“Aku atau Dia”
Koridor….
Kiara,
seorang gadis cantik berpostur tubuh tinggi, langsing, dan warna kulit sawo
matang sedang berjalan menyusuri koridor kelas, sesekali menyapa teman-temannya
dan tersenyum. Kiara adalah cewek idaman cowok-cowok di SMA Tunas Bangsa. Walaupun
Kiara sudah mempunyai pacar bernama Kenny, kapten basket. Tentu, mempunyai
postur tubuh yang ideal, tinggi, berisi, dan berkulit putih. Kiara menghampiri
Kenny “Selamat pagi, sayang.” Kecup bibir mendarat di kening Kenny. Kiara
adalah cewek blesteran Belanda, jadi menurutnya hal ini tidak perlu di perdebatkan,
menurutnya mencium dikening orang yang ia sayang adalah hal yang wajar. Ya,
budaya Indonesia memang berbeda dengan di Belanda, tapi itu sudah menjadi
kebiasaan Kiara. “Pulang sekolah nanti kamu mau kan temani aku untuk latihan
basket?” tanya Kenny. Kiara mengingat-ingat kegiatannya hari ini “Maaf sayang,
aku harus cari buku refrensi untuk kemajuan majalah sekolah kita.” Kiara sangat
aktif dibidang jurnalistik sekolah, dia adalah kepala redaksi majalah SMA Tunas
Bangsa. “Hm baiklah.”
Gramedia…
Senja yang selalu melukiskan keindahan menemani
perjalanan Kiara menuju Toko Buku Gramedia. Sesampai di Gramedia, ia
memarkirkan motornya. Kakinya melangkah dengan lambat, ia masih saja menikmati
senja. Di dalam sudah tersusun buku-buku yang rapi memasuki rak buku. Kiara
adalah orang yang tidak ingin bertele-tele, ia segera mencari rak buku yang
bertuliskan Majalah. Di sana ia mencari terbitan majalah baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Tangannya mengambil satu majalah dari luar negeri dan dalam
negeri, lalu segera dia masukan pada tas Gramedia. Bukan Kiara namanya kalau ke
Gramedia hanya pada satu tujuan saja, dia pasti mencari Novel. Ya, dia sangat
tertarik dengan Novel. Kakinya melangkah dengan cepat untuk mencari novel.
Kiara tertarik dengan Novel berjudul “Refrain” karya Winna Efendi. Lucu, unik, ada amplop birunya. Dia
berniat untuk membeli novel yang saat ini ada ditangannya. Ketika ia ingin
membalikan badan bahunya tidak sengaja menabrak seorang cowok, berkacamata, dan
postur tubuh yang tidak terlalu tinggi dan agak kurus. “Ups, sorry.” Kata Kiara pada cowok berkacamata. “No problem.” Katanya dengan tersenyum.
Dari senyumannya terlihat lesung pipi yang membuatnya manis. Kiara membalas
senyumannya. Sesaat Kiara memperhatikan matanya, sepertinya tidak asing lagi
menatap matanya. “Hallo…” tangan cowok itu melambai-lambai dan menyadarkan
Kiara. Entah berapa lama dia memperhatikan matanya. “Sorry.” Kata Kiara. “Tidak
apa-apa. Kamu suka karya Winna Efendi?” tanya cowok didepannya sambil
memperhatikan novel yang dari tadi Kiara pegang. “Ehm.. iya.” Jawabanya
singkat. “Aku juga.” Timpal cowok itu tanpa ditanya. “Oh ya, namamu siapa?”
tanya cowok berlesung pipi sambil mengulurkan tangannya. “Ooh.. hm.. aku..
Kiara.” Jawab Kiara terbata-bata dan membalas uluran tangannya. “Nama yang
manis, semanis orangnya. Kenalin aku, Kevin.” Ternyata Kevin namanya
.
Paris Bakery….
Kiara sangat suka tempat ini, arsitekturnya yang unik.
Dinding yang dicat berwarna Pink dan Eiffel Tower menghiasi dinding tempat ini.
Roti yang harum membuat Kiara betah berada disini. Kenny memang cowok yang
romantis, dia selalu tahu tempat yang pantas untuk cewek yang dia sayangi. “Kamu
suka tempat ini?” tanyanya sambil menatap Kiara. “Suka banget. Aku baru pertama
kali lho ketempat ini.” balasnya. “Iya, ini sebagai hadiah first anniversary kita.” Kiara terkejut “Hah? Kita udah satu tahun
ya, Ken?” tanya Kiara tidak percaya. “Lho kamu tuh lucu ya, seharusnya cewek
yang hafal tanggal jadian kita. Ini malah cowok.” Kenny menggelengkan kepala
tanda tidak percaya. Menurut Kiara tanggal jadian itu bukan sesuatu yang
terpenting untuk hidupnya. Baginya, yang terpenting adalah ketulusan dan
kebahagiaan untuk orang yang ia sayangi. “Maaf ya sayang.” Sesalnya. “Iya gak
apa-apa.” Balas Kenny. “Oh ya Ken, aku pengen banget deh buat novel. Ya
pokoknya cerita tentang masa-masa remaja gitu.” Kenny hanya berdehem saja “Hm.”
Kiara melanjutkan ceritanya “Jadi ceritanya tuh gini-------“ Kenny sama sekali
tidak tertarik dengan cerita khayalannya Kiara. First Anniversary Kenny dan Kiara gagal karena cewek yang ia
sayangi terlalu senang menceritakan hal-hal yang tidak nyata dan imajinasinya
yang akan ia tuangkan pada sebuah kertas putih.
Kantin……
Hujan mengguyur kota Yogyakarta, siswa-siswa lebih nyaman
berada dikantin siang ini, dan mencari-cari makan siang untuk asupan cacing
diperut mereka. “Pakle, pesen bakso satu ya.” Suara cowok yang tidak familiar
lagi. Kenny. “Hallo sayang.” Sapa Kiara. “Hei.” Balas
Kenny datar. “Kamu sakit?” tanya Kiara khawatir. “Enggak.” Singkatnya. “Syukurlah.
Ken, aku udah mulai nulis lho. Ya, baru sinopsis yang aku buat sih.” Ceritanya.
“Oh bagus dong.” Kenny sama sekali tidak tertarik dengan cerita yang dibuat
oleh pacarnya. “Ken, aku pengen deh jadi penulis terkenal, seperti Winna
Efendi.” Mimpinya. “Semoga ya.” Bakso yang dipesan Kenny sudah siap untuk
dimakan. Ketika ingin menyuap satu bakso, tiba-tiba Kiara menghentikan “Ken,
aku ke perpustakaan dulu ya. Mau nulis.” Tanpa diijinkan oleh Kenny, ia
langsung pergi meninggalkan cowok yang ia sayanginya makan sendirian di kantin.
Djendelo Koffie….
Malam yang sunyi dan alunan musik di café ini membuat
Kiara tenang dan mulai membuka laptopnya lalu tangannya menyentuh keyboard, mengetik
setiap kata yang ada dalam imajinasinya. Kiara lupa memesan minuman, ya seperti
ini lah Kiara jika sudah fokus dengan kerjaannya. Cewek yang akhir-akhir ini
sangat mencintai menulis, akhirnya memesan Kopi Vanila dingin. Setelah memesan,
ia kembali melanjutkan. Ketika Kiara sedang asyik dengan imajinasinya tiba-tiba
suara cowok menghancurkan drama yang akan dia buat dalam novel pertamanya. “Permisi.”
Katanya. Kiara menoleh dan melihat sumber suara yang telah menghancurkan
imajinasinya. Cowok itu, yang bertemu di Gramedia. “Maaf boleh gabung? Tempat
lain penuh.” Tanyanya. Kiara melihat sekelilingnya, ternyata memang penuh café ini.
Selama menulis, Kiara sama sekali tidak memperhatikan sekelilingnya. “Boleh.”
Kevin duduk dengan manis, memesan minuman Kopi Mocca dingin dan mengambil
laptopnya, lalu menaruh diatas meja. “Maaf, kamu Kevin yang waktu itu bertemu
di Gramedia kan?” tanya Kiara memastikan. “Hm….” Cowok berkacamata ini mencoba
untuk mengingat-ingat “Oh iya. Kalau tidak salah, namamu Kiara. Iya kan?” tanya
Kevin. “Iya betul.” Balas Kiara dengan senyum. “Kamu ngapain disini sendirian?”
tanya Kevin heran. “Lagi suntuk aja di rumah, cari inspirasi untuk nulis.” Jawab
Kiara. Kevin tertarik dengan jawabannya.
“Inspirasi? Nulis? Kamu suka nulis?” tanyanya. “Iya, baru-baru ini kok suka
nulisnya.” Cerita Kiara. “Oh, suka genre tulisan apa?” tanyanya penasaran. “Romantis
kali ya hehehe.” Tawa kecil Kiara. “Ceritanya kayak gimana?” tanya Kevin. Kiara
dengan senang hati menceritakan ide cerita yang ada dalam imajinasinya. Kevin
dengan senang hati mendengarkannya, dan sesekali merespon yang Kiara ceritakan.
Kevin sangat tertarik dengan ide ceritanya “Bagus. Dilanjutin aja ceritanya,
aku dukung.” Kiara sangat senang mendengar didukung oleh Kevin, orang yang baru
ia kenal kemarin sore. Ia teringat oleh Kenny, ia melihat mata Kevin berbicara
ketika ia bercerita tentang ide novelnya, beda dengan Kenny, pacarnya sama
sekali tidak terlihat respon ketulusan ketika mendengarkan ide ceritanya,
bahkan Kiara baru sadar selama ia menceritakan idenya pada Kenny, pacarnya ini
sama sekali tidak mendukung. Ah, sudahlah. Hujan terus menguyuri kota ini,
bahkan deras sekali. “Aduh, aku lupa bawa jas hujan.” Gerutu Kiara. “Lho, kok
bisa? Ya udah nanti aku anterin aja. Kebetulan aku bawa mobil.” Kata Kenny. “Terus,
bagaimana dengan motorku?” tanya Kiara heran. “Dititipkan dulu saja, besok baru
kita ambil sama-sama.” Jelas Kevin. Tanpa berpikir panjang Kiara menyetujui ide
Kevin. Setelah menuruni anak tangga, Kevin menunjuk kearah mobilnya. Kiara
melihat mobil jazz berwarna biru dengan sticker basket dibagian belakang. Dia
sepertinya kenal dengan mobil ini, pikirannya mulai menerka-nerka dan
menepisnya, ah tidak mungkin.
Teras rumah Kiara….
Hujan malam ini memang sangat deras. Di dalam mobil hanya
ada Kiara dan Kevin, tangan Kevin mulai menyentuh tangan Kiara, dan memandang
dengan lekat mata Kiara, tanpa sadar Kevin mendekat kearah Kiara dan belum
sempat bibir mereka bersentuhan, Kiara memalingkan wajahnya dengan segera.
Kevin terlihat salah tingkah. “Sorry.” Katanya. “Terima kasih untuk malam ini.”
kata Kiara sambil keluar dari mobil Kevin. Hampir saja Kiara melukai hati orang
yang ia sayangi. Mungkin saja kalau hal itu terjadi, dia akan mengkhianati
pacarnya. Tapi untunglah, ada malaikat yang baik hati malam ini. Sesampai di
rumah Kiara mengirimkan pesan singkat untuk Kenny “Good night my dear, sleep tight. I love you so much.”
No comments:
Post a Comment