Sunday, September 15, 2013

Siblings Relationship (part 1)



“Aku atau Dia”

Koridor….

Kiara, seorang gadis cantik berpostur tubuh tinggi, langsing, dan warna kulit sawo matang sedang berjalan menyusuri koridor kelas, sesekali menyapa teman-temannya dan tersenyum. Kiara adalah cewek idaman cowok-cowok di SMA Tunas Bangsa. Walaupun Kiara sudah mempunyai pacar bernama Kenny, kapten basket. Tentu, mempunyai postur tubuh yang ideal, tinggi, berisi, dan berkulit putih. Kiara menghampiri Kenny “Selamat pagi, sayang.” Kecup bibir mendarat di kening Kenny. Kiara adalah cewek blesteran Belanda, jadi menurutnya hal ini tidak perlu di perdebatkan, menurutnya mencium dikening orang yang ia sayang adalah hal yang wajar. Ya, budaya Indonesia memang berbeda dengan di Belanda, tapi itu sudah menjadi kebiasaan Kiara. “Pulang sekolah nanti kamu mau kan temani aku untuk latihan basket?” tanya Kenny. Kiara mengingat-ingat kegiatannya hari ini “Maaf sayang, aku harus cari buku refrensi untuk kemajuan majalah sekolah kita.” Kiara sangat aktif dibidang jurnalistik sekolah, dia adalah kepala redaksi majalah SMA Tunas Bangsa. “Hm baiklah.”

Gramedia…

            Senja yang selalu melukiskan keindahan menemani perjalanan Kiara menuju Toko Buku Gramedia. Sesampai di Gramedia, ia memarkirkan motornya. Kakinya melangkah dengan lambat, ia masih saja menikmati senja. Di dalam sudah tersusun buku-buku yang rapi memasuki rak buku. Kiara adalah orang yang tidak ingin bertele-tele, ia segera mencari rak buku yang bertuliskan Majalah. Di sana ia mencari terbitan majalah baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Tangannya mengambil satu majalah dari luar negeri dan dalam negeri, lalu segera dia masukan pada tas Gramedia. Bukan Kiara namanya kalau ke Gramedia hanya pada satu tujuan saja, dia pasti mencari Novel. Ya, dia sangat tertarik dengan Novel. Kakinya melangkah dengan cepat untuk mencari novel. Kiara tertarik dengan Novel berjudul “Refrain” karya Winna Efendi. Lucu, unik, ada amplop birunya. Dia berniat untuk membeli novel yang saat ini ada ditangannya. Ketika ia ingin membalikan badan bahunya tidak sengaja menabrak seorang cowok, berkacamata, dan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi dan agak kurus. “Ups, sorry.” Kata Kiara pada cowok berkacamata. “No problem.” Katanya dengan tersenyum. Dari senyumannya terlihat lesung pipi yang membuatnya manis. Kiara membalas senyumannya. Sesaat Kiara memperhatikan matanya, sepertinya tidak asing lagi menatap matanya. “Hallo…” tangan cowok itu melambai-lambai dan menyadarkan Kiara. Entah berapa lama dia memperhatikan matanya. “Sorry.” Kata Kiara. “Tidak apa-apa. Kamu suka karya Winna Efendi?” tanya cowok didepannya sambil memperhatikan novel yang dari tadi Kiara pegang. “Ehm.. iya.” Jawabanya singkat. “Aku juga.” Timpal cowok itu tanpa ditanya. “Oh ya, namamu siapa?” tanya cowok berlesung pipi sambil mengulurkan tangannya. “Ooh.. hm.. aku.. Kiara.” Jawab Kiara terbata-bata dan membalas uluran tangannya. “Nama yang manis, semanis orangnya. Kenalin aku, Kevin.” Ternyata Kevin namanya
.
Paris Bakery….

            Kiara sangat suka tempat ini, arsitekturnya yang unik. Dinding yang dicat berwarna Pink dan Eiffel Tower menghiasi dinding tempat ini. Roti yang harum membuat Kiara betah berada disini. Kenny memang cowok yang romantis, dia selalu tahu tempat yang pantas untuk cewek yang dia sayangi. “Kamu suka tempat ini?” tanyanya sambil menatap Kiara. “Suka banget. Aku baru pertama kali lho ketempat ini.” balasnya. “Iya, ini sebagai hadiah first anniversary kita.” Kiara terkejut “Hah? Kita udah satu tahun ya, Ken?” tanya Kiara tidak percaya. “Lho kamu tuh lucu ya, seharusnya cewek yang hafal tanggal jadian kita. Ini malah cowok.” Kenny menggelengkan kepala tanda tidak percaya. Menurut Kiara tanggal jadian itu bukan sesuatu yang terpenting untuk hidupnya. Baginya, yang terpenting adalah ketulusan dan kebahagiaan untuk orang yang ia sayangi. “Maaf ya sayang.” Sesalnya. “Iya gak apa-apa.” Balas Kenny. “Oh ya Ken, aku pengen banget deh buat novel. Ya pokoknya cerita tentang masa-masa remaja gitu.” Kenny hanya berdehem saja “Hm.” Kiara melanjutkan ceritanya “Jadi ceritanya tuh gini-------“ Kenny sama sekali tidak tertarik dengan cerita khayalannya Kiara. First Anniversary Kenny dan Kiara gagal karena cewek yang ia sayangi terlalu senang menceritakan hal-hal yang tidak nyata dan imajinasinya yang akan ia tuangkan pada sebuah kertas putih.

Kantin……

            Hujan mengguyur kota Yogyakarta, siswa-siswa lebih nyaman berada dikantin siang ini, dan mencari-cari makan siang untuk asupan cacing diperut mereka. “Pakle, pesen bakso satu ya.” Suara cowok yang tidak familiar lagi. Kenny. “Hallo sayang.” Sapa Kiara. “Hei.”        Balas Kenny datar. “Kamu sakit?” tanya Kiara khawatir. “Enggak.” Singkatnya. “Syukurlah. Ken, aku udah mulai nulis lho. Ya, baru sinopsis yang aku buat sih.” Ceritanya. “Oh bagus dong.” Kenny sama sekali tidak tertarik dengan cerita yang dibuat oleh pacarnya. “Ken, aku pengen deh jadi penulis terkenal, seperti Winna Efendi.” Mimpinya. “Semoga ya.” Bakso yang dipesan Kenny sudah siap untuk dimakan. Ketika ingin menyuap satu bakso, tiba-tiba Kiara menghentikan “Ken, aku ke perpustakaan dulu ya. Mau nulis.” Tanpa diijinkan oleh Kenny, ia langsung pergi meninggalkan cowok yang ia sayanginya makan sendirian di kantin.

Djendelo Koffie….

            Malam yang sunyi dan alunan musik di café ini membuat Kiara tenang dan mulai membuka laptopnya lalu tangannya menyentuh keyboard, mengetik setiap kata yang ada dalam imajinasinya. Kiara lupa memesan minuman, ya seperti ini lah Kiara jika sudah fokus dengan kerjaannya. Cewek yang akhir-akhir ini sangat mencintai menulis, akhirnya memesan Kopi Vanila dingin. Setelah memesan, ia kembali melanjutkan. Ketika Kiara sedang asyik dengan imajinasinya tiba-tiba suara cowok menghancurkan drama yang akan dia buat dalam novel pertamanya. “Permisi.” Katanya. Kiara menoleh dan melihat sumber suara yang telah menghancurkan imajinasinya. Cowok itu, yang bertemu di Gramedia. “Maaf boleh gabung? Tempat lain penuh.” Tanyanya. Kiara melihat sekelilingnya, ternyata memang penuh café ini. Selama menulis, Kiara sama sekali tidak memperhatikan sekelilingnya. “Boleh.” Kevin duduk dengan manis, memesan minuman Kopi Mocca dingin dan mengambil laptopnya, lalu menaruh diatas meja. “Maaf, kamu Kevin yang waktu itu bertemu di Gramedia kan?” tanya Kiara memastikan. “Hm….” Cowok berkacamata ini mencoba untuk mengingat-ingat “Oh iya. Kalau tidak salah, namamu Kiara. Iya kan?” tanya Kevin. “Iya betul.” Balas Kiara dengan senyum. “Kamu ngapain disini sendirian?” tanya Kevin heran. “Lagi suntuk aja di rumah, cari inspirasi untuk nulis.” Jawab Kiara.  Kevin tertarik dengan jawabannya. “Inspirasi? Nulis? Kamu suka nulis?” tanyanya. “Iya, baru-baru ini kok suka nulisnya.” Cerita Kiara. “Oh, suka genre  tulisan apa?” tanyanya penasaran. “Romantis kali ya hehehe.” Tawa kecil Kiara. “Ceritanya kayak gimana?” tanya Kevin. Kiara dengan senang hati menceritakan ide cerita yang ada dalam imajinasinya. Kevin dengan senang hati mendengarkannya, dan sesekali merespon yang Kiara ceritakan. Kevin sangat tertarik dengan ide ceritanya “Bagus. Dilanjutin aja ceritanya, aku dukung.” Kiara sangat senang mendengar didukung oleh Kevin, orang yang baru ia kenal kemarin sore. Ia teringat oleh Kenny, ia melihat mata Kevin berbicara ketika ia bercerita tentang ide novelnya, beda dengan Kenny, pacarnya sama sekali tidak terlihat respon ketulusan ketika mendengarkan ide ceritanya, bahkan Kiara baru sadar selama ia menceritakan idenya pada Kenny, pacarnya ini sama sekali tidak mendukung. Ah, sudahlah. Hujan terus menguyuri kota ini, bahkan deras sekali. “Aduh, aku lupa bawa jas hujan.” Gerutu Kiara. “Lho, kok bisa? Ya udah nanti aku anterin aja. Kebetulan aku bawa mobil.” Kata Kenny. “Terus, bagaimana dengan motorku?” tanya Kiara heran. “Dititipkan dulu saja, besok baru kita ambil sama-sama.” Jelas Kevin. Tanpa berpikir panjang Kiara menyetujui ide Kevin. Setelah menuruni anak tangga, Kevin menunjuk kearah mobilnya. Kiara melihat mobil jazz berwarna biru dengan sticker basket dibagian belakang. Dia sepertinya kenal dengan mobil ini, pikirannya mulai menerka-nerka dan menepisnya, ah tidak mungkin.

Teras rumah Kiara….


            Hujan malam ini memang sangat deras. Di dalam mobil hanya ada Kiara dan Kevin, tangan Kevin mulai menyentuh tangan Kiara, dan memandang dengan lekat mata Kiara, tanpa sadar Kevin mendekat kearah Kiara dan belum sempat bibir mereka bersentuhan, Kiara memalingkan wajahnya dengan segera. Kevin terlihat salah tingkah. “Sorry.” Katanya. “Terima kasih untuk malam ini.” kata Kiara sambil keluar dari mobil Kevin. Hampir saja Kiara melukai hati orang yang ia sayangi. Mungkin saja kalau hal itu terjadi, dia akan mengkhianati pacarnya. Tapi untunglah, ada malaikat yang baik hati malam ini. Sesampai di rumah Kiara mengirimkan pesan singkat untuk Kenny “Good night my dear, sleep tight. I love you so much.”

No comments:

Post a Comment