WE ARE CRASS
BAB 5
“TELAGA HITAM”
PART 4
“Sebuah Kisah Masa Lalu”
Tak
pernah disangka sebelumnya, kali ini liburan yang telah mereka rencanakan lagi
lagi berhadapan dengan sebuah kisah yang belum terungkap. Sebuah kisah lalu
menerpa ke liburan mereka, yang berimbas pada mereka juga. Akankah mereka
selamat dari liburan kali ini? bagaimana kelanjutan kisahnya, baca disini.
“We Are Crass, Telaga Hitam”
**
“Yel,
kalo lo masih belum pulih mendingan kita istirahat dulu.” Kata Shilla yang
sedari tadi memperhatikan Gabriel yang terlihat masih belum pulih namun ia
masih tetap bersikeras untuk melanjutkan perjalanan.
“Shill,
gue nggak mau tenang tenang sambil istirahat disini, sedangkan gue nggak tahu
gimana kondisi teman teman kita gimana. Jujur shill, gue ngerasa bersalah atas
semua ini, ini semua salah gue shill…” Ucapan Gabriel membuat Shilla terdiam,
ia mengerti bagaimana situasi saat ini.
“Tapi
yel, ini semua bukan kesalahan loe kok. Ini semua terjadi secara tiba tiba”
Jelas Shilla
“Tapi
Shill, gue yang ngajakin kalian kesini, dan karena itu sekarang kalian terjebak
disini. Harusnya gue nggak nyaranin tempat ini.” Lanjut Gabriel kembali.
“Yel,
apa yang sudah terjadi, biarlah terjadi. Ini bukan hanya keputusan lo. Memang
ini adalah saran elo untuk berlibur disini. Tapi semua kejadian yang menimpa
kita bukan sepenuhnya salah lo, ini semua benar benar tak terduga” Ucap Shilla sembari
mencoba menenangkan Gabriel, ia tak pernah berfikir bahwa setiap liburannya
selalu mengalami hal seperti ini.
“Yel,”
Panggil Shilla yang melihat Gabriel masih terdiam.
“Are
you fine?” Tanyanya kembali. Gabriel menoleh pada panggilan shilla dan
tersenyum simpul. Jujur Gabriel masih merasa bahwa ini adalah awal dari
kesalahannya.
**
“Coba
lo hitung berapa jari gue” Tanya Sivia sambil menunjukkan jari jarinya di depan
mata Rio. Rio yang berjalan dibelakang Sivia pun melihat jari Sivia.
“12”
Jawab Rio Asal.
“Yo,
gue nggak lagi bercanda ini” Ketus Sivia sedikit kesal, sedangkan Rio hanya
tersenyum melihat sivia yang kesal.
“Ada
2 kenapa sih?” Jawab Rio kembali. Sivia
menghela nafasnya lega.
“Vi”
Tanya Rio datar. Sivia menoleh.
“Apa?”
“Pas
elo tadi sendirian elo nemuin hal hal aneh gak?” Kini pertanyaan Rio sukses
membuat sivia mengingat hal yang tadi ia lihat. Sivia mengangguk pelan.
“Tadi
gue ketemu sama sosok cewek yang tergantung diatas pohon gitu. Trus gue lari
aja, hehe” sivia mencoba untuk tertawa kecil pada hal yang tadi benar benar
menakutkan bagi dirinya itu. Rio hanya mengamatinya, kemudian ia memandang
langit yang begitu hitam itu.
“Gue
juga…” Ucapnya. Sivia menoleh. “Ketemu sosok cewek itu?” Tanya sivia. Rio menggeleng
pelan. Sivia menatap Rio dengan heran.
“Tadi
pas gue jalan sendirian, tiba tiba saja kaki gue seperti ada yang menyeret
gitu. Tiba tiba setelah gue diseret tubuh gue berasa seperti dilempar ke pohon
itu hingga gue terkapar disini. Seperti yang tadi elo lihat gue itu” Jelas Rio
pelan. Sivia mengangguk mengerti.
“Tapi
yo, kenapa kita yang dikejar kejar sama penunggu disini. Apa salah kita?
Bukannya sejak tadi di Telaga kita nggak ngelakuin hal yang aneh aneh?” Kini
Sivia mencoba bertanya pada Rio, ada sebenarnya dengan mereka hingga mereka
terseret dalam situasi yang tidak menyenangkan seperti ini” Rio menggeleng
pelan, nampaknya ia tak bisa menjawab pertanyaan sivia. Namun ia seperti
mengingat sesuatu.
“Vi…”
Lirih Rio pelan
**
“00.05”
“Vin,
ada yang aneh deh dengan telaga ini…” Cakka berkata pada Alvin yang masih
memandangi telaga itu. Oik pun menoleh pada Cakka pelan, jujur ia sependapat
dengan apa yang dikatakan Cakka.
“Tadi
gue ketemu sama seorang kakek tua” Alvin tiba tiba berkata yang membuat Cakka
dan Oik semakin terkejut. “Kakek tua?” Kini Oik mulai bertanya. Alvin
mengangguk.
“Dia
bilang kalo di telaga ini ada penunggunya, terus kakek itu nyuruh kita untuk cepat
cepat keluar dari sini” Jelas Alvin. Cakka kemudian berdiri dan menghadap
telaga.
“Apa
gue bilang disini tuh memang benar benar aneh” Teriak Cakka, Alvin segera
menutup mulut cakka menggunakan tangannya dan melihat ke arah samping kiri
kanannya. Kemudian melihat kea rah Cakka.
“Kkka,
loe bisa nggak sih, di dalam situasi seperti ini lo nggak ngucapin kata kata
gituan.” Bentak Alvin
“Tapi
Vin, gue kan cuman ngomong yang sebenernya” sanggah Cakka.
“Ya
tapi sekarang keadaan kita benar benar lagi darurat kalo lo ngucapin hal hal
kasar bisa bisa penunggu disini benar benar keganggu sama perkataan elo.” Bentak
Alvin kembali, Cakka hanya diam. Oik hanya bisa melihat dua lelaki yang kini
bersamanya sedang berdebat itu.
“Sorry,gue
gak bermaksud ngebentak lo” Ucap Alvin, Cakka menoleh “Gue ngerti kok, yang lo
bilang emang ada benernya Vin. Gue hanya kebawa emosi saja” Cakka tersenyum
simpul pada Alvin.
“Gue
khawatir sama Chelsea…” Lirih Alvin
“Kita
juga Vin” Jawab Oik, Cakka hanya menundukkan kepalanya. Ia benar benar ingin
keluar dari sini, secepatnya.
**
“Apa
Yo?”
“Gue
rasa gue inget sesuatu deh…” jawab Rio
“Tentang?”
“Tentang
Chelsea….” Ucap Rio
“Maksud
loe?”
“Tadi
sewaktu kita lagi lihat lihat pemandangan telaga, gue mergokin dia lagi berdiri
sambil memegang sebuah benda gitu.” Terang Rio, Sivia mengrenyitkan dahinya.
“Benda
apa?” Rio menggeleng
“Entahlah,
waktu gue mencoba untuk melihat, dia langsung menyembunyikannya.” Terangnya
kembali.
-Flashback-
Chelsea
berjalan pelan melihat pemandangan telaga pagi itu, ia melihat Shilla sedang
memfoto foto pemandangan telaga, ia melangkahkan kakinya menuju ke Shilla.
Namun saat ia melihat Sivia berlari menghampiri Shilla, langkah kaki Chelsea
pun terhenti. Ada raut wajah kesal bercampur marah saat melihat Sivia disitu juga.
Akhirnya Chelsea mebalikkan arah yang berlainan.
Saat
Chelsea berjalan ia tersenggol oleh sebuah batu cukup besar. Ia melihat sebuah
batu bertuliskan sebuah nama. Yang membuat ia penasaran akan batu itu karena di
dekat batu itu ada sebuah kotak kecil. Ia mengambil kotak itu dan menemukan
sebuah benda.
“Kalung?”
Gumannya pelan.
“L”
Pikirnya kembali.
“Kalung
dengan inisial L?” Tanyanya dalam hati. Saat ia masih mengamati benda tersebut,
sebuah suara datang mengagetkannya.
“Chelsea…..”
“Eh.
Kak Rio..” Jawab Chelsea sambil berusaha menyembunyikan benda yang ia temukan
tadi. Rio melihat gelagat aneh chelsea tersebut.
“Elo
lagi nyembunyikan apa?” Tanya Rio
“Ah,
bukan apa apa kok kak, udah dulu ya kak, chelsea mau kesana dulu” Jelasnya
kemudian sembari pergi meninggalkan Rio yang masih memperhatikan Chelsea. Namun
Rio tak peduli dan langsung meninggalkan tempat itu dan mencari Alvin dan yang
lainnya kembali.
**
Saat
Gabriel dan Shilla berjalan, Gabriel tiba tiba berlari ke sebuah tempat yang
membuat ia penasaran sedari tadi.
“Shill,
cepetan lihat ini” Teriak Gabriel, Shilla langsung berlari menuju Gabriel, ia
melihat sesuatu yang ditunjukkan oleh Gabriel.
“Ini
bukannya batu nisan yel?” Jawab Shilla menebak nebak. Gabriel mengangguk pelan.
Kemudian ia dan Shilla berusaha untuk membaca kembali nama yang ada di nisan
tersebut.
“Lisa”
“Siapa
ini yel?” Tanya Shilla, Gabriel hanya menggeleng pelan.
**
Mila
membawa Chelsea kesuatu tempat. Dan seketika itu pula Mila langsung menghilang
dari hadapan Chelsea. Chelsea panic dan bingung apa yang terjadi padanya. Namun
sesaat ia melihat remang remang baying sebuah kejadian. Kejadian yang menjadi
Kisah pahit di masa lalu.
**
Lisa,
ia begitu membenci Mila. Baginya Mila itu adalah perebut kasih sayang kakaknya,
Leon. Baginya Leon yang sekarang telah berbeda dengan Leon yang dulu. Leon yang
dulu ia kenal sebagai seorang kakak yang menyayangi adiknya melebihi apapun.
Segalanya akan Leon lakukan demi membahagiakan Lisa. Namun, kedatangan Mila,
anak baru yang pindah dari kampung sebrang membuat Leon berpaling. Perlahan
lahan ia merasakan bahwa Leon sudah melupakan Lisa. Dan puncaknya ketika Leon
meminta Mila untuk menjadi pendamping hidupnya kelak.
Lisa
membencinya.
Setelah
hari pernikahan kakaknya, Leon dan Mila.
Mila kini tinggal bersama dengan Lisa juga. Disebuah rumah sederhana.
Lisa semakin membenci Mila saat melihat Mila yang terlalu bermesra mesraan
dengan Leon, sehingga Lisa merasa diasingkan dari kehidupan Leon. Suatu malam,
kejadian itu pun datang dan mengawali semuanya.
“Lissa,
bisa minta tolong gak? Tolong kamu ambilin pisau yang didapur dong. Soalnya
kakak mau mengupas bawang nih. “ Pinta Mila. Lissa awalnya tak mau menuruti,
namun senyum liciknya berhasil menguasai pikirannya. Diambilnya pisau itu, Mila
tersenyum pada Lisa yang membawa pisau tersebut. Namun ternyata Lisa
menggunakan pisau itu untuk hal yang lain. Ia mengarahkan pisau itu pada Mila
sehingga Mila menjadi kaget.
“Lissa,
apa yang kamu lakukan”
“Yang
aku lakukan? Membunuhmu” Ucapnya lantang dengan tawa yang keras. Mila semakin
panic. Ia melihat jam, Karena Leon masih belum pulang.
“Lisa,
Lisaa” Erangnya saat Mila melihat Lissa tiba tiba menggeret Mila dengan paksa
sehingga membuat Mila terjatuh. Namun Lisa masih tetap menyeretnya dengan
kasar. Mila seakan tidak bisa bernafas dibuat oleh Lisa.
“Lis…”
erangnya.
Lisa
berhenti. Ia melihat sebuah pohon. Ia mengambil tali yang telah ia persiapkan
untuk melancarkan rencanya sebelumnya. Ia menaiki pohon itu. Mila yang masih
terkapar hanya melihat Lisa dengan tak berdaya. Setelah Lisa diatas pohon ia
pun melilitkan tali tersebut di salah satu dahan pohon dan membuatnya seolah
seperti tali sumur.
Lisa
turun dengan perlahan, ia melilitkan tali di leher Mila. Mila memberontak namun
Lisa menggunakan pisau yang tadi ia bawa untuk melukai wajah serta anggota
badan Mila yang lain. Mila benar benar meronta seperti orang yang sungguh
teramat kesakitan. Lisa kembali mengeluarkan senyum liciknya. Selesai ia
melilitkan tali tersebut segera ia menariknya. Sehingga mengakibatkan Mila segera
tergantung di dahan pohon itu. Mila yang dengan sekuat tenaga melepaskan
akhirnya menyerah. Mila sudah tidak bisa bernafas kembali.
**
Lisa
pulang, ia tersenyum bahagia. Namun kebahagiaannya pudar saat ia melihat Leon
di depan rumahnya. Leon menatap Lisa dengan pandangan mencurigakan. Melihat
keadaan Lisa serta darah yang ternoda di pakaiannya.
“Apa
yang kamu lakukan? Dimana Mila?” Tanya Leon. Lisa hanya tersenyum.
“Mila?
Dia sudah mati..” Ucapnya datar. Leon semakin marah ia mencekik leher Lisa yang
mengakibatkan lisa susah bernafas,
“Apa
yang kamu lakukan padanya. Lisa. Jawab” Teriak Leon, emosinya nampak membara.
Lisa hanya tersenyum kecut melihat perlakuan Leon padanya.
“Aku
telah membunuhnya. Membunuh istrimu. Orang yang harusnya kau cintai adalah aku
bukan dia” jawabnya. Leon benar benar marah, ia mencekik Lisa lebih keras lagi
hingga membuat Lisa benar benar tak bisa bernafas.
“Le..ppp..as..kk..ann..”
Lisa berusaha memberontak, namun leon tak melepaskannya. Ia menatap Lisa dengan
jelas.
“Kamu
tahu. Kamu tak pantas menjadi adikku. Aku kira adikku adalah orang yang sangat
aku banggakan, Aku membanggakanmu di depan Mila, Aku menceritakan dirimu dan
semua hal tentangmu pada Mila. ternyata aku salah. Aku salah menilai dirimu.”
Terang Leon. Lisa diam. Ia tak percaya dengan apa yang telah dilontarkan leon
sebelumnya.
“Kini
kau membunuhnya? Itu berarti kau juga membunuh perasaanku. “ Teriaknya kembali.
Matanya benar benar memancarkan kemarahan yang sungguh luar biasa. Ia menurnkan
Lisa dengan terjatuh kasar. Kemudian ia menyeret Lisa. Sama halnya seperti yang
Lisa lakukan pada Mila sebelumnya.
**
Leon
membawa Lisa ke sebuah telaga. Ia menyuruh lisa masuk. Dan Leon pun dengan
kasarnya langsung memukul Lisa dengan dahan kayu yang ia bawa. Lisa meronta
kesakitan, kemudian Leon menenggelamkannya hingga membuat Lisa kehabisan nafas.
Leon diam. Ia menangis. Ia menangis, adiknya kini telah mati karenanya.
Leon
membawa mayat Lisa, ia menggali sebuah lubang dan meletakkan serta menguburkan
mayat Lisa disitu. Ia melihat sebuah batu. Ia menggunakan sebuah kayu untuk
menuliskan nama adiknya itu “Lisa”
Setelah
itu ia mengeluarkan sebuah benda. Sebuah kalung yang ternyata ia rencanakan
untuk menjadi hadiah ulang tahun adiknya itu. Namun rasanya ia telah gagal
menjadi adik. Ia meletakkan kalung itu tepat disebelah makam Lisa itu sendiri.
Kemudian
Leon. Setelah ia mencari dan menemukan mayat Mila. Ia melihat pisau yang
tergeletak disitu. Ia mengambil pisau tersebut dan memotong urat nadinya
sendiri.
**
Chelsea
tersadar, kini ia tengah berada di tengah tengah hutan kembali. Ia melihat
bayangan Lisa muncul dihadapannya. Lisa menatap Chelsea dengan tatapan yang
benar benar menyeramkan. Chelsea berusaha berlari sekuat tenaga.
**
Gabriel
dan Shilla kaget melihat apa yang mereka temukan. Tapi setelah itu mereka
mengetahui bahwa sekarang bahaya benar benar mengancam mereka. Mereka langsung
lari dan mencari teman teman yang lainnya. Satu satunya tempat yang harus
mereka datangi adalah telaga. Yah. Itulah tempatnya.
**
“Oik..”
Panggil Cakka pelan. Oik menoleh padanya.
“Yah?”
“Gue
mau ngomong sesuatu sama elo..” Ungkap Cakka. Alvin kini terfokus pada Cakka
yang nampaknya sedang focus pada Oik.
“Sebenernya
gue…” Ucapan Cakka terpotong, ia melihat seorang gadis berlari cepat. Setelah
bayangan itu terlihat Alvin langsung berteriak keras pada gadis itu.
“Chelsea…”
Teriak Alvin. Ia nampaknya ingin berlari namun seorang bayangan cewek datang
dibelakang Chelsea.
“Kakkk
Alvin, tolong kakk. Kakkk..” Teriak Chelsea.
Cakka,
Oik dan Alvin yang melihat kemudian segera berlari namun bayangan itu kini
segera menuju Chelsea hingga membuat Chelsea terjatuh. Chelsea ketakutan
melihat bayangan itu semakin mendekat kearah dirinya.
“Chelsea…”
Kini Alvin tengah berlari dan mendekati Chelsea, ia melihat bayangan sosok itu.
Cewek itu kini melihat ke Alvin.
“Apa
yang kau inginkan., Jangan ganggu adikku.” Teriak Alvin. Bayangan cewek itu
kini mendekat kearah Chelsea, namun Alvin berusaha untuk menyelamatkan adiknya
tersebut. Bayangan itu melihat Alvin yang berlari ke arahnya dan Chelsea
langsung menghempaskan tubuh Alvin. Sehingga membuat Alvin jatuh tersungkur.
Darah mengalir keras dari mulutnya itu. Ia memegangi dadanya yang kesakitan
sambil berusaha untuk bangkit kembali.
Kini
bayangan sosok itu melihat kea rah Cakka dan Oik. Oik bersembunyi di belakang
Cakka. Namun Cakka malah berbalik dan bersembunyi di belakang Oik.
“Kkka.
Apa apaan sih lo. “ Ucap Oik kesal melihat Cakka bukannya melindunginya malah
berada di belakangnya.
“Gue
takut ik.” Jawab Cakka
“Tapi
elo kan cowok. Harusnya elo yang ngelindungi cewek. Bukan malah berlindung di
belakang cewek” ketus Oik.
“Ssstt.
Jangan berisik. Lihat dia natap kita gitu banget.” Ucap Cakka. Bayangan itu
kini mendekat kearah Cakka dan Oik. Kini dengan sekejap bayangan itu telah
berada di depan Oik. Oik merasa kaget, Badannya bergetar hebat, belum pernah ia
berhadapan langsung dengan sosok yang seperti sekarang ini. Sementara Cakka. Ia mundur. Ia benar benar
takut. Dirinya tak tahu apa yang harus ia lakukan.
“Oik..”
lirih cakka pelan ketika melihat sosok itu memegang leher oik.
**
“Oikkk!!!”
Teriak Shilla dan Gabriel saat melihat leher Oik yang dipegang oleh sosok
bayangan itu. Cakka hanya diam tak berkutik sedikitpun. Kemudian Cakka melihat
wajah Oik yang nampaknya kini tengah melihat kea rah dirinya. Dan akhirnya.
“Lepasin
diaaaa..!” Erang Cakka, Dengan kasarnya Cakka langsung menarik Oik. Dan sosok
bayangan itu pun menghempaskan tubuh Cakka seperti Alvin tadi. Cakka merasa
bahwa kini ia sudah tak bisa melihat dunia kembali.
**
Shilla
dan Gabriel kini hanya diam. Ia mengamati teman temannya itu. Saat Shilla
berusaha untuk mendekati mereka, ada sebuah tangan yang menghentikannya.
“Rio…”
Lirih Shilla
“Ssst,
elo disini aja. Kita lihat apa yang dilakukan sosok itu.” Jawab Rio, Shilla
mengangguk dan kini ia melihat Sivia dan memeluknya sambil menangis.
“Shill,
gue tahu elo takut kan. Kita juga semua disini ketakutan sama kaya elo.” Sivia
mencoba menghibur Shilla. Gabriel dan Rio hanya bisa diam. Dan mereka kembali
melihat kea rah sosok bayangan itu.
**
Kini
bayangan itu mendekati Chelsea kembali. Chelsea yang masih tersadar sedikit
takut melihat bayangan itu. Tiba tiba bayangan sosok itu memegang leher
Chelsea. Alvin berusaha menolong adiknya itu namun tenaganya sudah tidak kuat
lagi. Ia melihat Oik yang terkapar walau masih sadar sedikit juga melihat
kearah Chelsea dengan khawatir dan Cakka benar benar terkapar.
Tangan
sosok bayangan itu kini meraih sebuah benda yang ada dileher Chelsea. Chelsea
diam. Ia tak berkutik. Namun setelah sosok bayangan itu sudah mendapatkan apa
yang ia inginkan ia perlahan lahan meninggalkan Chelsea dan telaga itu. Chelsea
hanya bisa melihat kejadian itu dengan amat sangat ketakutan.
**
Setelah
bayangan sosok itu pergi, Shilla segera menghampiri Chelsea. Sivia segera
menghampiri Oik. Rio segera menghampiri Alvin. Dan Gabriel dengan sangat
terpaksa harus membopong Cakka yang benar benar tak sadarkan diri itu.
Mereka
berjalan pelan menuju penginapan mereka itu.
Kini
mereka terdiam. Tak percaya dengan apa yang kini mereka alami. Kejadian yang
member mereka suatu pengalaman. Pengalaman yang tidak menyenangkan.
Alvin
terbangun, Shilla memberikan sebuah minuman padanya. Oik yang terlihat masih
belum pulih juga melihat keadaan Cakka yang belum sadar.Air mata Oik pun keluar
dengan sendirinya. Ia takut terjadi sesuatu pada Cakka. Sivia juga ikut sedih
melihat Cakka.
“Dia
hanya pingsan. Mungkin karena hempasan yang tadi dialaminya mengakibatkan Cakka
menjadi seperti ini” Ucap Gabriel. Sivia hanya memandangi Cakka, kemudian ia
melihat kearah Chelsea yang juga diam, tak berbicara sama sekali.
“Guys,
sekarang lebih baik kita kemasin barang barang. Besok pagi pagi sekali kita
akan cabut dari sini.” Ucap Rio
“Tapi
kondisi Alvin masih belum pulih total” Ucap Shilla sambil melihat Alvin.
“Biar
Gue yang nyetir. Yel loe samping gue yah. Lo jadi pemandu. Lo kuat kan?” Tanya
Rio. Gabriel mengangguk.
“Bukannya
lo mabuk yel kalo di depan?” Kini Sivia bertanya.
“Iya,
tapi karena ini untuk situasi yang darurat gue akan berusaha ngelawan mabuk
perjalanan gue. Ini demi kalian. Karena ini juga salah gue. Gue yang ngebawa
kalian kesini. Dan akhirnya menjadi seperti ini” Lirih Gabriel pelan.
“Yeel…”
Ucap Sivia
“Ini
bukan salah loe. Ini kejadian yang tak terduga. Jadi lupakan semua pikiran
jelek loe itu” Ucap Rio.
“Loe
nggak boleh ngomong gitu yel, kan daritadi gue udah bilang kalo ini bukan
kesalahan lo. Kita semua nggak ada yang tahu kalo kita bakal seperti ini. Loe
nggak boleh ngomong gitu lagi yah” Shilla berusaha menenangkan Gabriel agar
Gabriel tak terus terusan menyalahkan dirinya sendiri. Gabriel mengangguk dan
tersenyum. Alvin hanya melihat pembicaraan teman temannya tersebut, kemudian ia
melihat kea rah Chelsea yang nampaknya masih trauma dengan peristiwa tadi.
“Chel..”
Panggil Alvin. Chelsea menoleh
“Loe
masih trauma?”
Chelsea
menggeleng pelan. Kemudian dia tersenyum simpul.
“Enggak
kok kak, tenang aja. Gimana keadaan kakak?” Kini Chelsea kembali bertanya.
“Lumayan”
Jawab Alvin dengan membalas senyuman simpul dari wajahnya. Sivia menatap kedua
kakak beradik itu dengan tersenyum. Dengan kejadian ini Alvin jadi sedikit
mencair dengan Chelsea, begitu juga dengan sebaliknya nampak Chelsea yang sudah
mulai terbuka pada Alvin.
**
Esoknya.
Mereka segera berkemas. Cakka walaupun sudah sadar. Namun keadaannya masih
belum sepenuhnya pulih. Sudah berkali kali ia merasakan bahwa badannya sangat
sakit. Begitu juga dengan yang lainnya.
Rio
duduk didepan bersama Gabriel, Sedangkan Sivia duduk ditengah bersama dengan
Oik dan Chelsea. Shilla dibelakang mendapatkan tugas untuk menjaga Alvin dan
Cakka.
Rio,walau
keadaannya belum juga pulih total. Namun ia berusaha untuk menggantikan posisi
Alvin, ia sebagai pemimpin di CRASS memang tugasnya jika ia harus menjaga semua
teman temannya. Apapun ia lakukan untuk melindungi teman temannya tersebut.
Akhirnya
mereka pulang, walaupun Rio mengemudikan jalanan dengan pelan. Dan itu lebih
baik. Namun saat perjalanan pulang Chelsea melihat dari samping seorang yang ia
rasa pernah ia lihat sebelumnya. Sepasang kekasih yang berjalan bersama
disepanjang jalan sambil tersenyum pada Chelsea. Dibelakang kekasih itu ada
seorang gadis yang mengikuti mereka dengan wajah datar dan juga ikut memandangi
chelsea dengan datar.
**
Okay.
Selesai. Akhirnya “Telaga Hitam” berhasil diselesaikan juga!
Sampai
ketemu di Bab selanjutnya yah! Tentunya semakin menegangkan juga loh!
Salam
“We Are CRASS”
**
Jangan
lupa kritik & Saran mention ke @Quotesshivers
#Bintang
No comments:
Post a Comment