Sunday, August 4, 2013

Cerpen - Pohon Cinta


Pohon  Cinta
A short story from Quotesshivers

Pohon ini adalah ibarat lambang cinta kita. Pada saat ia masih muda ia masih lemah, saat beranjak dewasa ia sudah mulai kokoh. Pohon inilah yang ikut menjadi saksi cerita kita. Pohon yang mempertemukan kita pada suatu hal. Hal yang akan membawa kita untuk merangkai sebuah cerita, cerita antara aku dan kamu. Cerita tentang masa indah kita dan cerita tentang kesedihan kita. Pohon ini terlalu banyak memberi kenangan yang begitu mendalam pada kita. Aku berharap pohon ini akan hidup sampai bertahun tahun. Seperti aku dan kamu yang akan selalu bersama sampai kapanpun.
“Dasar anak gak tau diuntung, kamu ini kerjanya membantah terus, mau kamu itu apa?” Teriak seorang lelaki paruh baya itu kepada anak lelakinya
“Pa sudah puaskah memarahi aku seperti itu? Sekarang aku mau keluar daripada harus mendengar ocehan papa terus” Ucap anak lelaki itu sambil meninggalkan lelaki paruh baya itu yang terlihat sedang menceramahinya. Lelaki paruh baya itu hanya bisa melihat kelakuan anak lelakinya tersebut dengan geram namun ia tak dapat berbuat apa apa lagi percuma saja ia menasehatinya terus meneruh namun anaknya tidak pernah peduli padanya.
 Langkahku terhenti didepan sebuah rumah yang terletak tidak jauh dari rumahku . Selama beberapa akhir  ini ketika Aku lewat depan rumah ini Aku sering mendengar samar samar seperti suara orang yang sedang bertengkar namun aku tidak mau ikut campur. Aku hanya bisa melihat rumah ini dari luar saja dan seakan akan bertanya pada diriku sendiri apakah aku harus masuk untuk melihatnya. Namun niatku itu kupendam dalam dalam agar Aku tidak ingin dianggap seperti orang yang sok tahu. Kemudian aku kembali menatap gerbang rumah yang berada didepanku ini sudah tidak terdengar suara lagi. Ketika aku hendak memalingkan badan untuk segera beranjak pergi dari situ tiba tiba keluar seorang pria yang  tak asing. Aku tidak mengenalnya terlalu jauh. Kemudian Dia menatapku sejenak. Akupun menatapnya. Aku melihatnya. Perasaan itu kembali membututiku. Namun ketika aku melihat tatapan matanya itu terlihat menjanggal dihatiku. Diapun kemudian pergi.  Sedangkan mataku hanya bisa mengikuti arah langkahnya saja. Akupun tak mau terus berdiam diri mematung disitu Aku juga bergegas kembali kerumahku dengan perasaan mengganjal dihatiku.
“Kok makanannya cuman di lihat aja sih? Dimakan donk sayang” Mamaku yang tersadar bahwa aku dari tadi sedang melamun pun menepuk pundakku sambil bertanya perlahan
“Iya ma aku makan kok cuman hari ini shilla lagi diet jadi enggak makan banyak ma” Jawabku sambil tersenyum
“Kamu kenapa shilla? Lagi ada masalah ya?” Mamaku bertanya kembali
“Engga kok mah, shilla baik baik saja” Jawabku sambil terus memutar kembali ingatanku tentang lelaki tadi.


Esoknya aku berangkat lebih pagi dari biasanya. Hari ini aku kembali melewati rumah tersebut seperti biasanya namun ada suatu hal yang mengejutkanku terlihat dari kejauhan. Pria itu kini sedang di depan gerbang rumahnya dan ia sedang duduk diatas motornya. Melihat hal itu aku terus mempercepat langkahku. Aku melewatinya dengan tertunduk. Wajahku tak sanggup untuk melihatnya. Ketika aku terus berjalan dan terus mempercepat langkahku Aku mendengar suara motor yang seakan sedang mengikutiku. Suara motor itu terdengar sangat jelas dan semakin jelas. Aku pun terdiam, langkahku terhenti ketika melihat pria itu kini tepat berada didepanku. Ia masih berada diatas motornya. Kemudian ia membuka kaca helmnya dan menatapku sekilas.
“Elo mau kesekolah yah?” Ucapnya sambil menatapku
“I..i..ya…” Jawabku dengan terbata bata
“Gue anter ya” Balasnya dengan singkat namun cukup membuat aku kaget. Mukaku kembali memerah aku merasakan suatu getaran yang berbeda dari sebelumnya. Aku kembali memandanginya dengan mimic wajah seperti tidak percaya. Kemudian ia menawarkan helm ke tanganku. Aku hanya bisa melihatnya tak berkutik. Melihat hal itu ia kemudian langsung memakaikannya dikepalaku. Aku merasa sangat grogi dengan perlakuannya itu. Kemudian ia memberikan kode kearahku agar aku bergegas menaiki motornya. Akupun mengikuti kemauannnya. Kini aku pergi kesekolah bersama seorang pria yang tak ku kenal jelas tapi ia telah berhasil mengenal ruang hatiku.
“Makasih ya” Ucapku setelah aku sampai tepat di depan sekolahku. Kemudian aku melepaskan helm dari kepalaku dan berniat untuk mengembalikannya kepada pria itu.
“Udah pegang aja, lo pulang jam 1 kan? Nanti gue jemput lo disini jam 1” Ucapnya kemudian ia langsung pergi meninggalkanku. Aku masih terdiam dengan sikapnya tersebut.

“Itu tadi pacar baru lo ya shill?” Ucap ify membuyarkan lamunanku didalam kelas
“Yang mana?” Balasku
“Yang tadi yang nganterin lo itu, gak seru lo masa punya pacar kagak cerita ke gue” Ucapnya kembali
“Bukan kok”
“Lah terus tadi itu kenapa bisa nganterin lo?” Tanyanya dengan heran
“Gue juga gak tahu fy, gue aja nggak kenal sama dia” Balasku sambil menatap arah depanku.
“Mungkin dia suka kali sama elo” Jawab ify yang membuatku menoleh padanya
“Suka? Nggak mungkin” Balasku kemudian aku kembali dengan lamunanku.

Ucapannya memang benar, selesai pulang sekolah aku melihatnya sudah didepan gerbang sekolah kemudian aku menghampirinya. Aku ingin sekali menolak ajakannya kali ini namun ia sudah menghidupkan kembali mesin motornya itu dan kemudian memberikanku sebuah kode untuk segera naik. Mau tak mau aku kemudian mengikuti kemauannya kembali. Selama di perjalanan kami terus diam.
Motor ini kini telah berhenti disebuah taman yang terletak agak jauh dari kota. Aku menatapnya heran dia masih membuka helmnya kemudian dia berjalan kearah taman itu
“Ini dimana? Kenapa lo bawa gue kesini” Ucapku dengan cepat mengikuti langkahnya.
“Tenang gue gak bakal ngapa ngapain elo kok, gue cowok baik baik” Balasnya
Gue hanya bisa lega mendengarnya. Setidaknya pikiran negative tentang cowok itu perlahan mulai lenyap dari pikiranku. Aku kembali mengikuti langkahnya, aku memandangi sekitar taman ini. Indah. Sangat indah. Aku belum pernah kesini sebelumnya. Kemudian aku melihat pria itu berhenti ia melihat ke sekitar taman sepertinya ia mencari tempat untuk berteduh. Awan kini sudah berubah menjadi berwarna agak kehitaman. Aku pun merasakan rintik hujan yang perlahan turun. Ia kemudian menggandeng tanganku. Kini aku dan dia berada di bawah sebuah pohon yang tidak terlalu besar. Diam hanya itu yang terjadi pada kami saat ini. Tanpa pembicaraan apapun dengan pikiran yang entah ada dimana saat ini.
“Sorry yah gue ngajak lo ketempat kaya gini” Ucapnya membuka sebuah pembicaraan
“Nggak apa apa kok, malah gue seneng kesini hawanya enak, pemandangannya juga bagus kok, makasih ya” Balasku dengan mencoba tersenyum kedia, Aku melihatnya tertunduk lemas. Aku tiba tiba menjadi khawatir dengannya.
“Elo kenapa? Sakit?” Ucapku sambil mencoba memegang keningnya. Kemudian Ia menatapku, aku merasa tersadar akan tatapannya kemudian melepaskan tanganku dari keningnya.
“Sorry gue nggak sengaja” Ucapku sambil tertunduk
“Lo itu gadis yang dari dulu gue suka” Ucapan itu terlontar dari mulut pria itu. Aku menoleh ke dia sejenak. Dia menoleh ke arahku juga. Aku tak percaya. Benar benar tak percaya ternyata perasaanku sama seperti perasaannya.
“Maksud lo? “ Tanyaku mencoba memastikan ucapannya itu
“Lo itu yang sering ngintipin kea rah rumah gue kan?” Ucapnya yang membuat gue geli. Aku malu mendengarnya. Aku tak menyangka dia mengetahui ulahku selama ini.
“Hehe lo kok bisa tau abis gue kadang suka penasaran kenapa sih kok dari rumah lo sering ada suara ribut”  Tanyaku padanya sambil tertawa sedikit
“Gue selalu bertengkar sama bokap gue. Bokap gue selalu pindah pindah rumah. Gue capek harus diatur kemana mana. Ia selalu mementingkan reputasinya daripada menghabiskan waktu bersama gue. Makanya gue sama bokap gue kaya gitu” Ia mencoba menjelaskan apa yang tadi aku tanyakan. Penjelasan yang tidak terlalu panjang namun aku sudah mengerti maksudnya. Jadi aku putuskan untuk tidak bertanya kembali aku takut akan membuatnya terlihat semakin sedih.
“Gue harap lo sabar yah, biar gimanapun itukan bokap lo” Jelasku padanya
“Thanks ya shill” Balasnya dengan mengucapkan namaku. Aku tambah heran dibuatnya
“Elo tau nama gue? Darimana?” Tanyaku kembali
“Rahasia mau tau aja lo” Ucapnya kembali
“Jahat ah elo. Gue aja kagak tau nama lo” Jawabku dengan cemberut
“Nih “ ucapnya menyodorkan KTPnya
“Haha culun banget sih foto KTP lo, liat nih KTP gue muka gue cantik kan” Ujarku sambil tertawa. Diapun ikut tersenyum. Kemudian hari itu aku menghabiskan waktu dengannya. Ternyata ia tak sedingin yang aku kira. Ia juga bisa mencair. Aku tersenyum melihatnya. Hari ini menjadi hari special sepertinya.
“Alvin”
“Yah?”
“Hati hati yah?”
“Iya elo juga ya langsung tidur, mimpiin gue kalo bisa” candanya
“Hahaaa, ya ntar gue mimpiin” candaku juga
“Besok gue jemput yah” Ucapnya kembali dan aku pun mengangguk. Ia kembali lagi kerumah dan aku kembali masuk kedalam rumah. Sampai didalam rumah aku hanya bisa tersenyum melihat Mama yang daritadi sudah tersenyum.
“Lain kali bawa masuk, kenalin sama mama” Ucap mama dan aku langsung memeluknya erat sambil tersenyum.
 Aku masih terus memikirkan kejadian hari ini. Sangat tak terduga sebelumnya.
@Quotesshivers
3 tahun kemudian
“Kenapa sih kita dibawah pohon ini terus? Kenapa nggak ketempat lain yang lebih gede? Ini mah Cuma bisa berdua doank vin” Ucapku sambil menggelar tikar kecil dibawah pohon yang selalu menjadi tempat favorit Alvin ketika kita mengunjungi taman ini
“Soalnya ini itu tempat aku pertama kali nembak kamu secara tidak sah, lagian bagus kan kalo kita selalu berdua jadi kita bisa bersama sama terus” Ucapnya kembali sambil tersenyum
“Iya juga sih kalo besar ntar kalo pacaran jadi gak seru Hahaaaa” Ucapku sambil tertawa kecil
“Eh ini pohon udah gede aja yah, padahal dulu masih berukuran sedang” Ucapku sambil melihat sekitar pohon tersebut dan memegang pohon itu
“Iya Shill, inikan ibarat kita dulu masih kecil sekarang udah gede kaya gini, saat kita masih muda kita masih lemah, saat beranjak dewasa kita sudah mulai kokoh haha” Jawab Alvin dan akupun geli akan ucapannya dan kemudian mencubit perut Alvin.
“Sakit tau” Ucapnya sambil mengelus perutnya itu
“Tapi enak kan dicubit sama yayangnya?” Candaku kembali. Alvin hanya membelai rambutku dan mencium keningku sambil tersenyum kemudian ia duduk di tikar yang sudai aku gerai sebelumnya. Sedangkan aku masih mempersiapkan makanan kecil dan minuman kecil yang sudah aku persiapkan dari rumah tadi.
Alvin kembali memainkan music di handphonenya. Aku menikmati hari  hari bersama Alvin. Dia selalu memperhatikanku. Dia seperti handphone bagiku dan aku adalah simcardnya.
“Gue ngantuk vin” Ucapku sambil mengganti ganti lagu yang ada di music player miliknya.
“Yaudah sini elo tidur di pangkuan gue aja” Ucapnya. Kemudian aku tidur  tiduran dipangkuannya. Dia menyandarkan badannya ke pohon.
“vin kenapa elo bisa suka sama gue?” Tanyaku kembali membuka pembicaraan
“Gue gak ingat. Yang jelas gue suka sama elo karena elo itu orang yang selalu gue lihat ketika gue datang dan pergi ke rumah gue” Jawabnya sambil melihat kearahku
“ Gue jadi malu vin” Balasku sambil mencoba memegang pipiku
“Elo kenapa suka sama gue? Padahal gue nggak pernah nyapa lo dan sebagainya?” Tanyanya juga
“Karena gue suka sama lo sejak pandangan pertama, entah kenapa pas gue ngeliat lo pindah ke perumahan gue perasaan gue berbeda. Gue pengen tau lo walaupun lo jutek. Gue pengen nyapa lo atau keluarga lo secara kita kan bertetangga tapi gue takut soalnya gue sering denger suara itu vin” Jelasku padanya
“Elo sayang kan sama gue vin?” Tanyaku kembali. Alvin kembali menatapku ia membelai wajahku dengan lembut. Kemudian Alvin memegang tanganku.
“Sampai kapanpun gue akan sayang sama elo” Jawabnya. Akupun tersenyum mendengarnya
“Gue mau kita bersama sampai kapanpun” Ucap Alvin kembali. Ia pun bangkit dari duduknya sehingga membuatku menegakkan badanku. Aku melihatnya mencari sesuatu kemudian ia kembali lagi dengan membawa suatu akar kecil yang tidak terlalu keras. Ia pun mencoba merangkai sesuatu dari akar  yang ia dapatkan.
“Gue nggak tahu ukuran tangan lo, tapi menurut gue ini muat die lo. Semoga ini jadi bukti keseriusan kita. Bukti keseriusan gue ke elo” Ucapnya sambil memberikan sebuah akar yang telah dia buat menyerupai cincin. Kemudian ia memasangkannya ditanganku. Aku terkejut melihatnya. Aku menatapnya. Terlihat ia masih melihat lihat cincin yang sekarang ia sudah kenakan di jari manis kiriku. Tak mau ketinggalan akupun mengambil sisa akar tersebut dan membuat cincin juga. Walaupun buatanku tidak sebagus buatannya ada rasa kecewa namun aku juga senang melihat ia tersenyum dan aku memasangkan ke jari manisnya juga.
“Buat gue elo itu cowok pertama yang mengisi hati gue, gue gak mau kehilangan elo, gue pengen sama elo terus. Gue harap lo nggak bakal ninggalin gue” Ucapku seraya menatapnya.
“Shill, Pohon ini menjadi saksi bukti cinta gue ke elo, gue sayang sama elo, gue gak akan pernah ninggali elo karena elo itu berharga banget buat gue. Gue tulus sayang sama elo. Gue pengen elo juga menjadi yang terakhir bagi gue. Gue gak mau hidup tanpa elo” Jelasnya
“Gue juga vin, Bagi gue elo adalah bagian hidup gue. Kalo elo gak ada gue gak tau harus bagaimana lagi. Gue sayang sama elo dan akan selalu sayang sama loe” Shilla memberi kecupan dipipi Alvin yang masih memandanginya itu.
“Pohon tolong jagalah hubungan kami ini, Jangan biarkan kami terpisah satu sama lain. Biarkan kami tetap menyatu sampai kapanpun” Shilla memohonkan permohonan didepan pohon tersebut
“Pohon elo menjadi saksi cerita gue. Gue yang dari dulu sendirian yang selalu cerita sama elo sampai sekarang gue yang membawa pasangan gue kesini. Gue harap hubungan gue akan selalu abadi” Ucap Alvin yang juga memohonkan permohonannya.
Aku melihatnya sambil tersenyum. Aku kembali mengukir namaku dan dia di pohon tersebut. Dan tersenyum kembali.
“Alvin & Shilla Forever Until End “
@Quotesshivers

6 tahun kemudian
“Shill, berhenti shill” Aku terus mendengar teriakan Alvin yang terus berlari mengejar mobilku.
Hari ini aku dan Mamaku memutuskan untuk pindah ke luar negeri. Sebenernya akulah yang memutuskannya karena aku tidak tahan melihat sikap Alvin yang berubah akhir akhir ini. Aku sering melihatnya pulang dengan wanita lain. Yang memakai busana terlalu minim. Aku tak suka melihatnya.  Alvin sudah berusaha menjelaskan padaku bahwa mereka adalah satu rekan kerja saja tidak lebih. Namun desas desus yang beredar mengatakan bahwa mereka sedang menjalin suatu hubungan gelap karena rasa penasaran akupun mencoba menyelidiki sendiri.
“Sayang masih mau nambah nggak minumnya?” Ucap seorang wanita yang terlihat tengah menggoda seorang pria yang terlihat lumayan mabok
“Boleh” Ucapnya kembali
“Ini sayang” Ucap wanita itu sambil memberikan satu gelas minuman beralkohol itu kembali. Namun karena pria tersebut mencoba bergerak dari tempatnya air dalam gelas itu pun tumpah kemudian wanita itu mencoba membersihkannya. Pria itupun melepaskan jas yang sedang ia kenakan.
Tanpa ia sadari Aku barusan datang dan melihat kejadian itu tepat didepan mataku. Aku tidak menyangka Alvin begitu padaku. Aku merasakan sakit hati yang amat sangat pedih rasanya. Alvin yang kemudian melihatku langsung mengejarku namun Aku terus menolak mendengar penjelasan dari Alvin. Aku pun bergegas langsung pulang dengan taksi Aku tak tahan jika harus berhadapan dengan situasi ini. Alvin berusaha mengejarku. Namun sayang laju taksi sudah cepat. Alvin lemas tertunduk. Ia menyesal. Sangat menyesal.
Gue gak mau melihat Alvin yang terus terusan mengejar mobil gue. Gue nggak ingin melihatnya lagi. Rasa sakit itu masih terasa di hatiku. Bahkan masih berbekas. Mungkin sakit hati akan sangat sulit terobati.
“Shill, kasian Alvin dia daritadi ngejar kamu, kamu nggak mau ngomong dulu sama dia” Ucap mama yang masih melihat Alvin mengejar mobilku dari kaca spion. Aku diam aku tak menjawab perkataan mama sama sekali. Aku tak tahu harus bagaimana. Aku merasa sedih untuk meninggalkan Alvin namun rasa sakitku masih terasa. Aku terus menatapnya. Dan tiba tiba aku mendengar suara keras dari belakang. Aku terkejut melihatnya. Keramaian langsung terjadi. Aku keluar dari mobil dan pergi kearahnya.
“Alvinnnnnnn!”
“Vin bangun vinnnn, gue gak mau elo kaya gini, vin bangun vin” Tangisku ketika melihat tubuh Alvin berpeluh darah. Ia tertabrak motor yang ada didepannya ketika ia hendak membelok. Aku hanya bisa menangis sambil memegangi kepalanya yang sudah memberikan bekas merah ditanganku
Hanya mondar mandir itulah yang aku lakukan dari tadi. Aku tak tahu harus bagaimana. Gelisah, cemas, khawatir ,takut mungkin perasaaan inilah yang dari tadi terus berada didalamku. Sudah berapa kali aku melihat jam ditanganku namun sepertinya jam itu berdetak sangat lambat. Aku tak tahan aku melemparkan jam tanganku itu kea rah lantai. Mama yang melihat keadaanku saat langsung memelukku ia berusaha untuk menenangkanku.
Kini pikiranku sudah tidak karuan. Aku menyesal dan sangat menyesal. Mungkin jika Aku berbicara baik baik dengannya untuk meluruskan masalah kami kejadian ini tidak akan terjadi. Namun benar kata peribahasa Nasi telah menjadi bubur. Itulah hal yang cocok dengan gambaranku sekarang. Aku terus menjambakki rambutku untuk mengutuk rasa bersalahku. Mamaku berusaha tetap menenangiku namun itu tidak terlalu berdampak padaku. Aku melihat Papa Alvin sedang diam. Sepertinya ia hendak menangis namun ia tidak bisa menangis entah apa yang ada dipikiran Papa Alvin saat ini. Aku kembali lagi melihat jam di dinding rumah sakit ini. Kemudian dokter dan beberapa perawat keluar dari kamar pasien ia mengatakan kondisi Alvin sangat lemah. Aku lemas mendengarnya. Kemudian aku berlari memasuki kamar tersebut. Aku tertunduk lemas kini melihat wajah Alvin yang pucat selama 6 tahun aku menjalin hubungan dengannya baru kali ini aku melihat wajahnya sepucat ini. Aku terus menangis disampingnya sambil menutup mukaku dengan kedua tanganku aku tak sanggup melihatnya.
“Shill”
Aku mendengar suara. Perlahan aku melihatnya. Ia tersenyum kepadaku. Aku tambah menangis dibuatnya.
“Elo jangan nangis gitu, gue gak mau lihat elo nangis, gue gak suka lihat elo nangis” Ucapnya dengan nada suara pelan
“Vin, maafin gue vin… gue yang salah..” Ucapku kembali
“Nggak kok elo gak salah wajar kalo elo marah ke gue” Ucapnya kembali
“Tapi vin..” Ucapku terhenti
“Udah sekarang temenin gue ke taman yah, tolong bawain tas gue itu yah” ucapnya sambil mencoba terbangun namun kondisinya masih lemah.
“Tapi vin… “
“Nggak ada tapi tapian”
Akhirnya dengan ijin yang sangat susah pihak rumah sakit memperbolehkan mereka pergi. Mama mengantar mereka berdua sampai ke taman dan meninggalkan mereka ditaman.
“Shill, elo masih inget ini kan” Ucap Alvin sambil menunjukkan cincin akar yang ia buat yang selalu ia kenakan di tangannya.
“Ia gue juga masih make cincin itu kok” Ucapnya menunjukkan cincin itu
“Waktu itu gue dipecat shill, maka dari itu gue stress dan tertekan karena saat itu gue pengen ngelamar elo, gue malah dipecat.  Uang gaji gue terakhir gak nyukup untuk bikin acara lamaran ke elo dan akhirnya gue hanya bisa beli ini ke elo. Walaupun akhirnya elo salah paham dan bikin gue jadi bingung bagaimana cara menyampaikannya ke elo” Ucap Alvin dengan nada lirih dan agak terbata bata sambil mengambil sebuah kotak merah dari dalam tasnya dan membukakannya ke depanku
“Alvin..” Ucapku tak percaya. Aku menangis mendengarnya dan melihat cincin asli didepanku. Aku kini merasa sangat bersalah. Aku sangat menyesal dengan yang kulakukan selama ini. Aku sangat menyesal karena tidak mendengar alasannya terlebih dahulu. Kini airmataku terus mengalir membasahi pipiku.
“ Kok nangis sih, sekarang tangan lo sini” Ucapnya sambil memegang tanganku dan melepaskan cincin akar tersebut
“Dengan ini gue Alvin seius untuk menjalin hubungan dengan shilla dan Shilla akan gue jadiin sebagai pendamping hidup gue” Ucapnya sambil berjanji didepan pohon ini. Kemudian ia memakaikan cincin tersebut di jari manisku. Dia tersenyum sambil menangis ke arahku. Aku pun menangis kembali dan memegang tangannya dan mengambil cincin yang tersisa.
“ Gue Shilla akan selalu menyayangi Alvin, gue akan selalu mendampingi dia kapanpun. Gue gak mau kehilangan dia lagi” Tangisku sambil melepaskan cincin akar itu dan menggantinya dengan cincin asli. Aku tersenyum melihatnya. Dia tersenyum melihatku. Aku memeluknya. Aku merasa nyaman berada dalam pelukannya. Alvin juga membalas pelukanku. Ia memelukku dengan erat seolah tak ingin lepas kembali
“Aku akan selamanya sayang sama elo shill” Ucap Alvin kemudian ia memegangi kepalanya yang terasa semakin sakit dan jantungnya terasa sesak.
Tiba tiba Alvin terjatuh..
Aku terus menangis. Menangisinya. Aku mencoba memegang denyut nadi dan mencoba merasakan getaran jantung Alvin namun tiada hasil. Aku lemas jatuh tak berdaya. Aku mencoba membangunkannya Aku menggoyangkan pundaknya Aku memegang tangannya namun apa yang aku lakukan tak ada gunanya. Tak ada hembusan nafas yang aku dengar dan aku rasakan. Seketika jantungku terasa sakit. Aku merasa tidak sanggup lagi untuk bergerak.
“Vin, lo janji ngga akan ninggalin gue, tapi kenapa elo ngingkari janji elo itu”
“Vin bangun vin, gue tau elo lagi pura pura tidur kan? Vin bangun..”
“Vin, plis vin gue pengen kita kaya dulu lagi gue masih pengen bersama elo”
“Vin……”
Suaraku, tangisku tak ada gunanya lagi. Akupun mencoba mencari sesuatu dari tas yang dibawa Alvin. Aku menemukan suatu benda. Benda yang akan mengubah segalanya.
“Vin, kita pernah janji kan bahwa kita akan bersama, elo dan gue akan tetap menjadi pasangan yang abadi”
“Vin, gue gak bisa hidup tanpa loe lagi. Elo bilang kan kalo gue itu pendamping hidup lo. Itu berarti gue juga harus dampingin elo kapanpun. Vin gue sayang sama elo”
…..

Kini hanya ada hembusan angin yang terdengar mengantarkan kepergian dua insan tersebut. Cinta itu memang buta. Mungkin tanpa sadar kita melakukan hal yang sangat diluar dugaan demi cinta. Apapun bisa terjadi jika cinta telah datang. Bahkan mengubah hidupmu sekalipun.

END

@Quotesshivers




No comments:

Post a Comment