Sunday, May 11, 2014

We Are CRASS - Bab 5 - Telaga Hitam - Part 4



WE ARE CRASS
BAB 5
“TELAGA HITAM”
PART 4
“Sebuah Kisah Masa Lalu”


Tak pernah disangka sebelumnya, kali ini liburan yang telah mereka rencanakan lagi lagi berhadapan dengan sebuah kisah yang belum terungkap. Sebuah kisah lalu menerpa ke liburan mereka, yang berimbas pada mereka juga. Akankah mereka selamat dari liburan kali ini? bagaimana kelanjutan kisahnya, baca disini.
 “We Are Crass, Telaga Hitam”
**

“Yel, kalo lo masih belum pulih mendingan kita istirahat dulu.” Kata Shilla yang sedari tadi memperhatikan Gabriel yang terlihat masih belum pulih namun ia masih tetap bersikeras untuk melanjutkan perjalanan.
“Shill, gue nggak mau tenang tenang sambil istirahat disini, sedangkan gue nggak tahu gimana kondisi teman teman kita gimana. Jujur shill, gue ngerasa bersalah atas semua ini, ini semua salah gue shill…” Ucapan Gabriel membuat Shilla terdiam, ia mengerti bagaimana situasi saat ini.
“Tapi yel, ini semua bukan kesalahan loe kok. Ini semua terjadi secara tiba tiba” Jelas Shilla
“Tapi Shill, gue yang ngajakin kalian kesini, dan karena itu sekarang kalian terjebak disini. Harusnya gue nggak nyaranin tempat ini.” Lanjut Gabriel kembali.
“Yel, apa yang sudah terjadi, biarlah terjadi. Ini bukan hanya keputusan lo. Memang ini adalah saran elo untuk berlibur disini. Tapi semua kejadian yang menimpa kita bukan sepenuhnya salah lo, ini semua benar benar tak terduga” Ucap Shilla sembari mencoba menenangkan Gabriel, ia tak pernah berfikir bahwa setiap liburannya selalu mengalami hal seperti ini.
“Yel,” Panggil Shilla yang melihat Gabriel masih terdiam.
“Are you fine?” Tanyanya kembali. Gabriel menoleh pada panggilan shilla dan tersenyum simpul. Jujur Gabriel masih merasa bahwa ini adalah awal dari kesalahannya.
**
“Coba lo hitung berapa jari gue” Tanya Sivia sambil menunjukkan jari jarinya di depan mata Rio. Rio yang berjalan dibelakang Sivia pun melihat jari Sivia.
“12” Jawab Rio Asal.
“Yo, gue nggak lagi bercanda ini” Ketus Sivia sedikit kesal, sedangkan Rio hanya tersenyum melihat sivia yang kesal.
“Ada 2 kenapa sih?”  Jawab Rio kembali. Sivia menghela nafasnya lega.
“Vi” Tanya Rio datar. Sivia menoleh.
“Apa?”
“Pas elo tadi sendirian elo nemuin hal hal aneh gak?” Kini pertanyaan Rio sukses membuat sivia mengingat hal yang tadi ia lihat. Sivia mengangguk pelan.
“Tadi gue ketemu sama sosok cewek yang tergantung diatas pohon gitu. Trus gue lari aja, hehe” sivia mencoba untuk tertawa kecil pada hal yang tadi benar benar menakutkan bagi dirinya itu. Rio hanya mengamatinya, kemudian ia memandang langit yang begitu hitam itu.
“Gue juga…” Ucapnya. Sivia menoleh. “Ketemu sosok cewek itu?” Tanya sivia. Rio menggeleng pelan. Sivia menatap Rio dengan heran.
“Tadi pas gue jalan sendirian, tiba tiba saja kaki gue seperti ada yang menyeret gitu. Tiba tiba setelah gue diseret tubuh gue berasa seperti dilempar ke pohon itu hingga gue terkapar disini. Seperti yang tadi elo lihat gue itu” Jelas Rio pelan. Sivia mengangguk mengerti.
“Tapi yo, kenapa kita yang dikejar kejar sama penunggu disini. Apa salah kita? Bukannya sejak tadi di Telaga kita nggak ngelakuin hal yang aneh aneh?” Kini Sivia mencoba bertanya pada Rio, ada sebenarnya dengan mereka hingga mereka terseret dalam situasi yang tidak menyenangkan seperti ini” Rio menggeleng pelan, nampaknya ia tak bisa menjawab pertanyaan sivia. Namun ia seperti mengingat sesuatu.
“Vi…” Lirih Rio pelan
**
“00.05”
“Vin, ada yang aneh deh dengan telaga ini…” Cakka berkata pada Alvin yang masih memandangi telaga itu. Oik pun menoleh pada Cakka pelan, jujur ia sependapat dengan apa yang dikatakan Cakka.
“Tadi gue ketemu sama seorang kakek tua” Alvin tiba tiba berkata yang membuat Cakka dan Oik semakin terkejut. “Kakek tua?” Kini Oik mulai bertanya. Alvin mengangguk.
“Dia bilang kalo di telaga ini ada penunggunya, terus kakek itu nyuruh kita untuk cepat cepat keluar dari sini” Jelas Alvin. Cakka kemudian berdiri dan menghadap telaga.
“Apa gue bilang disini tuh memang benar benar aneh” Teriak Cakka, Alvin segera menutup mulut cakka menggunakan tangannya dan melihat ke arah samping kiri kanannya. Kemudian melihat kea rah Cakka.
“Kkka, loe bisa nggak sih, di dalam situasi seperti ini lo nggak ngucapin kata kata gituan.” Bentak Alvin
“Tapi Vin, gue kan cuman ngomong yang sebenernya” sanggah Cakka.
“Ya tapi sekarang keadaan kita benar benar lagi darurat kalo lo ngucapin hal hal kasar bisa bisa penunggu disini benar benar keganggu sama perkataan elo.” Bentak Alvin kembali, Cakka hanya diam. Oik hanya bisa melihat dua lelaki yang kini bersamanya sedang berdebat itu.
“Sorry,gue gak bermaksud ngebentak lo” Ucap Alvin, Cakka menoleh “Gue ngerti kok, yang lo bilang emang ada benernya Vin. Gue hanya kebawa emosi saja” Cakka tersenyum simpul pada Alvin.
“Gue khawatir sama Chelsea…” Lirih Alvin
“Kita juga Vin” Jawab Oik, Cakka hanya menundukkan kepalanya. Ia benar benar ingin keluar dari sini, secepatnya.
**
“Apa Yo?”
“Gue rasa gue inget sesuatu deh…” jawab Rio
“Tentang?”
“Tentang Chelsea….” Ucap Rio
“Maksud loe?”
“Tadi sewaktu kita lagi lihat lihat pemandangan telaga, gue mergokin dia lagi berdiri sambil memegang sebuah benda gitu.” Terang Rio, Sivia mengrenyitkan dahinya.
“Benda apa?” Rio menggeleng
“Entahlah, waktu gue mencoba untuk melihat, dia langsung menyembunyikannya.” Terangnya kembali.
-Flashback-
Chelsea berjalan pelan melihat pemandangan telaga pagi itu, ia melihat Shilla sedang memfoto foto pemandangan telaga, ia melangkahkan kakinya menuju ke Shilla. Namun saat ia melihat Sivia berlari menghampiri Shilla, langkah kaki Chelsea pun terhenti. Ada raut wajah kesal bercampur marah saat melihat Sivia disitu juga. Akhirnya Chelsea mebalikkan arah yang berlainan.
Saat Chelsea berjalan ia tersenggol oleh sebuah batu cukup besar. Ia melihat sebuah batu bertuliskan sebuah nama. Yang membuat ia penasaran akan batu itu karena di dekat batu itu ada sebuah kotak kecil. Ia mengambil kotak itu dan menemukan sebuah benda.
“Kalung?” Gumannya pelan.
“L” Pikirnya kembali.
“Kalung dengan inisial L?” Tanyanya dalam hati. Saat ia masih mengamati benda tersebut, sebuah suara datang mengagetkannya.
“Chelsea…..”
“Eh. Kak Rio..” Jawab Chelsea sambil berusaha menyembunyikan benda yang ia temukan tadi. Rio melihat gelagat aneh chelsea tersebut.
“Elo lagi nyembunyikan apa?” Tanya Rio
“Ah, bukan apa apa kok kak, udah dulu ya kak, chelsea mau kesana dulu” Jelasnya kemudian sembari pergi meninggalkan Rio yang masih memperhatikan Chelsea. Namun Rio tak peduli dan langsung meninggalkan tempat itu dan mencari Alvin dan yang lainnya kembali.
**
Saat Gabriel dan Shilla berjalan, Gabriel tiba tiba berlari ke sebuah tempat yang membuat ia penasaran sedari tadi.
“Shill, cepetan lihat ini” Teriak Gabriel, Shilla langsung berlari menuju Gabriel, ia melihat sesuatu yang ditunjukkan oleh Gabriel.
“Ini bukannya batu nisan yel?” Jawab Shilla menebak nebak. Gabriel mengangguk pelan. Kemudian ia dan Shilla berusaha untuk membaca kembali nama yang ada di nisan tersebut.
“Lisa”
“Siapa ini yel?” Tanya Shilla, Gabriel hanya menggeleng pelan.

**
Mila membawa Chelsea kesuatu tempat. Dan seketika itu pula Mila langsung menghilang dari hadapan Chelsea. Chelsea panic dan bingung apa yang terjadi padanya. Namun sesaat ia melihat remang remang baying sebuah kejadian. Kejadian yang menjadi Kisah pahit di masa lalu.
**
Lisa, ia begitu membenci Mila. Baginya Mila itu adalah perebut kasih sayang kakaknya, Leon. Baginya Leon yang sekarang telah berbeda dengan Leon yang dulu. Leon yang dulu ia kenal sebagai seorang kakak yang menyayangi adiknya melebihi apapun. Segalanya akan Leon lakukan demi membahagiakan Lisa. Namun, kedatangan Mila, anak baru yang pindah dari kampung sebrang membuat Leon berpaling. Perlahan lahan ia merasakan bahwa Leon sudah melupakan Lisa. Dan puncaknya ketika Leon meminta Mila untuk menjadi pendamping hidupnya kelak.
Lisa membencinya.
Setelah hari pernikahan kakaknya, Leon dan Mila.  Mila kini tinggal bersama dengan Lisa juga. Disebuah rumah sederhana. Lisa semakin membenci Mila saat melihat Mila yang terlalu bermesra mesraan dengan Leon, sehingga Lisa merasa diasingkan dari kehidupan Leon. Suatu malam, kejadian itu pun datang dan mengawali semuanya.
“Lissa, bisa minta tolong gak? Tolong kamu ambilin pisau yang didapur dong. Soalnya kakak mau mengupas bawang nih. “ Pinta Mila. Lissa awalnya tak mau menuruti, namun senyum liciknya berhasil menguasai pikirannya. Diambilnya pisau itu, Mila tersenyum pada Lisa yang membawa pisau tersebut. Namun ternyata Lisa menggunakan pisau itu untuk hal yang lain. Ia mengarahkan pisau itu pada Mila sehingga Mila menjadi kaget.
“Lissa, apa yang kamu lakukan”
“Yang aku lakukan? Membunuhmu” Ucapnya lantang dengan tawa yang keras. Mila semakin panic. Ia melihat jam, Karena Leon masih belum pulang.
“Lisa, Lisaa” Erangnya saat Mila melihat Lissa tiba tiba menggeret Mila dengan paksa sehingga membuat Mila terjatuh. Namun Lisa masih tetap menyeretnya dengan kasar. Mila seakan tidak bisa bernafas dibuat oleh Lisa.
“Lis…” erangnya.
Lisa berhenti. Ia melihat sebuah pohon. Ia mengambil tali yang telah ia persiapkan untuk melancarkan rencanya sebelumnya. Ia menaiki pohon itu. Mila yang masih terkapar hanya melihat Lisa dengan tak berdaya. Setelah Lisa diatas pohon ia pun melilitkan tali tersebut di salah satu dahan pohon dan membuatnya seolah seperti tali sumur.
Lisa turun dengan perlahan, ia melilitkan tali di leher Mila. Mila memberontak namun Lisa menggunakan pisau yang tadi ia bawa untuk melukai wajah serta anggota badan Mila yang lain. Mila benar benar meronta seperti orang yang sungguh teramat kesakitan. Lisa kembali mengeluarkan senyum liciknya. Selesai ia melilitkan tali tersebut segera ia menariknya. Sehingga mengakibatkan Mila segera tergantung di dahan pohon itu. Mila yang dengan sekuat tenaga melepaskan akhirnya menyerah. Mila sudah tidak bisa bernafas kembali.
**
Lisa pulang, ia tersenyum bahagia. Namun kebahagiaannya pudar saat ia melihat Leon di depan rumahnya. Leon menatap Lisa dengan pandangan mencurigakan. Melihat keadaan Lisa serta darah yang ternoda di pakaiannya.
“Apa yang kamu lakukan? Dimana Mila?” Tanya Leon. Lisa hanya tersenyum.
“Mila? Dia sudah mati..” Ucapnya datar. Leon semakin marah ia mencekik leher Lisa yang mengakibatkan lisa susah bernafas,
“Apa yang kamu lakukan padanya. Lisa. Jawab” Teriak Leon, emosinya nampak membara. Lisa hanya tersenyum kecut melihat perlakuan Leon padanya.
“Aku telah membunuhnya. Membunuh istrimu. Orang yang harusnya kau cintai adalah aku bukan dia” jawabnya. Leon benar benar marah, ia mencekik Lisa lebih keras lagi hingga membuat Lisa benar benar tak bisa bernafas.
“Le..ppp..as..kk..ann..” Lisa berusaha memberontak, namun leon tak melepaskannya. Ia menatap Lisa dengan jelas.
“Kamu tahu. Kamu tak pantas menjadi adikku. Aku kira adikku adalah orang yang sangat aku banggakan, Aku membanggakanmu di depan Mila, Aku menceritakan dirimu dan semua hal tentangmu pada Mila. ternyata aku salah. Aku salah menilai dirimu.” Terang Leon. Lisa diam. Ia tak percaya dengan apa yang telah dilontarkan leon sebelumnya.
“Kini kau membunuhnya? Itu berarti kau juga membunuh perasaanku. “ Teriaknya kembali. Matanya benar benar memancarkan kemarahan yang sungguh luar biasa. Ia menurnkan Lisa dengan terjatuh kasar. Kemudian ia menyeret Lisa. Sama halnya seperti yang Lisa lakukan pada Mila sebelumnya.
**
Leon membawa Lisa ke sebuah telaga. Ia menyuruh lisa masuk. Dan Leon pun dengan kasarnya langsung memukul Lisa dengan dahan kayu yang ia bawa. Lisa meronta kesakitan, kemudian Leon menenggelamkannya hingga membuat Lisa kehabisan nafas. Leon diam. Ia menangis. Ia menangis, adiknya kini telah mati karenanya.
Leon membawa mayat Lisa, ia menggali sebuah lubang dan meletakkan serta menguburkan mayat Lisa disitu. Ia melihat sebuah batu. Ia menggunakan sebuah kayu untuk menuliskan nama adiknya itu “Lisa”
Setelah itu ia mengeluarkan sebuah benda. Sebuah kalung yang ternyata ia rencanakan untuk menjadi hadiah ulang tahun adiknya itu. Namun rasanya ia telah gagal menjadi adik. Ia meletakkan kalung itu tepat disebelah makam Lisa itu sendiri.
Kemudian Leon. Setelah ia mencari dan menemukan mayat Mila. Ia melihat pisau yang tergeletak disitu. Ia mengambil pisau tersebut dan memotong urat nadinya sendiri.
**
Chelsea tersadar, kini ia tengah berada di tengah tengah hutan kembali. Ia melihat bayangan Lisa muncul dihadapannya. Lisa menatap Chelsea dengan tatapan yang benar benar menyeramkan. Chelsea berusaha berlari sekuat tenaga.  
**
Gabriel dan Shilla kaget melihat apa yang mereka temukan. Tapi setelah itu mereka mengetahui bahwa sekarang bahaya benar benar mengancam mereka. Mereka langsung lari dan mencari teman teman yang lainnya. Satu satunya tempat yang harus mereka datangi adalah telaga. Yah. Itulah tempatnya.
**
“Oik..” Panggil Cakka pelan. Oik menoleh padanya.
“Yah?”
“Gue mau ngomong sesuatu sama elo..” Ungkap Cakka. Alvin kini terfokus pada Cakka yang nampaknya sedang focus pada Oik.
“Sebenernya gue…” Ucapan Cakka terpotong, ia melihat seorang gadis berlari cepat. Setelah bayangan itu terlihat Alvin langsung berteriak keras pada gadis itu.
“Chelsea…” Teriak Alvin. Ia nampaknya ingin berlari namun seorang bayangan cewek datang dibelakang Chelsea.
“Kakkk Alvin, tolong kakk. Kakkk..” Teriak Chelsea.
Cakka, Oik dan Alvin yang melihat kemudian segera berlari namun bayangan itu kini segera menuju Chelsea hingga membuat Chelsea terjatuh. Chelsea ketakutan melihat bayangan itu semakin mendekat kearah dirinya.
“Chelsea…” Kini Alvin tengah berlari dan mendekati Chelsea, ia melihat bayangan sosok itu. Cewek itu kini melihat ke Alvin.
“Apa yang kau inginkan., Jangan ganggu adikku.” Teriak Alvin. Bayangan cewek itu kini mendekat kearah Chelsea, namun Alvin berusaha untuk menyelamatkan adiknya tersebut. Bayangan itu melihat Alvin yang berlari ke arahnya dan Chelsea langsung menghempaskan tubuh Alvin. Sehingga membuat Alvin jatuh tersungkur. Darah mengalir keras dari mulutnya itu. Ia memegangi dadanya yang kesakitan sambil berusaha untuk bangkit kembali.
Kini bayangan sosok itu melihat kea rah Cakka dan Oik. Oik bersembunyi di belakang Cakka. Namun Cakka malah berbalik dan bersembunyi di belakang Oik.
“Kkka. Apa apaan sih lo. “ Ucap Oik kesal melihat Cakka bukannya melindunginya malah berada di belakangnya.
“Gue takut ik.” Jawab Cakka
“Tapi elo kan cowok. Harusnya elo yang ngelindungi cewek. Bukan malah berlindung di belakang cewek” ketus Oik.
“Ssstt. Jangan berisik. Lihat dia natap kita gitu banget.” Ucap Cakka. Bayangan itu kini mendekat kearah Cakka dan Oik. Kini dengan sekejap bayangan itu telah berada di depan Oik. Oik merasa kaget, Badannya bergetar hebat, belum pernah ia berhadapan langsung dengan sosok yang seperti sekarang ini.  Sementara Cakka. Ia mundur. Ia benar benar takut. Dirinya tak tahu apa yang harus ia lakukan.
“Oik..” lirih cakka pelan ketika melihat sosok itu memegang leher oik.
**
“Oikkk!!!” Teriak Shilla dan Gabriel saat melihat leher Oik yang dipegang oleh sosok bayangan itu. Cakka hanya diam tak berkutik sedikitpun. Kemudian Cakka melihat wajah Oik yang nampaknya kini tengah melihat kea rah dirinya. Dan akhirnya.
“Lepasin diaaaa..!” Erang Cakka, Dengan kasarnya Cakka langsung menarik Oik. Dan sosok bayangan itu pun menghempaskan tubuh Cakka seperti Alvin tadi. Cakka merasa bahwa kini ia sudah tak bisa melihat dunia kembali.
**
Shilla dan Gabriel kini hanya diam. Ia mengamati teman temannya itu. Saat Shilla berusaha untuk mendekati mereka, ada sebuah tangan yang menghentikannya.
“Rio…” Lirih Shilla
“Ssst, elo disini aja. Kita lihat apa yang dilakukan sosok itu.” Jawab Rio, Shilla mengangguk dan kini ia melihat Sivia dan memeluknya sambil menangis.
“Shill, gue tahu elo takut kan. Kita juga semua disini ketakutan sama kaya elo.” Sivia mencoba menghibur Shilla. Gabriel dan Rio hanya bisa diam. Dan mereka kembali melihat kea rah sosok bayangan itu.
**
Kini bayangan itu mendekati Chelsea kembali. Chelsea yang masih tersadar sedikit takut melihat bayangan itu. Tiba tiba bayangan sosok itu memegang leher Chelsea. Alvin berusaha menolong adiknya itu namun tenaganya sudah tidak kuat lagi. Ia melihat Oik yang terkapar walau masih sadar sedikit juga melihat kearah Chelsea dengan khawatir dan Cakka benar benar terkapar.
Tangan sosok bayangan itu kini meraih sebuah benda yang ada dileher Chelsea. Chelsea diam. Ia tak berkutik. Namun setelah sosok bayangan itu sudah mendapatkan apa yang ia inginkan ia perlahan lahan meninggalkan Chelsea dan telaga itu. Chelsea hanya bisa melihat kejadian itu dengan amat sangat ketakutan.
**
Setelah bayangan sosok itu pergi, Shilla segera menghampiri Chelsea. Sivia segera menghampiri Oik. Rio segera menghampiri Alvin. Dan Gabriel dengan sangat terpaksa harus membopong Cakka yang benar benar tak sadarkan diri itu.
Mereka berjalan pelan menuju penginapan mereka itu.
Kini mereka terdiam. Tak percaya dengan apa yang kini mereka alami. Kejadian yang member mereka suatu pengalaman. Pengalaman yang tidak menyenangkan.
Alvin terbangun, Shilla memberikan sebuah minuman padanya. Oik yang terlihat masih belum pulih juga melihat keadaan Cakka yang belum sadar.Air mata Oik pun keluar dengan sendirinya. Ia takut terjadi sesuatu pada Cakka. Sivia juga ikut sedih melihat Cakka.
“Dia hanya pingsan. Mungkin karena hempasan yang tadi dialaminya mengakibatkan Cakka menjadi seperti ini” Ucap Gabriel. Sivia hanya memandangi Cakka, kemudian ia melihat kearah Chelsea yang juga diam, tak berbicara sama sekali.
“Guys, sekarang lebih baik kita kemasin barang barang. Besok pagi pagi sekali kita akan cabut dari sini.” Ucap Rio
“Tapi kondisi Alvin masih belum pulih total” Ucap Shilla sambil melihat Alvin.
“Biar Gue yang nyetir. Yel loe samping gue yah. Lo jadi pemandu. Lo kuat kan?” Tanya Rio. Gabriel mengangguk.
“Bukannya lo mabuk yel kalo di depan?” Kini Sivia bertanya.
“Iya, tapi karena ini untuk situasi yang darurat gue akan berusaha ngelawan mabuk perjalanan gue. Ini demi kalian. Karena ini juga salah gue. Gue yang ngebawa kalian kesini. Dan akhirnya menjadi seperti ini” Lirih Gabriel pelan.
“Yeel…” Ucap Sivia
“Ini bukan salah loe. Ini kejadian yang tak terduga. Jadi lupakan semua pikiran jelek loe itu” Ucap Rio.
“Loe nggak boleh ngomong gitu yel, kan daritadi gue udah bilang kalo ini bukan kesalahan lo. Kita semua nggak ada yang tahu kalo kita bakal seperti ini. Loe nggak boleh ngomong gitu lagi yah” Shilla berusaha menenangkan Gabriel agar Gabriel tak terus terusan menyalahkan dirinya sendiri. Gabriel mengangguk dan tersenyum. Alvin hanya melihat pembicaraan teman temannya tersebut, kemudian ia melihat kea rah Chelsea yang nampaknya masih trauma dengan peristiwa tadi.
“Chel..” Panggil Alvin. Chelsea menoleh
“Loe masih trauma?”
Chelsea menggeleng pelan. Kemudian dia tersenyum simpul.
“Enggak kok kak, tenang aja. Gimana keadaan kakak?” Kini Chelsea kembali bertanya.
“Lumayan” Jawab Alvin dengan membalas senyuman simpul dari wajahnya. Sivia menatap kedua kakak beradik itu dengan tersenyum. Dengan kejadian ini Alvin jadi sedikit mencair dengan Chelsea, begitu juga dengan sebaliknya nampak Chelsea yang sudah mulai terbuka pada Alvin.
**
Esoknya. Mereka segera berkemas. Cakka walaupun sudah sadar. Namun keadaannya masih belum sepenuhnya pulih. Sudah berkali kali ia merasakan bahwa badannya sangat sakit. Begitu juga dengan yang lainnya.
Rio duduk didepan bersama Gabriel, Sedangkan Sivia duduk ditengah bersama dengan Oik dan Chelsea. Shilla dibelakang mendapatkan tugas untuk menjaga Alvin dan Cakka.
Rio,walau keadaannya belum juga pulih total. Namun ia berusaha untuk menggantikan posisi Alvin, ia sebagai pemimpin di CRASS memang tugasnya jika ia harus menjaga semua teman temannya. Apapun ia lakukan untuk melindungi teman temannya tersebut.
Akhirnya mereka pulang, walaupun Rio mengemudikan jalanan dengan pelan. Dan itu lebih baik. Namun saat perjalanan pulang Chelsea melihat dari samping seorang yang ia rasa pernah ia lihat sebelumnya. Sepasang kekasih yang berjalan bersama disepanjang jalan sambil tersenyum pada Chelsea. Dibelakang kekasih itu ada seorang gadis yang mengikuti mereka dengan wajah datar dan juga ikut memandangi chelsea dengan datar.
**
Okay. Selesai. Akhirnya “Telaga Hitam” berhasil diselesaikan juga!
Sampai ketemu di Bab selanjutnya yah! Tentunya semakin menegangkan juga loh!
Salam “We Are CRASS”

**
Jangan lupa kritik & Saran mention ke @Quotesshivers
#Bintang

No comments:

Post a Comment