Antara
Cinta, Materi dan Pengorbanan
Part 11
Malam ini terlihat begitu terang,
ada bulan yang menampakkan dirinya walaupun tidak seutuhnya. Ada bintang
bintang yang terlihat menemani si bulan tersebut. Nampak dua orang remaja
tengah berjalan dikesunyian malam. Tak terdengar suara diantara mereka,
hanyalah langkah kaki yang terdengar disepanjang perjalanan mereka. Mereka
berdua berjalan perlahan seolah sambil ingin menikmati indahnya malam ini.
Malam yang tak biasanya mereka lalui berdua, namun kini hanya ada mereka berdua
saja. Hanya ada Sivia dan Rio saja.
“Yo kita mau kemana sih?” Sivia
mencoba membuka topic pembicaraan pada saat itu. Ia merasa agak bosan bila
harus berdiam diri terus tanpa ia tahu kemana Rio akan berjalan.
“Udah lo tenang aja, gue punya
sesuatu yang special buat elo” Rio menjawab pertanyaan sivia dengan tersenyum,
muka Sivia terlihat langsung merah merona ia sepertinya speechless dengan kata
kata Rio barusan. Kemudian ia langsung mengikuti langkah kaki Rio tersebut.
Entah kemana Rio akan membawanya malam itu.
“Sudah sampai” Ucap Rio kemudian
ia menatap Sivia. Kemudian Sivia menengok ke sekeliling tempat itu. Sebuah taman
yang sudah dihiasi oleh banyak lilin yang sudah diatur agar berbentuk love.
Sivia menatap tempat itu dengan terkagum, ia melihat kea rah Rio namun Rio tak
ada disampingnya. Ia panic ia melihat kesekelilingnya namun tak ada siapa siap.
Sivia terdiam di tempat itu selang beberapa saat Rio datang dan ia membawa
gitar dan sebuah untaian bunga. Ia lalu memandang Sivia sekilas dan kemudian ia
memainkan gitarnya itu.
“Sivia lagu ini gue nyanyikan
untuk elo vi, khusus untuk elo dari dalam hatiku ini, gue harap lo suka ya vi”
Sivia kemudian focus dengan apa
yang dilihatnya. Ia masih tak percaya saat ini mala mini juga Rio akan bernyanyi
dihadapannya. Ia tak menyangka Rio akan melakukan hal ini disaat Sivia sudah
mulai berusaha untuk melupakannya dan melupakan perasaannya kepada pria
dambaannya tersebut.
Rio mulai memainkan gitaranya
terdengar suara alunan gitar dan Rio mulai bernyanyi.
Dua musim telah berlalu
Cukup banyak hari yg telah kita
lalui
Tak ada sedikit pun jua
Mampu mengusik rasa bosanku
Saat kita tertawa berdua
Juga kala kita menangis bersama
Menjadi kenangan indah
Yang tak mungkin dapat kulupakan
Tak bisa aku ingkari
Arti hadirmu disini
Slalu menemani walau aku jatuh
Hadapi sgala rintangan
Apapun aku mampu
Jika bersamamu
Saat kita tertawa berdua
Juga kala kita menangis bersama
Menjadi kenangan indah
Yang tak mungkin dapat kulupakan
Tak bisa aku ingkari
Arti hadirmu disini
Slalu menemani walau aku jatuh
Hadapi sgala rintangan
Apapun aku mampu
Jika bersamamu
Rio selesai bernyanyi kemudian ia
berjalan mendekat kearah Sivia. Ia menaruh gitarnya kembali kemudian ia
mengambil bunga yang ditaruh didekatnya. Ia lalu berlutut dihadapan sivia dan
memandang Sivia dengan tatapan yang sangat sendu. Matanya membuat Sivia terpana
Sivia tak mampu lagi berkata kata namun ia harus tetap memberanikan dirinya
untuk menatap Rio.
“Via gue tahu selama ini mungkin selama
ini gue agak sedikit kasar ke elo, gue sering ngelarang elo main sama adek gue,
gue tahu itu terlalu berlebihan tapi itu gue lakuin karena gue malu gue nggak
kaya yang lainnya yang selalu berkelimpahan dengan materi. Gue gak tahu apakah
itu juga berpengaruh terhadap perasaan elo ke gue. Tapi asal lo tahu sebenernya
gue diam diam menyimpan perasaan ini ke elo dari dulu bahkan sudah lama
perasaan ini gue pendam, tapi gue takut ngungkapinnya. Gue gak berani
ngungkapin ini semua ke elo, karena gue nyadar gue siapa dan elo juga siapa.
Gue belom siap saat itu untuk nembak lo. Tapi kali ini gue gak mau elo sampai berpaling
dari gue. Gue sadar semakin lama gue menyimpan perasaan ini semakin besar pula
rasa sayang gue ke elo itu akan bertambah dan makin bertambah.”
“Oleh karena itu Vi, tolong ijini
gue untuk memasuki ruang hatimu. Biarpun gue nggak selalu bisa memenuhi
keinginan lo dari materi tapi gue akan selalu berusaha untuk membahagiakan loe
sebisa aku. Cuman elo yang bisa bikin gue nyaman vi. Gue sadar vi, mungkin
tanpa elo yang selalu ada menghibur gue disini menyemangati gue, gue gak akan
bisa bertahan sampai sekarang. Sivia gue
sayang sama elo, elo mau kan jadi pacar gue?”
Tanya Rio masih dengan menatap Sivia.
Sivia menatap Rio kemudian ia
memegang bunga dari Rio dan tersenyum pada Rio.
“Yo, gue udah lama nunggu ini.
Gue nerima lo apa adanya kok gak peduli apa status lo, bagaimana kehidupan lo.
Dari dulu gue juga sama kaya elo gue juga udah lama nyimpen perasaan ini ke
elo, gue hanya bisa menunggu pernyataan ini dari elo. Gue selalu sayang sama
elo Yo” Ucap sivia.
“Vi, gue akan berusaha menjadi
kekasih yang terbaik buat elo” Ucap Rio
Kemudian Rio tersenyum pada Sivia
dan memeluknya. Sivia merasa perasaan
yang selama ini ia pendam akhirnya tidak sia sia. Sekarang Rio telah menjadi
kekasihnya, Sivia kembali tersenyum pada Rio, Rio juga tersenyum pada Sivia.
Mereka menikmati malam itu dengan dihiasi dengan perasaan bahagia.
Ify terlihat sibuk dengan novel
bacaannya yang terlihat cukup tebal entah berapa kali Cakka mendengar suara
lembar demi lembar sudah Ify balik. Cakka masih terlihat menatap jam sudah
berapa lama mereka menunggu Alvin. Alvin sering pulang malam karena ia harus
beberapa kali check up ke rumah sakit. Ketika mereka menawarkan untuk menemaninya
dirumah sakit Alvin selalu menolak. Ia mengatakan bahwa ia tidak apa apa dan
teman temannya tak perlu menemaninya. Alvin mengatakan bahwa ini akan
merepotkan mereka. Namun sudah berapa kali Cakka dkk meyakinkan Alvin bahwa
mereka tidak merasa direpotkan dan Alvin tetap menolak dengan halus. Terdengar suara bel dari pintu rumah Alvin,
Ify langsung pergi berlari ke depan pintu berharap ia bisa melihat Alvin
kembali.
“Alvinnnn” Ucap ify sambil
membuka pintunya namun ternyata yang didepan Ify terlihat bukan Alvin
“ Hai fy, gue bukan Alvin”
Ucapnya sambil memasang senyuman lebar
“Ray ngapain lo kesini? Bukannya
tadi elo bilang lo di café, “ Tanya Ify
“Iya tapi gue bosen disana trus
kesini deh. Hehe Alvin mana?” Ucap Ray
“ Belom pulang, “ Ucap Ify
kemudian berjalan kembali menuju ruang tengah. Ray mengikuti Ify kemudian ia
menyamber sebuah ponsel yang sedang dipegang oleh Cakka.
“Ray kembaliin sini gak” Cakka
berusaha mengambil ponselnya itu
“Wahaha lo lagi liat liat apa nih
KKa? Foto siapa nih, Tunggu inikan foto Shilla” Ray diam dan ia kemudian
mengamati foto itu. Ify kemudian mengambil
ponsel yang sedang dipegang oleh Ray itu dan melihatnya sedangkan Cakka
ia sepertinya sudah pasrah.
“Loe suka sama Shilla” Tanya Ify
dan Cakka langsung mengangguk lemas. Ray hanya bisa tak percaya mendengarnya.
Bukan karena ia suka atau cemburu namun ia telah mendengar curhatan seseorang
mengenai perasaaan orang itu ke Shilla juga. Cakka kemudian mengambil ponselnya
dari tangan Ify kemudian ia duduk kembali di sofa itu.
“Sejak kapan kka? Jadi itu
bener?” Tanya Ify
“Bener apanya Fy? Emang ada
gossip tentang gue suka sama shilla gitu?” Tanya cakka kembali
“Enggak sih, cuman pas di kantin
kemarin elo kan pedekate gue kira yah gitu. Tapi sejak kapan kka? ” Tanya ify
“Ya gitu deh vi, gue susah
ngelupain dia sejak dia marah marah sama Alvin dulu, wajahnya selalu muncul di
pikiran gue apalagi sejak gue bertemu dengan dia sepulang sekolah lalu. Gue
jadi semakin sadar bahwa gue udah mulai suka sama dia Fy “ jelas cakka
“Gak bisa” Tiba tiba Ray menyela.
Cakka dan Ify menatap Ray dengan heran
“Kenapa Ray? Elo juga suka sama
Shilla?” Tanya Cakka
“Bukan bukan itu maksud gur,
maksud gue itu lo sama dia nggak cocok” Ucap Ray dengan terbata bata
“Apaan deh lo, yah siapa tau aja
mereka cocok. Aneh banget deh lo” Ucap Ify
“Tenang Ray gue yakin kali ini
pilihan gue pas. Gue yakin dia memang ditakdirkan buat gue” Ucap cakka. Ray
hanya bisa mendengus dan kembali duduk terdiam melihat Cakka dan Ify yang masih
mengobrol
“Owh. Trus elo udah pedekate yang
lebih dekat lagi belom” Tanya ify sambil duduk disamping Ray
“Belom sih, elo kan temennya gue
masih belom kenal dia secara lebih dekat. bantuin gue yah Fy, plis” Pinta
Cakka, ify berpikir sejenak dan ia hanya mengangguk saja kemudian melanjutkan
kembali dengan novel yang ia baca dari tadi.
“Cakka suka sama Shilla?Wah
padahal gue pengen comblangin Alvin dan Shilla. Eh kok malah cakka yang naksir
sih. Gagal deh rencana gue” Batin Ify
“Alvin kamu tahu kan tentang
penyakit kamu ini. Saya harap kamu bisa lebih menjaga kesehatan kamu. Ini
resepnya. Tolong ingat pesan saya tadi itu” Ucap sang dokter sambil memberikan
resep yang sudah ia tulis kepada Alvin, pasiennya tersebut
“Terimakasih yah dok, saya janji
akan menjaga kesehatan saya. Sekali lagi saya berterimakasih ya dok, saya juga
pamit permisi mau pulang” Ucap Alvin sambil berdiri dari kursinya itu. Dan
dokter itu juga berdiri kemudian mereka berdua berjabat tangan.
Setelah keluar dari pintu ia
langsung bersender di dinding rumah sakit itu. Ia menatap resep yang dokter itu
berikan kemudian ia mengingat kembali percakapannya dengan dokter itu tadi. Namun
ia tak ma uterus memikirkannya ia kemudian bergegas meninggalkan rumah sakit
itu untuk kembali lagi kerumah.
Kritik & Saran mention
@Quotesshivers yah!
No comments:
Post a Comment