WAITING LOVE
Part 2
Bel telah berbunyi itu artinya
pelajaran sekolah telah berakhir, terdengar suara teriakan kegembiraan kemudian
terlihat beberapa siswa berhamburan keluar kelas, saat itu Chelsea juga
terlihat sedang berjalan pulang sendirian ke luar gerbang ia melihat ada Rio
yang berdiri didepan pintu gerbang, kemudian Rio menarik tangan Chelsea dengan
kencang ke arah samping tidak peduli berapa mata yang menatap mereka berdua
pada saat itu. Rio tetap menarik tangan Chelsea kemudian melepaskannya dengan
kasar. Chelsea hanya menatapnya sinis kemudian memegangi tangannya yang sudah terlihat
berwarna kemerahan tersebut.
“Apa sih mau lo, kenapa lo tarik
tarik tangan gue” Teriak Chelsea
“Apa mau gue? Asal lo tahu ya gue
nggak akan ngelakuin ini kalo bukan elo yang mulai duluan” Balas Rio dengan
keras
“Gue yang mulai duluan? Maksudnya
apa?” Tanya Chelsea
“Halah, jangan pura pura nggak
tahu deh lo, gue tahu elo nggak suka kan sama Shilla. Terus elo yang ngurung
shilla dikamar mandi kan?” Teriak Rio, Chelsea pun semakin geram ia tak tahan
lagi. Ia pun langsung membuka mulutnya.
“IYA GUE YANG NGURUNG DIA KENAPA
EMANG. LOE MAU MARAH? TERUS ELO MAU NGAPAIN GUE HAH?” Kini suara teriakan
Chelsea makin keras dan seolah ia sangat marah
“Plak”
sebuah tamparan mendarat dipipi kiri
Chelsea, Chelsea memegangi pipinya itu kemudian ia melihat kedepannya. Orang
yang ada didepannya dan yang tadi menampar dirinya adalah Alvin. Chelsea hanya
melihat Alvin kemudian ia melihat Diva yang ada disamping Alvin juga.
“Kenapa elo ngelakuin ini sama
shilla? Shilla salah apa ke elo?” Tanya Alvin. Chelsea hanya menangis kemudian
ia menatap Alvin kembali
“Gue Tanya shilla salah apa ke
elo?” Teriak Alvin kembali dengan nada yang semakin keras,
“Asal kalian tahu, gue benci sama
shilla. Dia selalu dibanggain sedangkan gue selalu diabaikan. Gue benci dia”
Jelas Chelsea kemudian berlari meninggalkan mereka bertiga disitu. Alvin
melihat kearah telapak tangan kanannya dan menggenggam tangannya itu. Rio
kemudian menepuk pundaknya dan kemudian
ia berjalan menuju ruang kesehatan kembali. Divapun ikut mengikuti langkah kaki
Rio tersebut. Namun sesekali ia melihat kearah Chelsea pelan.
“Dok, bagaimana Shilla nggak
kenapa napa kan?” Tanya Mama Widya (Nama Ibu Alvin dkk)
“Ya sekarang kondisinya sudah
stabil kembali, mungkin tadi asmanya kambuh karena ia menggigil, ini resepnya
dan segera obatnya diminum secara teratur untuk mengembalikan kondisinya lebih
stabil kembali” Terang Dokter itu kemudian segera mengemasi peralatan kedokterannya
itu. Mama Wid terlihat sedih melihat kondisi putrinya itu berulang kali
tangannya terlihat menggenggam jari jari tangan putrinya itu dengan pelan dan
memandangi wajah putrinya itu.
“Udahlah ma, yang penting shilla
kan udah nggak apa apa sekarang” Ucap Papa Boy (Papa Alvin dkk) sambil mengelus
pundak istrinya itu dan berusaha menenangkannya.
“Pa, gimana mama bisa tenang kalo
mama tahu bahwa shilla dikurung dikamar mandi dan jadi kaya gini. Pokoknya kita
harus cari tahu anak yang mengurung shilla itu pah, mama nggak terima pokoknya”
ucap Mama Widya sambil memegangi tangan Shilla dengan lembut.
“iya papa juga nggak terima,
besok kita akan urus masalah ini setelah shilla mulai membaik” Jawab papa Boy
Sedikit demi sedikit terlihat mata shilla yang
sudah mulai terbuka, ia lalu menoleh kearah papa dan mamanya yang berada
didekatnya kemudian tersenyum kepada mereka juga.
“Shilla kamu nggak apa apa
sayang, yang mana yang masih sakit sayang” Tanya mamanya itu sambil mengelus
rambut shilla dengan pelan, shilla hanya tersenyum simpul memandang wajah mamanya
itu.
“Shilla nggak apa apa kok ma, mama
jangan terlalu khawatir gitu. Kan shilla anak mama yang kuat” Balas Shilla
sambil memegangi wajah mamanya yang terlihat begitu khawatir sedari tadi.
Mamanya pun membalasnya dengan senyuman dan memegang tangan shilla yang
mengelus wajahnya itu.
“Shilla, kamu udah sadar?”
Panggil Rio dari arah pintu, kemudian mereka melihat ke arah pintu yang
ternyata sudah ada Rio serta Diva disana. Dan Alvin dibelakang mereka. Mereka bertiga
langsung ke arah shilla dan shilla hanya tersenyum melihat ulah mereka
“Kak Shilla” Ucap Diva senang
sambil memeluk Shilla
“Iya diva sayang” Ucap shilla
sambil tersenyum pada Diva
“Shill, sebaiknya lo nggak usah
temenan sama Chelsea. Loe harus jauhin aja dia deh” Tiba tiba Rio langsung
mengatakan itu pada shilla, terlihat Mama Widya yang langsung menoleh kearah
Rio
“Maksud kamu apa Rio? Chelsea?
Siapa dia?” Tanya Mama Widya
“Chelsea itu temen sekelas ka
Shilla, dia juga saingan kak shilla, dan dia juga yang ngunci ka shilla
ditoilet sampai kak shilla kaya gini Mah” Ceplos Diva
“Apa? Ini nggak bisa dibiarin.
Kalau gitu biar papa yang akan mengatakan ini pada pihak sekolah agar Chelsea
dihukum kalau tidak ia harus dikeluarkan dari sekolah ini” Terang Papa Boy
“Iya pah, mama setuju mama mau
bertemu dengannya dan mama mau memarahinya” Ucap Mama Widya
“Pah Mah, sudah hentikan. Kalian
nggak usah ngelakuin hal itu. Shilla udah nggak apa apa kok” Ucap Shilla sambil
memandang kedua orang tuanya itu
“Tapi shill, dia berusaha
mencelakakanmu” Ujar Alvin dengan nada sedikit keras
“Iya tapi…” Tiba tiba ucapan
Shilla terpotong karena mamanya sudah terlihat meninggalkan ruangan kesehatan
diikuti oleh papanya itu. Shilla hanya mendengus kecewa.
“Udah kali ini lo harus ngikutin
kemauan papa mama” Ucap Rio pelan.
Shilla terlihat hanya lemas kembali dan berusaha agar ia bisa tidur kembali
untuk menenangkan pikirannya.
Kini Shilla sudah berada di
kamarnya kembali, ia menatap kesekeliling kamarnya. Ia kemudian mengambil
bonekanya dan memeluknya. Ia teringat dengan apa yang dengar di toilet sebelum
kejadian itu.
-Flashback-
Shilla masih di kamar mandi saat
ia hendak keluar dan membuka pintu ia mendengar ada suara pintu yang terbuka
secara keras tepatnya seperti ada seseorang yang mendobrak pintu itu secara
kasar. Shilla mengurungkan niatnya untuk membuka pintu. Ia diam sejenak dan
berusaha menunggu agar orang itu pergi, mungkin shilla berfikir jika ia keluar
sekarang orang itu akan terkejut dan merasa sangat malu. Namun setelah beberapa
menit ia mendengar suara tangis dari luar. Yah dari luar kamar mandi itu. Ingin
sekali Shilla keluar dan berusaha untuk menghibur orang itu namun niatnya harus
tertahan karena ia merasa mengetahui suara itu. Bahkan suara itu terdengar
beberapa kali menyebutkan namanya dengan kasar.
“Shilla, gue benci sama elo.
Kenapa semua harus elo” Teriak suara itu dengan isak tangisnya
“Kenapa gue harus miskin?kenapa
bukan elo aja sih shill yang miskin supaya elo bisa ngerasain gimana jadi gue,
gimana jadi orang yang selalu diabaikan”
“Gue benci elo shill, gue benci
eloooo” Teriak suara itu semakin keras dengan isak tangis yang semakin menjadi
jadi.
Rasanya shilla ingin menangis
mendengarnya. Bagaimana tidak ia mengetahui dengan jelas suara siapa itu.
Akhirnya lambat laun air mata shilla mulai terlihat membasahi pipi shilla,
shilla langsung menyalakan keran airnya untuk menutupi isak tangisnya juga.
Namun ternyata keran air itu membawa shilla seperti ini.
-End-
Shilla kembali termenung
dikamarnya, ia masih terlihat memikirkan kejadian tadi. Saat itu terdengar
ketukan dari luar pintu kamar shilla.
“Masuk” Ucap Shilla dari dalam
kamarnya
“Sayang kamu makan dulu yah,
setelah itu kamu harus minum obat supaya kamu cepat sembuh” Ucap Mama Wid yang
datang membawakan makan malam untuk Shilla, shilla terlihat menegakkan badannya
kemudian ia mengambil makanan itu dan mengulas senyum kepada Mamanya.
“Asyik Ayam bakar, makasih yah
ma” Ucap shilla sambil memasang muka imut pada mamanya itu
“Iya sayang, yang penting kamu
harus makan dengan teratur. Okay” Ucap mama Wid dengan mengelus kepala shilla
dengan lembut. Shilla langsung memegang tangan mamanya itu dan menaruhnya ke
pipi kanannya. Mamanya lalu mengelus pipi kanan shilla sambil tersenyum juga.
“Ma, shilla sayang sama mama deh”
Ucapnya pelan
Kemudian ia langsung mengambil
makanannya dan memakan makan malamnya itu dengan lahap. Mamanya hanya tersenyum
melihat putrinya itu.
Esoknya saat berangkat sekolah,
mereka terlihat masih kembali bersepeda kini Diva sudah memiliki sepeda baru
dan ia terlihat sangat senang menaiki sepedanya itu.
“Kak bantuin dong, jangan
dilepas” Teriak Diva saat Rio yang mencoba untuk melepaskan pegangannya di
stang sepeda diva
“Haha, katanya udah bisa naik
sepeda kok masih harus dipegangin” Ledek shilla yang berada diboncengan sepeda
Alvin
“Tau nih, lepasin aja tuh yo.
Biarin dia nangis deh dijalan” Alvinpun ikut meledek Diva sambil tertawa lepas
“Haha boleh nih, lepas nggak yah?
Takutnya ntar dia jatuh nangis deh” Ledek Rio sambil menjulurkan lidahnya pada
Diva. Diva terlihat kesal dengan perlakuan kakaknya yang sering meledeknya
karena sampai sekarang Diva belum mahir menggunakan sepeda.
“Ayo kak lepas, tapi pelan yah”
Teriak Diva
“Okeh” Ucap Rio sambil melepaskan
tangannya pada stang sepeda Diva secara perlahan
“Hore aku bisa kannn!” Teriak
Diva senang saat ia mengetahui bahwa ia bisa sedikit menunjukan perubahan dan
ia terlihat sudah agak bisa menaiki sepeda walaupun masih susah dalam mengontelnya.
“Ayo divaaaaa” Teriak Rio yang
bersepeda seolah ingin mendahuluinya. Diva pun terlihat tak mau kalah ia sangat
bersemangat mengayuh sepedanya itu.
Terlihat Diva yang sangat
bersemangat saat menaiki sepedanya menuju sekolahnya. Saking semangatnya ia tak
melihat ada gadis bersepeda yang berada didepannya itu.
“Bruk”
Terdengar suara tabrak antar
sepeda tepat didepan Shilla, Alvin dan Rio. Mereka bertiga langsung menghampiri
adik mereka itu. Dan mereka juga melihat siapa yang ditabrak oleh adik mereka
itu.
“Div, elo nggak apa apa kan?”
Ucap Shilla sambil membantu Diva untuk berdiri. Alvin terlihat membantu
mengambil sepeda diva kembali, Rio juga ikut melihat kondisi adiknya itu.
“Eh elo punya mata nggak sih,
udah tahu ada anak kecil masih aja lo tabrak” Teriak Alvin pada gadis
didepannya yang terlihat masih duduk sambil mengusap usap lukanya itu. Kemudian
gadis itu bangkit dan menoleh kearah mereka dan terkejut melihat siapa yang ada
didepan dia saat itu.
“Yah elo lagi, mau lo apa sih?
Kemarin Shilla, sekarang Diva, mau lo apa?” Teriak Rio dengan keras saat
mengetahui bahwa yang didepannya adalah Chelsea.
“Gue nggak tahu kalo ada adik lo,
lagian salah dia sendiri nggak bisa naik sepeda malah naik sepeda” Timpal
Chelsea membela diri.
“Enak aja, gue bisa naik sepeda,
lo aja kali yang nggak bisa naik sepeda” Balas Diva sambil mengejek
“Tuh, loe denger kan adik gue
bisa naik sepeda elonya aja yang selalu sirik sama kita” Ucap Rio
“Gue nggak pernah sirik sama
kalian” Tegas Chelsea
“Halah, bohong. Orang miskin mana
ada sih yang nggak iri sama orang yang selalu bahagia kaya kita” Balas Diva.
Chelsea menoleh kearah Diva dengan sinis kembali. Shilla hanya diam ia tak
ingin terlibat disini berlama lama apalagi dengan Chelsea. Ia masih sedikit
trauma akibat perlakuan Chelsea padanya itu.
“Ayo kak, div kita pergi aja,
bentar lagi juga mau masuk kan?” Ajak Shilla pada kedua kakaknya serta adiknya
itu. Diva langsung menaiki sepedanya kembali. Disusul oleh Alvin yang terlihat
membonceng Shilla, serta Rio yang berada disamping sepeda Diva seolah sedang
menuntun Diva. Mereka langsung meninggalkan Chelsea disitu tanpa mengajak
Chelsea, Chelsea hanya bisa menatap mereka dengan pandangan buruk. Kemudian ia
menoleh kearah ban sepedanya. Terlihat ban sepedanya bocor dan itu berarti
Chelsea sudah tak punya kendaraan untuk dipakainya berangkat ke sekolah pada
saat itu juga dan mau tak mau ia harus menuntun sepedanya ke sekolah. Padahal
perjalanan kesekolah masih lumayan cukup lama jika harus ditempuh dengan
berjalan kaki.
Bersambung…
Kritik dan saran mention ke
@Quotesshivers
ThankYouuuu
No comments:
Post a Comment