi banget kaya bau telor yang udah
gak kepake berbulan bulan” Balas Shilla sambil memanyunkan bibirnya
“Kaya elo pernah makan telor basi aja”
“Hahaha, kagak pernah kalo ada juga udah gue kasih ke kakak kali”
“Trus gue yang makan gitu? Ogah! Gakmauu~~” Ujar Rio seperti gaya anak kecil
Shilla sangat tertawa lepas melihat reaksi Rio. Kadang sifat Rio
begitu dewasa saat member nasihat. Kadang ia berusaha membuat kekonyolan yang
membuat mereka saling tertawa.
“Ngomong ngomong soal telor gue laper Shill, elo masak sana lo
kagak liat apa perut gue udah ngadain konser dari tadi”
“Hahaha iya kakakku sayang ntar gue masakin telor special deh
khusus buat kakak, oh iya kak mending elo mandi deh”
“Loh kok elo tau gue belom mandi emang keliatan? Perasaan gue mandi
sama gak mandi tetap aja keliatan cakep” Ujar Rio memuji diri sendiri sambil
senyam senyum
“Idih pantes aja dari tadi kaya ada bau amis, ternyata elo yah kak”
Ucap Shilla sambil bercanda kemudian berlari kedalam rumah
“Sialan, Gue dikatain bau amis, Awas lo Shill” Ucap Rio sambil
berlari menyusul Shilla kedalam rumah.
∞QuotesShivers∞
“Jadi gadis itu selama ini bekerja sebagai pelayan?”
Semenjak kejadian yang baru saja ia lihat tadi siang dirumah makan
entah kenapa ia masih memikirkannya secara terus menerus.Waktu tengah
menunjukkan pukul sebelas malam. Ia pun mencoba memejamkan matanya untuk tidur.
Namun wajah itu entah kenapa masih terbayang dipikirannya. Wajahnya yang sedang
marah, sedih, tertawa entah kenapa sering muncul dipikirannya. Mungkinkah itu
suatu tanda baginya.
“Bodoh ngapain sih gue merhatiin tuh cewek, peduli amat gue ke dia,
kenal dekat juga engga” Ucapnya sambil
mengacak ngacak rambutnya sendiri dan kembali mencoba tidur. Mungkin hari besok
akan jauh lebih baik daripada hari ini dan hari hari kemarin.
8
Ketika
semua orang menanti akan datangnya suatu cinta mereka berharap sosok cinta yang
akan menghampiri mereka adalah sosok yang mereka dambakan selama ini. Namun
ketika cinta itu datang tiba tiba apakah mereka akan bisa mendapatkannya.
Tidaklah mudah untuk mendapatkan sosok sempurna yang akan dijadikan sebagai
pendamping hidup kita.
Brukk..
“Sory
tadi gue kagak ngeliat tadi gue buru buru sorry yah” Ujar sesosok pria sambil
mencoba memungut buku yang terjatuh dari genggaman seorang gadis
“
Iya gapapa kok” Ujar gadis itu sambil
memungut beberapa buku yang masih terlihat berantakan di lantai itu. Ketika dia
hendak mengambil satu buku yang tersisa tangannya dan tangan pria tersebut pun
bersentuhan. Sehingga mereka berdua reflex menjadi salah tingkah. Dan mereka
sontak menarik tangan mereka itu. Diam dan mencoba mengatur nafas mereka kembali.
Shilla kemudian mengambil buku itu langsung setelah pria itu mencoba berdiri.
“Sory
yah gue gak sengaja sini gue bantuin lo berdiri” Ucap pria tersebut sambil
mengulurkan tangannya. Gadis tersebut pun hanya membalas uluran tangan pria
tersebut. Dan dia berdiri disamping pria tersebut.
“Iya
gapapa kok” Ucapnya sambil memandang kea rah lain
“Eh
elo yang waktu itu diparkiran kan?”
“Yang
waktu itu berantem sama Alvin” Sambung pria tersebut yang membuat gadis itu
kaget dan memandang pria tersebut.
“Iya
bener, ternyata elo masih inget ya sama gue. Kirain udah lupa” Ucapnya sambil
melihat pria itu
“Hehe
abis muka loe nggak bisa terlupakan sih” Canda pria tersebut yang membuat gadis
itu tersenyum
“Iya
gue ngerti deh tampang gue kan jelek wajarlah loe inget apalagi gue disitu lagi marah marah
tambah deh 360 derajat kejelekan gue” Ujarnya sembari tertawa pada pria itu dan
pria itupun ikut tertawa mendengarnya.
“Kata
siapa loe jelek? Loe nggak jelek kok. Nggak ada perempuan yang jelek. Semua
perempuan itu cantik. Kecantikan mereka itu berbeda satu sama lain tergantung
bagaimana kamu bisa melihatkan kecantikan lahir dan batinmu pada orang lain.
Termasuk kamu. Kamu itu cantik kok menurut aku” Ucap pria itu secara spontan
yang membuat wajah gadis itu menjadi merah. Ia sangatlah tersipu malu mendengar
pria itu berkata barusan. Ia belom pernah dipuji sebelumnya oleh orang lain
kecuali oleh kakaknya sendiri.
“Halah
elo pasti bohong kan? Hahahaaa” Gadis itu mencoba membalas perkataan Pria
tersebut. Namun pria itu lagi lagi hanya tersenyum mendengar perkataan gadis
itu.
“
Nggak kok, gue akan selalu jujur dengan apa yang gue lihat. Elo lihat mata gue
seperti berbohong gitu? Atau elo lihat mulut gue terlihat seperti mengucapkan
hal yang bohong?” Ucapnya sembari menatap gadis itu. Gadis itu seperti tersihir
oleh pesona pria tersebut. Ia speechless tak tahu lagi harus berkata apa.
Bengong dan diam mungkin itulah gambaran untuk dirinya saat ini. Namun ia tak
bisa menghindari jika tiba tiba ada suatu rasa yang mengendap dan muncul secara
perlahan di hatinya tersebut.
“Kok
diem sih?” Pria tersebut masih memandangi shilla dengan tanda Tanya
“Hahaha
anu ini kok anu” Jawab gadis itu tak karuan. Pria tersebut hanya tertawa
melihat gadis itu gugup.
“Hahaha
elo lucu deh, ternyata elo yang kemarin marah marah bisa ngelawak juga kaya
gini yah” Ucap pria tersebut sambil tertawa
“Haha
apaan sih lo, itu bukan lawakan tahu” Ucapnya dengan memanyunkan bibirnya
“Tuh
kan elo manyun lagi jadi tambah lucu deh” Ucap pria itu refleks memegang kedua
pipi gadis tersebut yang membuat hati gadis tersebut tak karuan. Detakannya
sangat sangat sangatlah terasa.
“Apaan
sih pegang pegang” Ucapnya berusaha agar tidak terbawa suasana. Walaupun ia
tadi sangat menikmati moment saat pria tersebut mencoba memegang pipinya yang
berusaha membuat pipinya seakan gembul.
“Iya
sorry ya, tadi gak sadar. Hehe nama loe siapa yah? Gue lupa?” Ucapnya kembali
“Shilla,
elo?”
“Cakka”
Mereka
diam bingung harus berkata apa kembali. Cakka kembali melihat jam di tangannya.
“Shill,
gue pergi dulu deh sorry ya soal yang tadi”
“Iya
gapapa kok”
“Shill..”
“Apa?”
“Lain
kali gue bisa ngomong lebih nggak ke elo?”
“Maksudnya?”
Shilla tak paham dengan ucapan cakka barusan
“Nggak
apa apa kok, hehe cuman bercanda” Ucap cakka sedikit kecewa. Ia pun pergi
meninggalkan Shilla. Ia sedang ditunggu oleh sahabatnya. Ingin rasanya ia
mengobrol lebih lanjut lagi dengan Shilla. Baginya Shilla sosok gadis yang unik
yang belom pernah ia jumpai sebelumnya. Ia pun kembali menolehkan pandangannya
pada Shilla. Shilla pun menolehkan pandangannya pada cakka. Mata mereka kembali
bertemu. Ada suatu perasaan yang terjadi pada mereka. Sepertinya Cupid sedang
melancarkan aksinya atau ini semua adalah takdir. Sebuah rasa yang tiba tiba
muncul membuat wajah mereka memerah detak jantung mereka kembali berdetak.
Cepat dan mendebarkan. Apakah ini yang
dinamakan cinta datang tiba tiba itu. Entahlah.
∞QuotesShivers∞
“Ray
bisa diem nggak sih, dari tadi lo mondar mandir mulu”
“Gimana
gue bisa diem fy, cakka belom datang juga padahal diakan tahu kalo kita bakalan
tampil sebentar lagi” Ucap Ray sambil melirik ke arah Ify dan kearah jam yang
terletak disebuah café itu.
“Gue
yakin kok bentar lagi Cakka juga datang”
“Semoga
deh” Ucap Ray
“Ya
ampun kka, loe buruan dateng donk udah Alvin gak bisa datang elo juga mau
ditaruh dimana muka gue. Nggak mungkin kan gue nyanyi bareng sama Ify? Duet
gitu? Yang ada gue malah nggak bisa ngomong kka” Batin Ray sambil mondar mandir
di belakang café tersebut.
Cakka,
Ray dan Ify mereka sering nyanyi di café milik Mama Ray. Mama Ray sangat senang
apabila mereka menunjukkan bakat mereka disini. Alvin pun juga sering ikut
menemani mereka namun ia lebih senang jika melihat pertunjukan mereka tanpa ia
harus ikut menyanyi bersama mereka. Karena Alvin menganggap suaranya tidak
cocok untuk dipadukan dengan mereka. Oleh karena itu ia lebih sering menolak
untuk ikut bernyanyi dan hanya menjadi penonton mereka saja. Namun mereka tidak
pernah memaksa Alvin mereka tetap saling mendukung satu sama lain.
“Sorry
gue telat” Ucap Cakka dengan ngos ngosan
“Iya
nggak apa apa, elo abis darimana sih kka? Tega amat lo liat gue berduaan sama
dia” Ucap ify sembari menunjuk ke Ray. Ray hanya bisa cengengesan mendengarnya.
“Iya
sorry yah tadi kejebak macet dijalan, yaudah kita nyanyi sekarang aja yuk” Ucap
cakka kemudian ia mengambil sebuah gitar yang terletak disudut ruangan
“Oke,
gue kasih tau ke nyokap gue dulu kalo kita udah siap” Ucap Ray dengan dijawab
oleh anggukan cakka dan Ify
∞QuotesShivers∞
Ditempat
lain, terlihat Sivia masih memainkan bonekanya sambil berguling guling diatas
tempat tidur. Ia masih tidak percaya akan suatu kabar yang ia dengar hari ini.
Ia mencoba untuk mencubit pipinya berkali kali untuk memastikan bahwa ia sedang
tidak bermimpi. Namun sesering apapun cubitan itu dia lakukan rasanya tetap
sama. Sakit. Ia kembali melihat langit langit kamarnya membayangkan kembali hal
tersebut.
“Vi, elo malam minggu besok ada acara nggak?” Ujar Shilla ketika
mereka sedang berjalan pulang sekolah
“Nggak kok Shill, kenapa elo mo ngajakin gue main?” Balas Sivia
“Bukan gue, tapi kakak gue”
“Maksud lo shill?” Tanya sivia heran
“Kak Rio nyuruh gue ngomong ke elo besok sabtu dia ngajak lo
keluar, elo bisa nggak? ” Tanya Shilla pada sivia.
“Rio ngajak gue keluar gitu? Malam minggu?” Ucap Sivia kembali
disertai anggukan jawaban dari Shilla
Sivia memberhentikan langkahnya ia mencubit pipinya. Ia berfikir
apakah ini hanya mimpi. Ia mencoba menanyakan kembali pada Shilla berkali kali
dan ia masih tidak percaya.
“Elo bisa kan?” Tanya Shilla kembali
“Bisa. Bisa banget malah” Ucap sivia sambil tersenyum lebar. Shilla
ikut tersenyum melihat sivia yang seperti sedang merasakan bahagia. Mungkin
perasaan Sivia sama seperti perasaannya kepada Cakka tadi. Lagipula Shilla tahu
kalo Sivia sangat menyukai Kakaknya itu sejak mereka bertemu. Sivia sering
menanyakan Rio pada Shilla bahkan Sivia tidak tanggung untuk membawakan makanan
jika dia mengetahui bahwa Shilla dan Rio belum makan. Sahabatnya ini terlalu
peduli padanya dan Rio. Ia mungkin tidak keberatan jika suatu saat Kakaknya dan
Sahabatnya itu akan menjalin sebuah hubungan. Shilla yakin Sivia pasti bisa
membahagiakan kakaknya tersebut.
“Elo tau kan elo cewek
pertama yang diajak kak Rio jalan” Ucap Shilla sembari memberikan kode untuk
Sivia. Muka sivia sekarang terlihat memerah ia tak percaya dengan semua ini.
“Apaan sih lo Shill jangan tambah bikin gue malu deh” Ucapnya
sambil salah tingkah. Terlihat kembali wajah merah sahabatnya tersebut dan
senyuman yang terpancar darinya itu
“Apakah ini jawaban dari penantian cinta gue selama ini” Batin
Sivia sambil tersenyum pada Shilla. Kemudia ia melihat kea rah langit sore.
Rasanya ia ingin cepat cepat ke hari pertemuan itu akan terjadi.
Sivia
masih terus berguling guling diatas tempat tidurnya Ia tidak peduli dengan
suara teriakan mamanya yang menyuruhnya untuk tidak rebut. Namun Sivia masih
ingin tetap menikmati perasaan ini. Perasaan yang membuatnya sangatlah senang.
Perasaan yang selalu membuat jantung berdetak, berdetak dan berdetak lebih
kencang lagi. Kemudian ia beranjak dan mencari sesuatu dari laci mejanya.
Ketika ia menemukan apa yang ia cari ia tersenyum kembali. Dan menatap sebuah
foto yang sudah ia bingkai bagus dan memandanginya sambil tersenyum. Dan
memeluk foto tersebut dengan erat.
“Gue
akan tetap disini menunggu kepastian akan penantian cinta gue selama ini ke
elo”
9
Shilla
berhenti didepan gerbang awan gelap mulai terlihat, rintik hujan mulai
terdengar secara perlahan. Shilla memandang langit sesekali sambil menjulurkan
tangan kedepan untuk merasakan rintik hujan tersebut. Alvin berjalan menuju
gerbang. Langkahnya terhenti karena rintik hujan. Diurungkan niatnya untuk
segera pulang. Dibukanya tasnya untuk menemukan sebuah paying kemudian ia
membukanya.
“Belom
pulang?” Tanya Alvin yang berdiri
disamping Shilla
“Belom”
Jawab Shilla
“Kenapa?”
Tanya Alvin kembali
“Hujan”
ketus Shilla masih dengan menatap kedepan tanpa memperdulikan Alvin
“Ya
udah gue mau pulang” Ucap Alvin sedangkan Shilla nampaknya tidak menggubris
Alvin sama sekali. Ada perasaan kecewa Alvin melihat sikap Shilla terhadapnya
itu. Alvin pun segera berjalan sambil berpayung ditengah rintik hujan yang
terasa semakin jelas itu. Ia melihat kebelakang dilihatnya Shilla mengusap
pipinya seolah mengatakan bahwa ia merasa kedinginan sambil menundukan dirinya.
Alvin pun berfikir sejenak. Ada rasa tidak enak meninggalkan seorang gadis
sendirian ditengah sekolah yang sepi itu.
“Gue
anter loe pulang ya” Tegas Alvin yang ternyata ada didepan Shilla yang sekarang
melihat kea rah Alvin
“Lo?
Bukannya tadi udah pulang?” Tanya Shilla
“Gue
gak tega ninggalin cewek sendirian kaya gini” Ucap Alvin kembali. Shilla hanya
diam memandanginya kemudian ia menunduk kembali.
“Ayuk”
Ucap Alvin sambil menarik tangan Shilla. Shilla hanya pasrah melihatnya.
Kini
mereka berada dibawah satu paying bersama. Bersama menyusuri jalan. Hanya
kesunyian yang menemani mereka disepanjang jalan tersebut tanpa ada sepatah
katapun keluar dari bibir mereka tersebut. Hujan pun semakin deras kemudian
mereka berdua memutuskan untuk berteduh didepan sebuah took. Hanya mereka
berdua saja disitu tanpa melakukan pembicaraan. Diam itulah gambaran yang
terjaadi pada mereka saat ini.
“Mau
lo apa sih?” Shilla mencoba membuka pembicaraan. Ia tak suka apabila harus
berdiam terus.
“Nggak
ada ague cuman mau nganterin elo kok” Jelas Alvin
“Kenapa
elo mau jalan? “ Tanya Shilla kembali
“Pengen
ajasih” Jelas Alvin kembali
“Rumah
loe dimana?” Tanya Alvin kemudian
“Loe
yakin mau nganterin gue ?” Tanya Shila
“Iya
gue udah nganterin loe sampai segini masa ia gak gue anter kerumah lo”
“Kenapa
elo ngelakuin ini?” Tanya shilla
“Gak
tau” Ketus Alvin
Shilla
diam. Ia tidak tahu harus melakukan pembicaraan apalagi dengan pria yang
berdiri disampingnya itu. Ia sebenarnya agak kesal melihat pria disampingnya
itu. Namun ia sepertinya harus mengurangi rasa tidak sukanya pada pria itu.
“Pake ini” Ucap Alvin sambil melepaskan jacket
yang ia pake
“Nggak usah” tolak shilla ketus. Alvin hanya
merasa kecewa. Ia kemudian memakai jacketnya kembali.
“Maaf” Lontar Alvin
“Buat apa?”
“Maaf gue selama ini ngejelekin elo”
“Nggak apa apa, udah biasa kok” Jelas shilla.
Alvin tertunduk lemas. Shilla hanya bisa diam.
Mereka kembali melanjutkan aksi tanpa berbicara tersebut.
Cakka dan Ray hanya bisa melihat Ify yang dari
tadi sibuk mondar mandir sambil sesekali mengutak ngatik ponselnya. Ia terlihat
khawatir akan keadaan seseorang.
“Fy, udah deh mending lo tenang aja Alvin
pasti nggak kenapa napa kok” Ucap Ray yang tidak tahan melihat Ify begitu
gelisah
“Iya Fy, Alvin kan cowok ia udah gede pasti
bisa jaga diri sendiri lah” Ucap Cakka
“Ya tapi daritadi gue hubungi dia tapi nggak
ada balasannya, gue takut dia kenapa napa kka, ray” Jelas Ify dengan mimic
sedih
“Yasudahlah terserah elo” Ucap Ray
Cakka hanya bisa memandang jendela
disampingnya. Ia bingung dengan apa yang ada dipikirannya sejak kemarin.
Pertemuan kemarin membawanya untuk selalu memikirkan gadis tersebut.
Alvin memegangi dadanya. Rasanya sesak. Ia tak
bisa menahan rasa sesak yang ada didadanya itu. Mukanya pucat. Sesampainya
mereka didepan rumah Shilla Alvin merasa lega.
“Ini rumah gue, thanks ya” Ucap shilla
“Iya” Jawab Alvin
“Loe pucat banget, lo sakit ya?” Tanya shilla
yang melihat perubahan pada wajah serta diri Alvin
“Nggak kok” Jawab Alvin namun Shilla tetap
meliatnya. Bukan tetapi terus memperhatikannya
“Gue pulang dulu yah” Jawab Alvin sambil
membalikkan badannya. Shilla kemudian berjalan memasuki rumahnya namun ia
seperti mendengar suara jatuh. Ia menoleh kebelakang dan ternyata Alvin telah
pingsan di jalan dengan payungnya yang terpisah.
“Vin, elo kenapa vin” Shilla mencoba untuk
menyadarkan Alvin namun hasilnya Alvin tetap tidak sadar. Bahkan ia semakin
pucat dari sebelumnya.
Shilla masih terlihat menangis ia tidak
menyangka dengan yang ia lihat tadi. Ia merasa bersalah. Ia merasa bahwa Alvin
menjadi sakit karena Alvin mengantarnya ditengah hujan tersebut.
“Udahlah Shill, Alvin pasti nggak kenapa napa
kok” Sivia mencoba menenangkan Shilla
“Vi, gue nggak tau kalo Alvin bakal pingsan
kaya gitu apa nggak lebih baik kita bawa kerumah sakit daripada dirumah
gue?” Tanya Shilla
“Nggak, nggak apa apa ini hanya pingsan aja
kok. Jangan terlalu negative gitu deh Shill” Ucap Sivia kembali
“Iya semoga vi” Jawab shilla
Rio keluar dari kamar. Ia telah memeriksa
kondisi Alvin. Rio pernah membantu disebuah puskesmas jadi ia sedikit memahami
mengenai keadaan orang sakit.
“Gimana kak?” Tanya Shilla dengan cepat
“Nggak apa apa kok, mungkin dia masuk angin”
Jawab Rio. Shilla lega mendengar ucapan Rio tersebut.
“Dia udah agak siuman sana lo liat” Jelas Rio
kembali. Shilla pun masuk kedalam kamar kakaknya tersebut ia melihat Alvin
sedang memandangi kesekelilingnya dengan heran.
“Sory kalo kamarnya gue kayak gini” Ucap Shilla
“Nggak apa apa kok, gue cuman heran aja gue
ada dimana, oh iya yang gantiin baju gue siapa?” Tanya Alvin
“Kak Rio kakak gue” Jelas Shilla
“Oh bilangin makasih yah buat kakak lo” Jawab
Alvin. Ia mencoba beranjak dari tempat tidur tersebut
“Loe mau kemana” Tanya Shilla
“Gue mau pulang dulu nggak enak ntar ngrepotin
kalian, nggak apa apa kan?” Jelas Alvin yang kemudian dilanjutkan anggukan oleh
Shilla
“Ya udah” Ucap Shilla
Alvin keluar dari kamar Rio dan melihat ada
Rio dan Sivia sedang duduk didepan. Melihat Alvin disitu mereka segera beranjak
untuk berdiri
“Lo udah baikan?” Ucap Sivia
“Iya makasih yah” Ucap Alvin sambil berlanjut
kea rah Rio
“Makasih ya “ Ucap Alvin pada Rio. Rio hanya
diam melihatnya, Kemudian Alvin berjalan menuju keluar rumah. Ternyata sudah
ada sebuah mobil jemputan yang menunggu Alvin. Nampaknya Alvin sudah menyuruh
supirnya untuk menjemputnya.
“Sekali lagi makasih banget ya” Ucap Alvin
yang kemudian memasuki mobilnya itu.
Shilla, Rio dan Sivia hanya bisa mengantar
sampai depan rumah saja kemudian melihat mobil tersebut sudah beranjak menjauhi
mereka.
“Gue telah salah menilai mereka, Mereka baik,
nggak seharusnya gue bersikap kaya kemarin ke mereka” Ucap Alvin sambil
memandang kaca spion mobilnya itu.
10
Teman
memang dibutuhkan untuk menemani kita. Untuk bertukar pikiran dengan kita.
Untuk membantu memberikan saran dan nasehat kepada kita. Namun apakah yang
terjadi apabila kita tidak memiliki teman. Pasti akan susah bagi kita untuk
melewati hari demi hari. Hanya kesendirian yang menemani kita. Hanya airmata
yang selalu ada dalam diri kita. Tak ada suka maupun canda yang terjadi.
“Hey
Chelsea. Gue denger denger bokap lo itu mantan narapidana yah?” Ucap seorang
gadis sambil berjalan mengelilingi badan Chelsea diikuti dengan dua rekannya
“Gue
juga denger kalo nyokap lo itu kabur dari rumah karena nggak tahan dengan
perlakuan bokap loe ya?” Teman si gadis itu ikut menambahkan suatu pernyataan
“Wow,
gue nggak nyangka anak mantan narapidana bisa masuk ke sekolah kita ini,
harusnya elo ngga usah masuk kesini. Sekolah ini nggak pantes nerima anak
mantan seorang narapidana, iyakan teman teman?” Tawa rekan gadis yang kedua
tersebut.
Chelsea
diam. Ia berusaha menghindari ketiga gadis yang menghalangi mereka. Namun
ketiga gadis it uterus berusaha mengejek Chelsea. Chelsea tak berani melawan
mereka ia hanya pasrah menerima perlakuan mereka.
“Mau
kalian apa?” Akhirnya Chelsea membuka mulutnya
“Mau
kita? Ya elo nggak denger apa tadi kita bilang supaya elo nggak usah sekolah
lagi disini” Gadis pertama mengatakan dengan memegang kerah baju Chelsea
“Dan
loe nggak usah sok polos gitu deh. Gak usah sok alim. Kita semua udah tau lagi
kalo lo itu anak mantan narapidana yang baru keluar beberapa bulan lalu, Haha”
Tawa gadis selanjutnya itu terdengar memenuhi ruangan tersebut
“Oh
iya gimana kalo kita member kamu sedikit kenang kenangan, Gimana temen temen
setuju kan?” Ucap gadis yang berikutnya diikuti tawa dan anggukan oleh rekan
rekannya
“Boleh
donk, boleh banget malah”
“Okey
sip deh” Ucap gadis itu sambil mengeluarkan suatu benda dari dalam tasnya
“Apa
apa yang akan kalian lakukan” Chelsea berusaha memberontak namun tangan Chelsea
sudah dipegang erat oleh gadis itu
“Elo
jangan bergerak kalo bergerak nanti saus dan kecap ini akan tumpah iya kan
temen temen?” Ucap gadis itu sambil memegang sebotol kecap dan saus ditangannya
dan bersiap siap menumpahkan dari atas kepala chelsea
“Tolong
jangan lakukan itu apa salah gue” Chelsea berusaha membela diri namun
sepertinya tak ada gunanya ia membela dirinya sekarang. Tak ada yang membantunya
sekarang. Ia hanya sendiri sedangkan mereka bertiga.
“Apa
yah salah lo, gue juga nggak tau” Ucap gadis itu mengatakannya sambil
menumpahkan kecap dan saus itu ke baju Chelsea dari atas
“Uuupps.
Sorry. Kita nggak sengaja” Ucap gadis itu sambil memandang kea rah Chelsea
kemudian kea rah dua temannya yang sedang memegangi tangan Chelsea, kemudian
mereka bertiga tertawa keras. Keras sekali. Chelsea menangis melihat perbuatan
mereka. Ia ingin sekali menampar mereka karena ia tidak terima dengan perlakuan
mereka. Namun Chelsea sangat tak berdaya melawan mereka. Mereka masih sangat
puas menertawakan Chelsea yang sekarang sedang kotor berlumuran saus dan kecap
diseluruh tubuhnya.
“Apa
yang kalian lakukan?” Tiba tiba terdengar dua orang cowok datang dari belakang.
Rupanya ia melihat apa yang mereka bertiga lakukan terhadap Chelsea
“Ray?
Alvin? Sejak kapan kalian ada disitu?” Ucap gadis pertama
“Kita
nggak ngapa ngapain kita cuman main main, iyakan Chelsea?” Ucap gadis yang
kedua sambil melepaskan tangannya yang terlihat sedang menahan tangan Chelsea
diikuti gadis ketiga
“Iya,
kita mau kenalan sama Chelsea aja kok” Ucap gadis ketiga sambil berusaha
menutupi botol saus dan kecap yang tadi
mereka gunakan untuk melancarkan aksinya pada Chelsea. Ray dan Alvin langsung
menuju ke Chelsea, Ray mengambil sapu tangan miliknya dan membantu untuk
membersihkan seragam Chelsea. Sedangkan Alvin ia menatap ketiga gadis itu. Ia
Nampak marah.
“Sekarang
kalian ikut gue. Kita butuh penjelasan kalian diruang BP nanti” Ucap Alvin pada
mereka bertiga dan segera membantu Ray untuk menopang badan Chelsea yang
terlihat lemas. Ketiga gadis tersebut
hanya menuruti perkataan Alvin dan mengikuti arah mereka. Gadis itu masih
melihat Chelsea dengan muka marah. Seperti sedang berkata bahwa ia akan
membalas nya lagi.
-Quotesshivers-
“Alvin
sama Ray lama banget sih dari toiletnya” Gerutu Ify sambil kembali menyeruput
Es jeruk yang ada dihadapannya itu
“Mungkin
mereka lagi setor kali Fy” Cakka membalas ucapan Ify dengan cengengesan dan
dibalas oleh pelototan Ify.
“Bercanda”
Ucap cakka kembali
Shilla
hanya melihat perbincangan mereka. Ia tak tahu apa yang harus ia katakana untuk
memulai mengobrol dengan mereka. Seandainya Ify tidak memohon pada Shilla agar
Shilla ikut menemani Ify di kantin pastinya Shilla lebih baik untuk berada
diperpustakaan daripada harus menghabiskan waktunya di kantin.
“Ngomong
donk Shill” Ucap Ify pada Shilla yang daritadi terlihat diam. Shilla hanya
menatap ify dengan tersenyum. Seolah ia mengatakan pada ify apa yang harus ia
obrolkan.
“Shill,
elo kan pinter kapan kapan ajari gue yah?” Cakkapun berusaha untuk berbicara
pada Shilla kembali
“Ajari
apa?” Tanya Shilla
“Ajari
aku tuk bisa…” Ucapan Cakka terpotong karena Ify yang berdehem sangat keras
membuatnya menghentikan ucapannya itu
“Ehem
ehem, kayaknya ada yang mau pedekate nih Shill” Ucap Ify sambil menatap Cakka
dengan tersenyum
“Apa
apaan sih lo Fy, gue kan Cuma mau minta Shilla ngajarin gue, elo kan tau gue
nggak terlalu mahir dalam pelajaran” Cakka berusaha membela dirinya namun Ify
masih berusaha menggoda Cakka,
“Uda
Fy, Gapapa kok” Shilla memberikan jawabannya
“Gapapa
gimana Shill?” Tanya Ify
“Iya
gapapa kali kali aku bantuin Cakka” Jelas Shilla kemudian diikuti dengan
senyuman dari Cakka.
Ify
yang melihat hal tersebut hanya menggeleng gelengkan kepalanya kemudian ia
melanjutkan kembali melahap makanan yang ada didepannya itu. Cakka masih
terlihat memandangi Shilla. Sedangkan Shilla ia terlihat memandang kea rah
lain. Shilla sepertinya sedikit sadar cakka memandanginya sehingga ia memilih
mengalihkan pandangannya kea rah lain saja.
Gabriel
terus memandang gadis yang ada dihadapannya itu. Sudah berapa menit ia melihat
sivia terlihat sibuk mengecek ponselnya. Ingin rasanya ia menegur Sivia namun
ia mengurungkan niatnya karena ia malah melihat sivia semakin melihat kea rah
layar ponselnya dengan terus menerus.
“Vi,
elo lagi ngapain sih?” Gabrielpun akhirnya bertanya pada Sivia
“Oh,
gak yel, gapapa” Balas Sivia
“Oh”
“Yel
temenin gue ke kantin yuk” Ucap Sivia sambil melangkahkan kakinya menuju kantin
sekolah
“Baiklah”
Jawab Gabriel yang kemudian berjalan disamping Sivia.
-Quotesshivers-
“Darimana
aja sih lo Ray, Vin?” Tanya Ify ketika melihat Alvin dan Ray berjalan mengikuti
kearah mereka diikuti dengan seorang gadis yang terlihat berdiri bersembunyi
dibelakang Ray dan Alvin. Ia terlihat berusaha menutupi diri.
“Sorry
ya tadi kita abis nganterin dia keruang BP dia abis dikerjain sama anak anak”
Ray mencoba menjawab Ify
“Beneran
Vin? Dia siapa?” Ucap Cakka
“Oh
iya,dia Chelsea anak kelas 10-2” Jawab Alvin
“Hai
Chelsea gue Ify, ini Shilla dan itu Cakka” Ify mencoba memperkenalkan dirinya
dan teman temannya
“Oh
iya gue aja belom memperkenalkan diri gue, gue Ray itu Alvin” Ucap Ray.
Sedangkan Chelsea hanya menatap mereka sekilas kemudian menundukkan kepalanya
kembali. Shilla yang melihat sikap Chelsea pun beranjak dari tempat duduknya
dan menghampiri Chelsea.
“Udah
lo gak usah takut, kita beneran mau berteman sama elo kok” Jelas shilla
berusaha menatap Chelsea dan meyakinkan Chelsea. Chelsea memandang muka Shilla
kemudian Shilla menatapnya dengan tersenyum. Sedangkan yang lain hanya melihat
mereka berdua kemudian mereka pun kembali keruang kelas masing masing bersama
dengan Chelsea tentunya. Teman baru mereka. Namun Chelsea masih terlihat diam.
Ia tak berkata apapun. Hanya langkahnya saja yang terdengar. Mereka mencoba
memahami bahwa Chelsea mungkin sedang berusaha beradaptasi ke mereka.
“Shilla”
Teriak Sivia ketika melihat Shilla dan yang lainnya berjalan dikoridor sekolah
“Sivia,
elo mau kemana?” Tanya Shilla
“Gue
mau ke Kantin, oh iya kenalin ini Gabriel” Jelas Sivia
“Hai
semua gue Gabriel panggil aja iyel atau yel yah asal jangan yel yel hehe. salam
kenal” Gabriel mencoba memperkenalkan namanya sambil tersenyum
“Oh,
iya yel, gue Shilla. Ini temen temen gue. Ini Ify, Ray, Cakka, Alvin dan itu
Chelsea” Terang Shilla yang diikuti senyuman perkenalan oleh yang lainnya.
“Hai
yel. Salam kenal” Ray mencoba untuk menyapa Gabriel
“Iya
Ray” Jawab Gabriel
“
Yaudah Shill, gue sama Gabriel ke kantin dulu yah” Ucap Sivia kemudian berjalan
dan terlihat menggandeng tangan Gabriel.Shilla menatap itu dengan heran.
“Mereka
pacaran ya Shill?” Tanya Ify yang masih melihat Gabriel dan Sivia berjalan
“Enggak
kok” Jawab Sivia
“Tapi
gue sering liat mereka berduaan loh” Ray mencoba memberikan sesuatu yang ia
tahu
“Oh
ya? Elo salah lihat kali Ray” Ucap Shilla
“Yaudah
kita mending balik kekelas aja yuk” Cakka mencoba menyela pembicaraan mereka
dan mereka pun berjalan kembali menuju kelasnya masing masing.
Shilla
masih memikirkan hal tadi. Ia tidak ingin memberikan kesan negative pada Sivia.
“Mereka
temenan pasti” Shilla mencoba meyakinkan dirinya. Tiba tiba ia teringat wajah
kakaknya tersebut.
“Bagaimana
jika mereka sudah berpacaran? Bagaimana dengan ka Rio?” Shilla kembali
menanyakan hal itu pada dirinya sendiri. Ia sedikit takut. Ia takut kalo
kakaknya akan bertepuk sebelah tangan. Dan yang melakukan itu tidak lain adalah
sahabatnya sendiri. Shilla hanya kembali pada lamunannya itu. Dan berharap
semuanya akan baik baik saja.
Tunggu Episode 11 yah! J
No comments:
Post a Comment