Friday, October 18, 2013

Cerpen - Menyesal



Sebuah cerita persembahan dari Quotesshivers.blogspot.com
Menyesal




Kenapa kita hanya bersama untuk sementara?
Jika aku tahu ini akhirnya aku akan memilihmu dari pertama.
Namun ini sudah terlambat.
Aku hanya bisa menatap kepergianmu dengan air mataku.
Air mata penyesalan.

Shilla masih diam dan sibuk dengan sejuta angan yang ia simpan di pikirannya. Butir butir air matanya perlahan lahan membasahi pipinya. Kedua telapak tangannya ia gunakan segera untuk menutupi mukanya dari pandangan orang orang yang melihatnya.
“Ini”
Shilla melirik sebuah saputangan yang disodorkan kepadanya. Perlahan ia mengusap air matanya menggunakan sapu tangan itu. setelah ia merasa agak membaik ia memberanikan diri menoleh kepada seseorang yang telah memberinya sebuah saputangan itu.
“Thank ya, saputangannya jadi basah deh” Tunjuknya pada sapu tangan yang terlihat sudah sedikit berair. Pria itu menatap sapu tangannya dan menatap shilla kembali.
“Elo kenapa lagi? Masih sering disakitin sama dia?” Tanyanya kemudian. Shilla kemudian menggeleng pelan kemudian tersenyum padanya.
“Dia nggak bermaksud kaya gitu kok, dia hanya…”
“Hanya apa? Dia hanya gila?”             
Shilla menatap kea rah lelaki yang disampingnya itu dengan tatapan tajam. Kemudian ia meninggalkan laki laki itu sendiri disitu. Lelaki itu hanya bisa melihat shilla yang meninggalkannya kembali. Selang beberapa saat ia memegangi kepalanya yang ia rasa membuat dirinya pusing akhir akhir ini.

-QS-

“Shill, lo tau nggak gue lihat dengan mata kepala gue sendiri kalo Riko itu main cewek loh kemarin” Sapa seseorang yang bertemu dengan shilla
“Main cewek?” Shilla menatap orang itu dengan penuh pertanyaan
“Masa elo nggak tahu sih, kan dia udah terkenal di situ”
“Maksud kalian apa sih? Gue nggak ngerti?” Tanya Shilla
“Ini alamatnya, gue saranin lebih baik elo nggak kesini. Tapi kalo lo mau buktiin ya silahkan” Ucap orang itu seraya meninggalkan shilla dengan secarik kertas yang berisikan sebuah alamat. Tanpa piker panjang shilla menelepon seseorang yang sudah ia kenal sebelumnya.
“Vi, ini gue shilla. Ntar gue nggak masuk, tolong ijinin gue yah” 
Klik. Shilla langsung menutup pembicaraannya dengan temannya itu setelah itu ia langsung berjalan menuju pintu gerbang dan mencari taksi.
Shilla berjalan seorang diri disini, banyak mata yang melihatnya sinis, ada yang bersiul saat ia melewati orang orang yang disitu secara perlahan. Ia terus berjalan mencari orang yang ia cari.
“Shill, elo ngapain disini?”
“Cakka?”
“Iya elo ngapain ditempat ginian?”
“Ini tempat apa kka?”
“Tempat yg gak baik buat elo, dan buat kita”
“Elo sendiri ngapain disini?”
“Gue ngikutin elo sejak elo ninggalin kampus. Elo mau nyari Riko? “
“Darimana lo tahu?”
“Semua orang juga udah tahu kalo Riko itu suka main ginian, malah dia sempet ngajak teman teman gue terjerumus di lembah hitam ini. Dengan iming iming gratis saat pertama kali.”
“Gue nggak ngerti maksud lo deh”
“Ikut gue supaya elo sadar kalo Riko itu nggak baik”
Shilla menuruti perkataan Cakka, entah apa yang membuat dirinya percaya dengan kata kata cakka pada saat itu juga. Yang ia butuhkan adalah bukti bahwa apa yang dikatakan cakka dan orang orang itu benar atau tidak.
Cakka memberhentikan langkahnya, begitu juga dengan shilla yang kaget saat cakka berhenti. Kemudian ia tersadar saat cakka menunjuk seseorang. Seseorang yang ia kenal dan seseorang yang ia cari.
“Riko”
Shilla hanya bisa menatap Riko dari kejauhan. Ia melihat Riko diapit oleh dua orang perempuan yang sangat sexy. Kemudian ia melihat begitu banyak minuman keras yang ada diatas mejanya dan beberapa obat obatan terlarang. Shilla menatap itu tak percaya. Cakka langsung membawanya pergi dari tempat itu. 

-QS-

Shilla terus menangis di pelukan Cakka. Ia merasa bahwa ia adalah seorang gadis yang bodoh yang percaya pada Rio dan tak percaya pada perkataan orang orang disekitarnya yang selama ini sudah memperingatkannya beberapa kali.
“Sampai kapan elo mau nangis kaya gini terus?”
Shilla menoleh kea rah Cakka, Cakka melihat mata shilla yang memerah dan penuh dengan penyesalan. Diusapnya air mata yang berada dipipi shilla dengan lembut.
“Kka, kemarin gue nungguin elo di taman tapi elo kok nggak datang sih?” Tanya shilla saat ia dan cakka sedang bersama menikmati makan siangnya di kantin kampus.
Sudah tiga bulan berlalu semenjak kejadian itu Shilla semakin dekat dengan Cakka. Cakka yang selama ini berusaha membuat shilla bangkit dari keterpurukannya. Cakka yang selalu membuatnya tertawa. Cakka yang selalu member perhatian pada shilla. Membuat shilla merasa nyaman dengan pria ini.
“Sorry shil, kemarin gue ada acara mendadak” Ucapnya sambil tersenyum. Shilla hanya cemberut mendengar balasan dari Cakka. Cakka hanya bisa mengacak acak rambut shilla yang membuat shilla memanyunkan bibir merahnya itu.

-QS-

Shilla mencari Cakka kekelasnya kembali. Sudah tiga hari ini dia tak melihat Cakka. Ia merasa dirinya merindukkan sosok lelaki yang sering menemaninya itu.
“Permisi gue mau Tanya Cakka yang anak Otomotif dimana yah?” Tanyanya
“ Gue nggak tahu tuh, elo bukannya pacarnya? Harusnya elo yang tahu dong dari gue?” Balas orang itu
Shilla diam mendengar perkataan orang itu. Ia hanya berpikir apakah hubungannya dengan Cakka selama ini telah membuat beberapa orang menganggap mereka menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih. Shilla hanya mendengus kesal. Hatinya benar benar gelisah. Ia tak tahu lagi harus bagaimana. Jujur ia merindukan Cakka. Pria itu membuatnya merasa kesepian.


“Shill,” Sivia menepuk pundaknya yang membuat ia kaget
“Ada apa?”
“Lo udah tahu tentang Cakka?” Shilla merasa kaget saat mendengar nama cakka disebut
“Emang Cakka kenapa vi?’
‘dia masuk rumah sakit dari beberapa hari yang lalu’
‘emang dia sakit apa?’
‘dia sakit kanker shil udah stadium akhir. Elo nggak tahu?”
Tubuh shilla lemas tak berdaya mendengar ucapan sivia. Ia menatapi dirinya yang sama sekali tak tahu menahu mengenai penyakit cakka itu. Seketika pandangannya kabur. Hitam hanya itu gambaran yang ada saat itu.
Shilla berlari menuju ruang yang diberitahu oleh sivia tadi. Shilla hanya bisa melihat kedua orang tua cakka disitu mereka terlihat sedih. Shilla menghampiri mereka kemudian ia hanya bisa melihat pintu kamar Cakka. Mama Cakka menghampiri Shilla sambil memeluknya.
“Cakka sudah nggak ada” Ucapnya pelan.
Tubuh shilla semakin lemas mendengar perkataan Mama Cakka itu. Ia menelan ludahnya kemudian ia membuka pintu kamar rumah sakit yang dipakai cakka. Tubuhnya tak terlihat. Hanya kain putih yang terlihat menutupi seluruh badan cakka. Ia membuka bagian yang menutupi kepala cakka. Shilla hanya bisa menutup mulutnya dan membulatkan matanya seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat. Butir butir air mata shilla kini membasahi pipinya. Isak tangis juga terdengar dari mulutnya itu.
Setelah semua orang meninggalkan pemakaman, shilla masih terlihat berada disitu sambil memegangi nisan itu.  Shilla mengambil surat yang diberi oleh Mama Shilla tadi. Ia membuka surat itu dan membacanya secara perlahan.

“Dear Shilla
Hai Shill, Apa kabar? Lama nggak bertemu. Gue kangen sama elo. Gue kangen denger celotehan lo. Gue kangen saat elo meluk gue saat elo lagi nangis. Gue kangen semua yang ada pada elo.
Shill, Maafin gue yah. Gue nggak tahu apa yang membuat gue merahasiakan penyakit gue ini sama elo. Gue cuman nggak mau elo ninggalin gue disaat saat terakhir gue. Gue masih pengen menghabiskan waktu gue sama elo. Karena gue sayang banget sama elo.
Maafin gue shill belum sempat ngungkapin perasaan gue ke elo. Gue takut saat gue ngungkapin perasaan gue disitulah gue akan ninggalin elo. Dan bikin elo semakin sedih. Gue nggak mau elo sedih lagi kaya dulu.
Berjanjilah shill, elo nggak akan terus menerus larut dalam kesedihan lo.
Gue sayang sama elo shill. Shill kalo emang kita nggak ditakdirkan sekarang mungkin kita akan ditakdirkan saat kita sudah berenkarnasi kembali. Dan disitulah kamu dan aku akan menjadi kita.
Shill, elo harus tetap semangat yah. Gue akan selalu ada disisi lo saat elo ngebutuhin gue. Terimakasih karena elo udah hadir dihidup gue dan memberi gue semangat untuk bertahan hidup lebih lama dari seharusnya.
Salam sayang, Cakka.
Shilla larut dalam perasaannya kemudian ia memegangi surat itu dalam pelukannya  sambil menatap nisan tersebut.
-End-
Kritik & Saran mention @Quotesshivers
Thankyou..

1 comment:

  1. menyesal baru tahu keberadaan blog keren ini, haha..

    salam kenal Shilla :)

    ReplyDelete