Thursday, August 29, 2013

Antara Cinta, Materi & Pengorbanan - Part 11


Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan
Part 11

Malam ini terlihat begitu terang, ada bulan yang menampakkan dirinya walaupun tidak seutuhnya. Ada bintang bintang yang terlihat menemani si bulan tersebut. Nampak dua orang remaja tengah berjalan dikesunyian malam. Tak terdengar suara diantara mereka, hanyalah langkah kaki yang terdengar disepanjang perjalanan mereka. Mereka berdua berjalan perlahan seolah sambil ingin menikmati indahnya malam ini. Malam yang tak biasanya mereka lalui berdua, namun kini hanya ada mereka berdua saja. Hanya ada Sivia dan Rio saja.
“Yo kita mau kemana sih?” Sivia mencoba membuka topic pembicaraan pada saat itu. Ia merasa agak bosan bila harus berdiam diri terus tanpa ia tahu kemana Rio akan berjalan.
“Udah lo tenang aja, gue punya sesuatu yang special buat elo” Rio menjawab pertanyaan sivia dengan tersenyum, muka Sivia terlihat langsung merah merona ia sepertinya speechless dengan kata kata Rio barusan. Kemudian ia langsung mengikuti langkah kaki Rio tersebut. Entah kemana Rio akan membawanya malam itu.
“Sudah sampai” Ucap Rio kemudian ia menatap Sivia. Kemudian Sivia menengok ke sekeliling tempat itu. Sebuah taman yang sudah dihiasi oleh banyak lilin yang sudah diatur agar berbentuk love. Sivia menatap tempat itu dengan terkagum, ia melihat kea rah Rio namun Rio tak ada disampingnya. Ia panic ia melihat kesekelilingnya namun tak ada siapa siap. Sivia terdiam di tempat itu selang beberapa saat Rio datang dan ia membawa gitar dan sebuah untaian bunga. Ia lalu memandang Sivia sekilas dan kemudian ia memainkan gitarnya itu.

“Sivia lagu ini gue nyanyikan untuk elo vi, khusus untuk elo dari dalam hatiku ini, gue harap lo suka ya vi”
Sivia kemudian focus dengan apa yang dilihatnya. Ia masih tak percaya saat ini mala mini juga Rio akan bernyanyi dihadapannya. Ia tak menyangka Rio akan melakukan hal ini disaat Sivia sudah mulai berusaha untuk melupakannya dan melupakan perasaannya kepada pria dambaannya tersebut.
Rio mulai memainkan gitaranya terdengar suara alunan gitar dan Rio mulai bernyanyi.
Dua musim telah berlalu
Cukup banyak hari yg telah kita lalui
Tak ada sedikit pun jua
Mampu mengusik rasa bosanku

Saat kita tertawa berdua
Juga kala kita menangis bersama
Menjadi kenangan indah
Yang tak mungkin dapat kulupakan

Tak bisa aku ingkari
Arti hadirmu disini
Slalu menemani walau aku jatuh
Hadapi sgala rintangan
Apapun aku mampu
Jika bersamamu

Saat kita tertawa berdua
Juga kala kita menangis bersama
Menjadi kenangan indah
Yang tak mungkin dapat kulupakan

Tak bisa aku ingkari
Arti hadirmu disini
Slalu menemani walau aku jatuh
Hadapi sgala rintangan
Apapun aku mampu
Jika bersamamu
Rio selesai bernyanyi kemudian ia berjalan mendekat kearah Sivia. Ia menaruh gitarnya kembali kemudian ia mengambil bunga yang ditaruh didekatnya. Ia lalu berlutut dihadapan sivia dan memandang Sivia dengan tatapan yang sangat sendu. Matanya membuat Sivia terpana Sivia tak mampu lagi berkata kata namun ia harus tetap memberanikan dirinya untuk menatap Rio.
“Via gue tahu selama ini mungkin selama ini gue agak sedikit kasar ke elo, gue sering ngelarang elo main sama adek gue, gue tahu itu terlalu berlebihan tapi itu gue lakuin karena gue malu gue nggak kaya yang lainnya yang selalu berkelimpahan dengan materi. Gue gak tahu apakah itu juga berpengaruh terhadap perasaan elo ke gue. Tapi asal lo tahu sebenernya gue diam diam menyimpan perasaan ini ke elo dari dulu bahkan sudah lama perasaan ini gue pendam, tapi gue takut ngungkapinnya. Gue gak berani ngungkapin ini semua ke elo, karena gue nyadar gue siapa dan elo juga siapa. Gue belom siap saat itu untuk nembak lo. Tapi kali ini gue gak mau elo sampai berpaling dari gue. Gue sadar semakin lama gue menyimpan perasaan ini semakin besar pula rasa sayang gue ke elo itu akan bertambah dan makin bertambah.”
“Oleh karena itu Vi, tolong ijini gue untuk memasuki ruang hatimu. Biarpun gue nggak selalu bisa memenuhi keinginan lo dari materi tapi gue akan selalu berusaha untuk membahagiakan loe sebisa aku. Cuman elo yang bisa bikin gue nyaman vi. Gue sadar vi, mungkin tanpa elo yang selalu ada menghibur gue disini menyemangati gue, gue gak akan bisa bertahan sampai sekarang.  Sivia gue sayang sama elo, elo mau kan jadi pacar gue?”   Tanya Rio masih dengan menatap Sivia.
Sivia menatap Rio kemudian ia memegang bunga dari Rio dan tersenyum pada Rio.
“Yo, gue udah lama nunggu ini. Gue nerima lo apa adanya kok gak peduli apa status lo, bagaimana kehidupan lo. Dari dulu gue juga sama kaya elo gue juga udah lama nyimpen perasaan ini ke elo, gue hanya bisa menunggu pernyataan ini dari elo. Gue selalu sayang sama elo Yo” Ucap sivia.
“Vi, gue akan berusaha menjadi kekasih yang terbaik buat elo” Ucap Rio
Kemudian Rio tersenyum pada Sivia dan memeluknya.  Sivia merasa perasaan yang selama ini ia pendam akhirnya tidak sia sia. Sekarang Rio telah menjadi kekasihnya, Sivia kembali tersenyum pada Rio, Rio juga tersenyum pada Sivia. Mereka menikmati malam itu dengan dihiasi dengan perasaan bahagia.

Ify terlihat sibuk dengan novel bacaannya yang terlihat cukup tebal entah berapa kali Cakka mendengar suara lembar demi lembar sudah Ify balik. Cakka masih terlihat menatap jam sudah berapa lama mereka menunggu Alvin. Alvin sering pulang malam karena ia harus beberapa kali check up ke rumah sakit. Ketika mereka menawarkan untuk menemaninya dirumah sakit Alvin selalu menolak. Ia mengatakan bahwa ia tidak apa apa dan teman temannya tak perlu menemaninya. Alvin mengatakan bahwa ini akan merepotkan mereka. Namun sudah berapa kali Cakka dkk meyakinkan Alvin bahwa mereka tidak merasa direpotkan dan Alvin tetap menolak dengan halus.  Terdengar suara bel dari pintu rumah Alvin, Ify langsung pergi berlari ke depan pintu berharap ia bisa melihat Alvin kembali.
“Alvinnnn” Ucap ify sambil membuka pintunya namun ternyata yang didepan Ify terlihat bukan Alvin
“ Hai fy, gue bukan Alvin” Ucapnya sambil memasang senyuman lebar
“Ray ngapain lo kesini? Bukannya tadi elo bilang lo di café, “ Tanya Ify
“Iya tapi gue bosen disana trus kesini deh. Hehe Alvin mana?” Ucap Ray
“ Belom pulang, “ Ucap Ify kemudian berjalan kembali menuju ruang tengah. Ray mengikuti Ify kemudian ia menyamber sebuah ponsel yang sedang dipegang oleh Cakka.
“Ray kembaliin sini gak” Cakka berusaha mengambil ponselnya itu
“Wahaha lo lagi liat liat apa nih KKa? Foto siapa nih, Tunggu inikan foto Shilla” Ray diam dan ia kemudian mengamati foto itu. Ify kemudian mengambil  ponsel yang sedang dipegang oleh Ray itu dan melihatnya sedangkan Cakka ia sepertinya sudah pasrah.
“Loe suka sama Shilla” Tanya Ify dan Cakka langsung mengangguk lemas. Ray hanya bisa tak percaya mendengarnya. Bukan karena ia suka atau cemburu namun ia telah mendengar curhatan seseorang mengenai perasaaan orang itu ke Shilla juga. Cakka kemudian mengambil ponselnya dari tangan Ify kemudian ia duduk kembali di sofa itu.
“Sejak kapan kka? Jadi itu bener?” Tanya Ify
“Bener apanya Fy? Emang ada gossip tentang gue suka sama shilla gitu?” Tanya cakka kembali
“Enggak sih, cuman pas di kantin kemarin elo kan pedekate gue kira yah gitu. Tapi sejak kapan kka? ” Tanya ify
“Ya gitu deh vi, gue susah ngelupain dia sejak dia marah marah sama Alvin dulu, wajahnya selalu muncul di pikiran gue apalagi sejak gue bertemu dengan dia sepulang sekolah lalu. Gue jadi semakin sadar bahwa gue udah mulai suka sama dia Fy “ jelas cakka
“Gak bisa” Tiba tiba Ray menyela. Cakka dan Ify menatap Ray dengan heran
“Kenapa Ray? Elo juga suka sama Shilla?” Tanya Cakka
“Bukan bukan itu maksud gur, maksud gue itu lo sama dia nggak cocok” Ucap Ray dengan terbata bata
“Apaan deh lo, yah siapa tau aja mereka cocok. Aneh banget deh lo” Ucap Ify
“Tenang Ray gue yakin kali ini pilihan gue pas. Gue yakin dia memang ditakdirkan buat gue” Ucap cakka. Ray hanya bisa mendengus dan kembali duduk terdiam melihat Cakka dan Ify yang masih mengobrol
“Owh. Trus elo udah pedekate yang lebih dekat lagi belom” Tanya ify sambil duduk disamping Ray
“Belom sih, elo kan temennya gue masih belom kenal dia secara lebih dekat. bantuin gue yah Fy, plis” Pinta Cakka, ify berpikir sejenak dan ia hanya mengangguk saja kemudian melanjutkan kembali dengan novel yang ia baca dari tadi.
“Cakka suka sama Shilla?Wah padahal gue pengen comblangin Alvin dan Shilla. Eh kok malah cakka yang naksir sih. Gagal deh rencana gue” Batin Ify

“Alvin kamu tahu kan tentang penyakit kamu ini. Saya harap kamu bisa lebih menjaga kesehatan kamu. Ini resepnya. Tolong ingat pesan saya tadi itu” Ucap sang dokter sambil memberikan resep yang sudah ia tulis kepada Alvin, pasiennya tersebut
“Terimakasih yah dok, saya janji akan menjaga kesehatan saya. Sekali lagi saya berterimakasih ya dok, saya juga pamit permisi mau pulang” Ucap Alvin sambil berdiri dari kursinya itu. Dan dokter itu juga berdiri kemudian mereka berdua berjabat tangan.
Setelah keluar dari pintu ia langsung bersender di dinding rumah sakit itu. Ia menatap resep yang dokter itu berikan kemudian ia mengingat kembali percakapannya dengan dokter itu tadi. Namun ia tak ma uterus memikirkannya ia kemudian bergegas meninggalkan rumah sakit itu untuk kembali lagi kerumah.
Kritik & Saran mention @Quotesshivers yah!


No comments:

Post a Comment