Sebuah cerita persembahan dari
Quotesshivers.blogspot.com
Menyesal
Kenapa kita hanya bersama untuk sementara?
Jika aku tahu ini akhirnya aku akan
memilihmu dari pertama.
Namun ini sudah terlambat.
Aku hanya bisa menatap kepergianmu dengan
air mataku.
Air mata penyesalan.
Shilla masih diam dan sibuk dengan sejuta angan yang ia
simpan di pikirannya. Butir butir air matanya perlahan lahan membasahi pipinya.
Kedua telapak tangannya ia gunakan segera untuk menutupi mukanya dari pandangan
orang orang yang melihatnya.
“Ini”
Shilla melirik sebuah saputangan yang disodorkan
kepadanya. Perlahan ia mengusap air matanya menggunakan sapu tangan itu.
setelah ia merasa agak membaik ia memberanikan diri menoleh kepada seseorang
yang telah memberinya sebuah saputangan itu.
“Thank ya, saputangannya jadi basah deh”
Tunjuknya pada sapu tangan yang terlihat sudah sedikit berair. Pria itu menatap
sapu tangannya dan menatap shilla kembali.
“Elo kenapa lagi? Masih sering disakitin
sama dia?” Tanyanya kemudian. Shilla kemudian menggeleng pelan kemudian
tersenyum padanya.
“Dia nggak bermaksud kaya gitu kok, dia
hanya…”
“Hanya apa? Dia hanya
gila?”
Shilla menatap kea rah lelaki yang disampingnya itu
dengan tatapan tajam. Kemudian ia meninggalkan laki laki itu sendiri disitu.
Lelaki itu hanya bisa melihat shilla yang meninggalkannya kembali. Selang
beberapa saat ia memegangi kepalanya yang ia rasa membuat dirinya pusing akhir
akhir ini.
-QS-
“Shill, lo tau nggak gue lihat dengan mata kepala gue
sendiri kalo Riko itu main cewek loh kemarin” Sapa seseorang yang bertemu
dengan shilla
“Main cewek?” Shilla menatap orang itu
dengan penuh pertanyaan
“Masa elo nggak tahu sih, kan dia udah
terkenal di situ”
“Maksud kalian apa sih? Gue nggak ngerti?”
Tanya Shilla
“Ini alamatnya, gue saranin lebih baik elo
nggak kesini. Tapi kalo lo mau buktiin ya silahkan”
Ucap orang itu seraya meninggalkan shilla dengan secarik kertas yang berisikan
sebuah alamat. Tanpa piker panjang shilla menelepon seseorang yang sudah ia
kenal sebelumnya.
“Vi, ini gue shilla. Ntar gue nggak masuk, tolong
ijinin gue yah”
Klik. Shilla langsung menutup pembicaraannya dengan
temannya itu setelah itu ia langsung berjalan menuju pintu gerbang dan mencari
taksi.
Shilla berjalan seorang diri disini, banyak mata yang
melihatnya sinis, ada yang bersiul saat ia melewati orang orang yang disitu
secara perlahan. Ia terus berjalan mencari orang yang ia cari.
“Shill, elo ngapain disini?”
“Cakka?”
“Iya elo ngapain ditempat ginian?”
“Ini tempat apa kka?”
“Tempat yg gak baik buat elo, dan buat
kita”
“Elo sendiri ngapain disini?”
“Gue ngikutin elo sejak elo ninggalin
kampus. Elo mau nyari Riko? “
“Darimana lo tahu?”
“Semua orang juga udah tahu kalo Riko itu
suka main ginian, malah dia sempet ngajak teman teman gue terjerumus di lembah
hitam ini. Dengan iming iming gratis saat pertama kali.”
“Gue nggak ngerti maksud lo deh”
“Ikut gue supaya elo sadar kalo Riko itu
nggak baik”
Shilla menuruti perkataan Cakka, entah apa yang membuat
dirinya percaya dengan kata kata cakka pada saat itu juga. Yang ia butuhkan
adalah bukti bahwa apa yang dikatakan cakka dan orang orang itu benar atau
tidak.
Cakka memberhentikan langkahnya, begitu juga dengan
shilla yang kaget saat cakka berhenti. Kemudian ia tersadar saat cakka menunjuk
seseorang. Seseorang yang ia kenal dan seseorang yang ia cari.
“Riko”
Shilla hanya bisa menatap Riko dari kejauhan. Ia
melihat Riko diapit oleh dua orang perempuan yang sangat sexy. Kemudian ia
melihat begitu banyak minuman keras yang ada diatas mejanya dan beberapa obat
obatan terlarang. Shilla menatap itu tak percaya. Cakka langsung membawanya
pergi dari tempat itu.
-QS-
Shilla terus menangis di pelukan Cakka. Ia merasa bahwa
ia adalah seorang gadis yang bodoh yang percaya pada Rio dan tak percaya pada
perkataan orang orang disekitarnya yang selama ini sudah memperingatkannya
beberapa kali.
“Sampai kapan elo mau nangis kaya gini
terus?”
Shilla menoleh kea rah Cakka, Cakka melihat mata shilla
yang memerah dan penuh dengan penyesalan. Diusapnya air mata yang berada dipipi
shilla dengan lembut.
“Kka, kemarin gue nungguin elo di taman
tapi elo kok nggak datang sih?” Tanya shilla saat ia dan
cakka sedang bersama menikmati makan siangnya di kantin kampus.
Sudah tiga bulan berlalu semenjak kejadian itu Shilla
semakin dekat dengan Cakka. Cakka yang selama ini berusaha membuat shilla
bangkit dari keterpurukannya. Cakka yang selalu membuatnya tertawa. Cakka yang
selalu member perhatian pada shilla. Membuat shilla merasa nyaman dengan pria
ini.
“Sorry shil, kemarin gue ada acara
mendadak” Ucapnya sambil tersenyum. Shilla hanya cemberut
mendengar balasan dari Cakka. Cakka hanya bisa mengacak acak rambut shilla yang
membuat shilla memanyunkan bibir merahnya itu.
-QS-
Shilla mencari Cakka kekelasnya kembali. Sudah tiga
hari ini dia tak melihat Cakka. Ia merasa dirinya merindukkan sosok lelaki yang
sering menemaninya itu.
“Permisi gue mau Tanya Cakka yang anak
Otomotif dimana yah?” Tanyanya
“ Gue nggak tahu tuh, elo bukannya
pacarnya? Harusnya elo yang tahu dong dari gue?”
Balas orang itu
Shilla diam mendengar perkataan orang itu. Ia hanya
berpikir apakah hubungannya dengan Cakka selama ini telah membuat beberapa
orang menganggap mereka menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih. Shilla
hanya mendengus kesal. Hatinya benar benar gelisah. Ia tak tahu lagi harus
bagaimana. Jujur ia merindukan Cakka. Pria itu membuatnya merasa kesepian.
“Shill,” Sivia menepuk pundaknya yang
membuat ia kaget
“Ada apa?”
“Lo udah tahu tentang Cakka?” Shilla merasa
kaget saat mendengar nama cakka disebut
“Emang Cakka kenapa vi?’
‘dia masuk rumah sakit dari beberapa hari
yang lalu’
‘emang dia sakit apa?’
‘dia sakit kanker shil udah stadium akhir.
Elo nggak tahu?”
Tubuh shilla lemas tak berdaya mendengar ucapan sivia.
Ia menatapi dirinya yang sama sekali tak tahu menahu mengenai penyakit cakka
itu. Seketika pandangannya kabur. Hitam hanya itu gambaran yang ada saat itu.
Shilla berlari menuju ruang yang diberitahu oleh sivia
tadi. Shilla hanya bisa melihat kedua orang tua cakka disitu mereka terlihat
sedih. Shilla menghampiri mereka kemudian ia hanya bisa melihat pintu kamar
Cakka. Mama Cakka menghampiri Shilla sambil memeluknya.
“Cakka sudah nggak ada”
Ucapnya pelan.
Tubuh shilla semakin lemas mendengar perkataan Mama
Cakka itu. Ia menelan ludahnya kemudian ia membuka pintu kamar rumah sakit yang
dipakai cakka. Tubuhnya tak terlihat. Hanya kain putih yang terlihat menutupi
seluruh badan cakka. Ia membuka bagian yang menutupi kepala cakka. Shilla hanya
bisa menutup mulutnya dan membulatkan matanya seolah tak percaya dengan apa
yang ia lihat. Butir butir air mata shilla kini membasahi pipinya. Isak tangis
juga terdengar dari mulutnya itu.
Setelah semua orang meninggalkan pemakaman, shilla
masih terlihat berada disitu sambil memegangi nisan itu. Shilla mengambil surat yang diberi oleh Mama
Shilla tadi. Ia membuka surat itu dan membacanya secara perlahan.
“Dear Shilla
Hai Shill, Apa kabar? Lama nggak bertemu.
Gue kangen sama elo. Gue kangen denger celotehan lo. Gue kangen saat elo meluk
gue saat elo lagi nangis. Gue kangen semua yang ada pada elo.
Shill, Maafin gue yah. Gue nggak tahu apa
yang membuat gue merahasiakan penyakit gue ini sama elo. Gue cuman nggak mau
elo ninggalin gue disaat saat terakhir gue. Gue masih pengen menghabiskan waktu
gue sama elo. Karena gue sayang banget sama elo.
Maafin gue shill belum sempat ngungkapin
perasaan gue ke elo. Gue takut saat gue ngungkapin perasaan gue disitulah gue
akan ninggalin elo. Dan bikin elo semakin sedih. Gue nggak mau elo sedih lagi
kaya dulu.
Berjanjilah shill, elo nggak akan terus
menerus larut dalam kesedihan lo.
Gue sayang sama elo shill. Shill kalo emang
kita nggak ditakdirkan sekarang mungkin kita akan ditakdirkan saat kita sudah
berenkarnasi kembali. Dan disitulah kamu dan aku akan menjadi kita.
Shill, elo harus tetap semangat yah. Gue
akan selalu ada disisi lo saat elo ngebutuhin gue. Terimakasih karena elo udah
hadir dihidup gue dan memberi gue semangat untuk bertahan hidup lebih lama dari
seharusnya.
Salam sayang, Cakka.
Shilla larut dalam perasaannya kemudian ia memegangi
surat itu dalam pelukannya sambil
menatap nisan tersebut.
-End-
Kritik & Saran mention @Quotesshivers
Thankyou..
menyesal baru tahu keberadaan blog keren ini, haha..
ReplyDeletesalam kenal Shilla :)