Whattttt… udah jam 6 lewat 15… matiii gueee” sambil melihat jam
dindingku. Lagi-lagi aku telat bangun dan hari ini ada pelajaran Pak
Tanto, beliau adalah Guru Matematikaku yang dikenal sangat killer oleh
murid-murid. Aku harus segera mandi karena kalau bisa datang terlambat
kesekolah aku bisa mendapatkan hukuman dari Guru killer itu. Akupun
segera mandi dan bergegas untuk berangkat kesekolah.
“Sayang,
sarapan dulu?” Mama memanggil Aku untuk sarapan tapi sepertinya tidak
ada waktu untuk sarapan karena Aku kalau makan sangat lama sekali. “Ma,
maaf sepertinya Aku gak bisa ikut sarapan pagi ini. Aku harus sampai
sekolah tepat waktu, karena ada pelajaran Pak Tanto, nanti Aku pasti
sarapan disekolah kok. Maaf ya, Mama dan Papa?” Semoga penjelasan dariku
membuat Mama dan Papa mengerti dan Aku bisa langsung berangkat, tapi
Mama memanggilku lagi “Memangnya kamu semalam pulang jam berapa?” Tanya
Mama.
“Jam 10 malem Ma, banyak fans Aku yang minta foto dan
tandatangan lalu bertanya tentang sekolahku.” Jelasku. Aku adalah
seorang penyanyi cilik yang sampai sekarang masih saja disuruh untuk
bernyanyi disetiap acara, entah itu acara resmi maupun acara biasa saja.
“Oh
ya sudah kalau begitu, bawa ini untuk sarapan kamu ya? Mama sengaja
membuatkan ini untuk kamu karena Mama tahu pasti kamu akan bangun telat
dan tidak sempat sarapan, jadi Mama menyiapkan sarapan untuk kamu bawa
kesekolah. Oh ya Shanin berangkat sama Papa kamu saja.” Mama ternyata
sudah menyiapkan sarapan untukku, Mama sangat baik sekali selalu
memperhatikan Aku.
“Terima kasih ya Ma?” sambil mengecup kening Mama dan berpamitan dengan Mama, Papa, dan Adikku.
Akhirnya Aku sampai juga disekolah, untung masih ada sepuluh menit lagi untuk mempersiapkan diri mengikuti Pelajaran Pak Tanto.
“Hey Shill, tumben udah dateng? Biasanya kalau abis ada show lo dateng telat terus.” Tanya Anin sahabatku.
“Iya
Nin, masa gue mau dateng telat terus sih? Kegiatan gue diluar bukan
untuk suatu alesan gue untuk telat bangunkan? Tapi ya gue emang sering
telat sih.” jawab Aku dengan engan.
“Oh ya ada anak baru lho? Lo tau gak?” Tanya Anin kembali.
“Oh ya? Gue gak tau Nin, eh ya siapa namanya?”
“Gue
gak tau namanya siapa, tapi kata anak-anak sih dia masuk kelas kita.”
Penjelasan Anin sesuai dengan informasi yang dia dapatkan.
“Oh ya, Nisa kok belum dateng ya???” Tanya Aku sambil mencari sosok sahabatku yang ceria ini.
“Sebentar lagi juga dateng, noh dia…..” sambil menujuk kearah Nisa.
“Hey Shill, Nin.” Sapa Nisa.
“Hey juga” Sapa kembali Aku dan Anin.
“Kok pada gak masuk kelas?” Tanya Nisa kepada Aku dan Anin.
“Nanti aja Nis, Pak Tanto belum dateng lagian belum bel juga.” Jawab Anin.
“Oh.. Oh ya Shill, gimana kemaren show Lo? Sukses?” Tanya Nisa tentang show Aku yang semalam Aku kerjakan.
“Sukses kok Nis, Gue ketemu banyak artis-artis dan penyanyi-penyanyi senior juga.” Jawabku dengan senyuman.
“Ok
deh. Tapi Lo gak lupa sama kita-kita kan?” Tanya Nisa dengan harapan
persahabatan yang sudah lama terjalin tidak boleh putus hanya karna
profesi Aku sebagai penyanyi.
“Gue gak akan lupain Lo kok Nis,
Nin. Gue pasti inget kalian terus. Makasih ya udah setia jadi sahabat
gue, saat gue gak sekolah Lo berdua masih bisa ngertiin gue ngasih gue
catetan dan ngajarin pelajaran yang tertinggal. Thanks My bestie” Aku
sangat berterima kasih kepada Tuhan karena telah memberikan kedua orang
sahabat yang mengerti Aku dan sangat baik sekali.
“Sama-sama” jawab Nisa dan Anin bersamaan.
Bunyi
bel pun berdering sangat kencang sekali. Semua murid-murid masuk
kekelas masing-masing, untung saja Aku, Nisa, dan Anin selalu sekelas.
“Selamat Pagi anak-anak?” Sapa Pak Teguh. Pak Teguh adalah Wali Kelas kami yang sangat baik, ramah dan disiplin.
“Pagi Pak….” Balas anak-anak sekelas.
“Pagi
ini Pak Tanto tidak bisa datang karena ada urusan ke Yogyakarta dan
kalian diberikan tugas oleh Pak Tanto disuruh mengerjakan Latihan 6 dan 7
lalu dikumpulkan.” Pemberitahuan Pak Teguh sangat memberatkan hati kami
semua, karena lebih baik ada Pak Tanto dari pada harus mengerjakan
Latihan 6 dan 7.
“Oh ya satu lagi, ada kabar menyenangkan untuk
kalian semua. Kita kedatangan Murid baru dari Bali. Mari silakan masuk?”
Pak teguh memperkenalkan Murid baru itu kepada kami semua dan
mempersilakan masuk.
Aku tidak menghiraukan kedatangan murid baru
itu, Aku mulai mengerjakan soal-soal matematika yang diberikan Pak Tanto
supaya nanti Aku dapat selesai dengan cepat dan bisa tidur dikelas,
karena sebenarnya Aku masih ngantuk sekali. Namun, Pak Teguh memanggilku
“Shilla???” Aku tersentak kaget, lalu Aku melihat Pak Teguh dengan
wajah yang tiba-tiba menakutkan.
“Iya Pak.” Aku menjawab dengan lantang.
“Kamu jangan sibuk dengan pekerjaanmu dulu.” Peringatan Pak Teguh. Lalu Aku diam dan memperhatikan murid baru itu.
“Perkenalkan
nama saya I Made Panca Wardana, kalian boleh memanggil saya dengan
Made, atau Panca. Dan saya sangat senang bisa berkenalan dengan kalian,
semoga saya bisa beradaptasi dengan kalian. Terima kasih.” Perkenalan
singkat ini membuat murid-murid mengetahui nama Murid baru ini. Lalu Pak
Teguh mencari-cari kursi yang masih kosong.
“Shilla???” Lagi-lagi
Pak Teguh mengagetkan Aku lagi, untung saja Aku tidak mempunyai
penyakit jantungan kalau saja punya Aku bisa langsung meninggal karena
Pak Teguh selalu mengagetkan Aku. Suara Pak Teguh yang bariton dan
lantang.
“Iya Pak?” tanyaku kepada Pak Teguh.
“Kamu duduk
dengan Panca ya? Karena satu-satunya bangku yang masih kosong hanya
bangku kamu. Ok Panca mulai sekarang kamu boleh bergabung dengan
teman-teman kamu dan tentunya teman sebangku kamu.” Hal ini membuat Aku
sangat mengagetkan sekali, tapi percuma saja kalau Aku harus menolak ini
semua karena Pak Teguh tidak mungkin mendengarkan Aku. Dan saat ini Aku
mempunyai teman sebangku bernama Panca.
“Ok semuanya Bapak
tinggal dulu, dan jangan mengganggu kelas lain ya?” kemudian Pak Teguh
menghilang dari kelas. Tapi semua murid dikelas ini menjadi berisik,
semuanya terlihat sedang sibuk untuk bekerjasama dan yang anak ceweknya
mulai tebar pesona dengan anak baru ini. Aku merasa tidak nyaman dengan
keadaan ini, lalu Aku menyuruh Nisa untuk mendiamkan anak-anak supaya
tidak berisik karena Nisa adalah Ketua Kelas dan akhirnya Nisa berhasil
untuk mendiamkan anak-anak sekelas, Aku bangga kepada Nisa karena Nisa
seorang yang tegas sekali dengan tanggung jawabnya.
Aku mulai
menulis kembali dan mengerjakan soal-soal latihan ini, tiba-tiba tanpa
sengaja Aku memergoki Panca sedang memperhatikan Aku. Kemudian pandangan
Panca menjadi kelihatan salah tingkah dan memperhatikan Aku menulis.
“Ni
buruan Lo kerjain, nanti dikumpul.” Aku memberikan pinjaman buku
matematika kepada Panca, dan kami mengerjakan soal matematika itu
bersama-sama.
“Eh kalau nulis itu pakai tangan kanan bukan kiri, gak bisa bedain kanan sama kiri ya?” tanya Panca dengan ketus.
“Gue kidal!” Jawab Aku sekenanya.
“Oh. Sini gue ajarin.” Panca menarik tanganku untuk mengajari Aku.
“Ih
apa-apaan sih Lo, gue bisa nulis walaupun gue kidal. NGERTI???” Jawab
Aku dengan emosi, lalu Anin dan Nisa menoleh kebelakang. Karena tempat
duduk kami depan belakang, dan Anin pun ikut dalam perdebatan Aku dan
Panca.
“Iya Panca, si Shilla emang kidal dan dia bisa nulis kok
walaupun dia kidal. Jadi Lo jangan buat temen gue kesel?” kata Anin
membela Aku. Aku memang sudah sering diajarin oleh Anin dan Nisa untuk
menulis pakai tangan kanan tapi tidak bisa, Aku hanya bisa makan saja
menggunakan tangan kanan.
“Udah deh Lo gak usah bawel
mending Lo sekarang kerjain tugas dari Pak Teguh..” potong aku dengan
emosi yang cukup meninggi. Aku sangat tidak suka dengan sikap Panca, dia
selalu mengomentari setiap hal yang aku lakukan. Aku memang kidal sejak
kecil dan aku sudah berusah untuk belajar menggunakan tangan kanan ,
bahkan Nisa dan Anin selalu membantu Aku untuk menggunakan tangan kanan
tetapi itu sulit sekali.
“Ya udah sih gak usah marah gitu, nanti
cepet tua lho?” jawab Panca sambil melihat buku cetak matematikaku. Lalu
Aku mulai mengerjakannya lagi, tiba-tiba handphoneku bergetar. Aku
melihat layar LCDku ternyata dari Managerku yaitu Tante Metta, Tante
Metta adalah adik dari Mama, lalu Aku segera angkat telepon tersebut.
“Hallo Tante, ada apa?” tanyaku sambil melihat disekelilingku berharap tidak ada guru yang datang.
“Kak
Shilla maaf Tante menggangu belajar Kakak Shilla, Kak malam minggu ini
Kakak diundang ke acara Ulang tahun anaknya Bapak Putu, Kakak bisa
datang?” Tanya Tante Metta diujung telepon.
“Oh oke Tante bisa kok jam berapa??”
“Sekitar jam 7 malam, Kak. Tante jemput Kakak aja ya?? ”
“Oke Tante, makasih ya informasinya. Makasih banyak ya Tante selalu membantu Aku.”
“Iya
Kak sama-sama” Akhirnya Aku menyudahi telepon dari Tante Metta, dan Aku
kembali mengerjakan soal-soal latihan ini kembali. Sunyi dan tenang
sekali kelas ini, Aku menyukai susanan kelas yang seperti ini.
“Eh, emangnya boleh ya saat pelajaran berlangsung telepon-teleponan??” Tanya Panca dengan wajah yang sangat tajam.
“Gak boleh.” Jawabku singkat.
“Kalau gak boleh kenapa telepon-teleponan?” Tanya Panca kembali dengan tatapa tajamnya.
“Lo berisik banget sih dari tadi…???” Jawabku dengan kesal.
“Pancaaaaaa…
Shilla… bisa diem gak sih kalian?? Dari tadi ribut terus, nanti kalian
gue jodohin baru tau rasa kalian… hahahaha” kata Nisa dengan
kejahilannya.
“Apaan sih Lo, Nis? Jodohin? Ogah banget gue sama dia, udah bawel banyak maunya, selalu kometarin orang, terus terus…….”
“Terus
ganteng ya, Shill?” kata Anin memotong pembicaraanku. Aku melihat wajah
Panca sekilas, ya memang Panca tampan dan ada sesuatu yang terlukiskan
didalam wajah Panca, sepertinya Aku tidak asing melihat wajah Panca.
“Shilll..
shill…” Aku masih memandangi wajah Panca dan Aku memikirkan sesuatu,
aku baru ingat wajah Panca mirip sekali dengan sahabatku waktu kecil. Ya
Panca sangat mirip sekali dengan Made.
“Woy… Shilla???” Aku kaget
saat Panca memanggilku, dan Aku melihat anak-anak sedang melihat
kearahku. Aku sangat malu sekali karena tanpa sadar dari tadi Aku
memandangi wajah Panca.
“Cieeeee Shilla memandangi wajah si Panca aja nih??” kata Bima sambil menepuk tanganin Aku.
“Apaan
sih Lo? Aneh!” Lalu Aku segera keluar kelas dan menuju ke toilet, saat
Aku meninggalkan kelas suasana di dalam kelas masih terdengar sangat
berisik. Lalu Anin dan Nisa menututi Aku ke toilet.
“Shill, Lo kenapa sih tadi? Jadi aneh gitu? Terus Lo ngapain mandangin si Panca?” Tanya Nisa dengan melihat wajahku.
“Aduh
gue juga gak tau Nis, tiba-tiba gue mandangin wajah dia.” Lalu aku
meneteskan air mata. Dan Anin melihat Aku meneteskan air mata. “Shill,
Lo kenapa nangis?” Tanya Anin heran.
“Gue keinget sahabat gue, Nin. Lo ingetkan dulu gue pernah cerita tentang Made?”
“Iya inget kok, terus apa hubungannya sama Panca?”
“Tadi
Lo bilang dia gantengkan, terus tiba-tiba gue pengen ngeliat muka dia
tapi setelah gue liat muka dia, dia mirip sama Made. Gue jadi keinget
Made dan gue kangen sama Made, Nin.” Jelasku dengan suara yang serak
karena Aku kini mulai menangis. Aku sudah cukup bisa melupakan Made,
namun entah kenapa Aku jadi kangen dengan Made.
“Sabar ya Shill
jangan nangis lagi, gue tau Lo sayang banget sama Made. Tapi jangan
nangis gitu donk. Nanti jelek lho?” Canda Anin menghiburku disaat Aku
sedang sedih.
“Oh ya Shill, namanya si Panca kan ada Made -
Madenya gitu. Kalau gak salah I Made Panca Wardana” kata Nisa
memberitahuku nama panjang Panca.
“Oh iya Shill, bener tuh ada Madenya.” Anin menyetujui kata Nisa.
“Terus
kalau dia ada nama Madenya, itu Made sahabat gue waktu kecil? Gak
mungkin, lagian si Panca itu sikap dan sifatnya sangat JAUH berbeda
sekali dengan sikap dan sifat Made.” Jawab Aku dengan ketidak yakinan
bahwa itu bukanlah Made sahabatku dulu.
“Ya udah deh mending sekarang kita kekelas aja yuk?” ajak Nisa
“Lo berdua aja deh, gue masih mau disini. Oh ya nanti gue mau ke UKS aja, gue titip buku gue ya Nis?”
“Lo yakin, Shill?”
“Iya
Nis, nanti kalau gue ke kelas anak-anak malah jadi berisik.” Jelasku
kepada Nisa kalau Aku tidak ingin masuk ke kelas, Aku ingin menenangkan
diri dulu.
***
Akhirnya Aku sudah
sampai dirumah, dan Aku segera masuk ke kamar untuk tidur tetapi ada
adikku Shanin, dia sedang main laptopku lalu dia melihat foto-foto waktu
kecil. Foto-foto itu hanya sebagian Aku simpan di dalam laptopku,
sebagian lagi di album foto, Aku masih ingat semua tentang kejadian yang
berlangsung di dalam foto ini, foto-foto ini banyak sekali kenangan di
masa kecil. Lalu Aku membuka album foto itu, Aku melihat wajahku yang
masih sangat kecil dan seorang anak laki-laki tampan merangkul Aku
dengan hangat, anak laki-laki itu bernama Made kecil. Aku mengingat akan
sebuah kejadian lalu, waktu itu Aku difoto oleh Ayahnya Made saat itu
Aku dan Made sedang bermain basket bersama, menyanyiakan sebuah lagu
persahabatan yaitu “That’s what friends are for”. Aku dengan Made tidak
pernah bosan untuk mendengarkan lagu ini setiap hari pasti menyanyikan
lagu ini entah lagu ini mempunyai arti persahabatan untuk Aku dan Made.
Made selau hadir saat Aku kesepian dan Madelah yang selalu membuat Aku
tersenyum dan tertawa, Aku dan Made selalu menghabiskan waktu di rumah
pohon yang dihadiahkan Ayah Made untuk Made namun kini rumah pohon itu
sudah tidak layak untuk Aku huni karena bangunanya sudah tua sekali
bahkan sudah kotor dan dipenuhi oleh debu-debu. Tapi Aku berniat untuk
membersihkan rumah pohon itu kembali, Aku ingin rumah pohon itu menjadi
bukti persahabatan Aku dan Made terbentuk menjadi persahabatan yang
sangat berharga. Walaupun Made sekarang entah dimana rumah pohon ini
menjadi sebuah kenangan persahabatan kami.
“Kak… Kak Shilla?”
Shanin memanggil Aku namun Aku tidak menyadari panggilan Shanin, Aku
masih saja mengingat semua kejadian indah dimasa kecilku bersama Made.
Lalu selintas nama Panca memasuki pikiranku, Aku mengingat tentang
kejadian tadi disekolah kalau nama Panca itu I Made Panca Wardana namun
apa benar kalau Panca itu adalah Made sahabat kecilku? Selintas
pertanyaan dalam benakku, namun sikap dan sifatnya bukanlah seperti Made
sahabatku, Panca sangat jahil dan selalu mengomentari orang lain. Tapi
wajah Panca dan Made ada kemiripan dan dari tatapan matanya pun seperti
tatapan Made. Panca bukanlah sahabatku Made adalah sahabatku. Semua
pikiran terus masuk dalam pikiranku, entah itu Panca maupun Made, Aku
sangat penat dengan pikiran ini dan Aku sendiri malu dengan sikapku tadi
disekolahan yang memandangi Panca dengan penuh seksama, ah Aku sangat
malu sekali.
“Kak…” lagi-lagi Shanin memanggilku namun Aku masih saja memikirikan kedua nama itu.
“KAK SHILLA!!!!!” suara Shanin hampir membuat telingku sakit.
“Apaaaaaa sih? Kalau panggil pelan-pelan dong, Shan?” omel Aku kepada Shanin.
“Kakak
Shilla yang BOLOT… dari tadi Aku panggil Kakak tapi Kakak gak denger,
lagi mikirin siapa sih Kak?” jawab Shanin dengan memperhatikan album
fotoku, sepertinya Shanin sudah memperhatikanku dari tadi.
“Itu Shan, kamu taukan si Panca anak baru sekolah kita?” Aku menjelaskan kepada Shanin.
“Iya Kak, Aku tau kok emang knp kak sm dia? Terus urusannya sama foto itu apa kak?” Tanya Shanin dengan tidak mengerti.
“Panca
mirip Made, Shan. Terus nama Panca itu ada Made-madenya gitu, I Made
Panca Wardana” lalu Aku meceritakan tentang kejadian hari ini dikelasku.
Aku menceritakan semua ini kepada Shanin dari awal sampai akhir, dan
Shanin pun sangat kaget dan tidak menyangka bahwa kakak kelasnya yang
baru itu bernama Made alias Panca.
Shanin mengetahui perasaan Aku
seperti apa saat ini, Aku yang selalu ingin bertemu Made kembali dan
kini anak baru disekolah kami mirip sekali dengan Made.
“Kak,
kalau Shanin pikir ya memang ada kemiripan antara Kak Made dan Kak
Panca, coba deh Kak lihat di bagian dekat kening Kak Panca sebelah kanan
ada tanda lahir gitu, dan di bagian kening sebelah kanan Kak Made juga
ada tanda lahir.” Kata Shanin sambil mengingat-ingat kejadian tadi
disekolah saat bertemu dengan Panca. Lalu Akupun baru menyadari benar
apa yang dikatakan oleh Shanin bahwa mereka berdua mempunyai kesamaan di
tanda lahir mereka, bukan hanya mata mereka yang sama melainkan tanda
lahir. Dan sepertinya tanda lahir tidak akan pernah ada yang lain.
“Shan, kalaupun itu Made kenapa dia tidak ngenalin Kakak?” Tanya Aku kepada Shanin.
“Kak,
kalian kan dulu punya nama panggilan masing-masing.. Mungkin aja Kak
Panca hanya ingat nama panggilan kalian dulu.” Jawab Shanin membuat Aku
menjadi penasaran akan nama Made dan Panca.
Aku baru ingat kalau
Aku mempunyai Lagu kesukaan yaitu That’s What Friends Are For bersama
Made saat kami kecil. Dan semoga saja ini menjadi point keberuntunganku
untuk mengetahui apakah panca itu Made.
“Oh ya Shan, kita tidur
yuk? Makasih ya udah dengerin cerita Kakak.” Kataku sambil memeluk
Shanin dengan penuh kasih sayang. Aku bersyukur karna mempunyai Adik
seperti Shanin yang selalu membuat Aku semangat dalam menghadapi suatu
hal. Ya, memang Aku dan Shanin lebih tegaran Shanin dari pada Aku. Lalu
Aku terpejam dalam tidurku.
***
Aku
menyambut pagi ini dengan senyuman, Aku sangat berharap kalau hari ini
jauh lebih baik dari hari kemarin. Dan sekarang Aku, Shanin, Mama, dan
Papa sudah ada dimeja makan untuk sarapan bersama. Aku melihat
Handphoneku tertera nomor tidak dikenal, Mama memperhatikan Aku
begitupun Papa. Aku tau kalau kita tidak boleh angkat telepon saat
makan, namun saat ini Mama dan Papa mengijinkan Aku untuk angkat
telepon.
“Siapa sayang?” Tanya Mama.
“Gak tau nih Ma, Aku gak kenal nomornya..” kataku sambil melihat layar LCDku.
“Angkat
aja Sayang.” Kata Mama penuh dengan senyuman. Entah kenapa setiap kali
Mama senyum hatiku jadi tenang. Lalu Aku mengangkat telepon itu.
“Hallo…” kataku
“Hallo.. Ini Shilla yang penyanyi itu ya?” kata seseorang disebrang telepon sana.
“Hmm.. Iya…” kataku.
“Aduh
seneng banget deh bisa denger suara kamu dan bisa ngobrol sama kamu.
Aku Gina, hmm.. Aku dapet nomor HP kamu dari adik kamu. Kemarin Aku
telepon kerumah kamu Cuma sayangnya kamu gak ada shill lagi les, yang
angkat telepon aku adik kamu. Maaf Aku tau nomor telepon rumah kamu dari
Kakakku yang kenal sama Mama kamu.” Katanya kembali.
Ternyata dari salah satu fans Aku.
“Oh Terima Kasih ya, oh dari adikku..” kataku kembali
“Maaf
ya Shill, ganggu kamu pagi-pagi gini. Aku Cuma mau mastiin ini nomor HP
kamu atau bukan.. maaf ya sekali lagi ganggu kamu..” kata gina seperti
orang yang merasa bersalah. Tapi lucu juga ya kalau ngeliat fans
ketakutan kayak gini, hehehe tawaku dalam hati.
“hmm.. gak apa-apa
kok. Kamu kelas berapa?” tanyaku, aku sering bertanya seperti ini
karena kalau dia lebih tua dari aku berarti aku harus memanggil dia
Kakak, dan sebaliknya kalau dia lebih muda dari pada aku ya aku panggil
dia Adik.
“Oh Aku kelas 12 shill. Kamu kelas 7 ya?” Tanya Gina.
“Iya, Kak. Aku kelas 7. Kak, nama kakaknya kakak siapa?” tanyaku kembali.
“Namanya Kak Agnes, shilla.” Jawab Gina dengan santai.
“Oh…
Suster Agnes ya? Oh Aku kenal dia Kak. Hehehe” Ternyata Kak Gina itu
adiknya Kak Agnes. Mama melihat kearahku dan tersenyum.
“Oh iya Shill. Shill, hmm… kamu lagi apa? Belum berangkat sekolah?”
“Aku lagi makan Kak, ini sebentar lagi berangkat kok.”
“Oh
ya udah kamu makan dulu aja, maaf ya sekali lagi ganggu kamu… Salam
kenal sekali lagi.” Kata Gina sebelum menyudahi telponnya.
Sepertinya Kak Gina itu baik sekali deh, dia sama seperti Suster Agnes yang baik dan ramah sekali terhadap pasien-pasiennya.
Lalu Aku berangkat kembali ke sekolah…
“Aduh kenapa harus macet sihhh…” gerutuku
“Bisaaaa diterkam lagi deh nih sama Pak Tantoo.. huaaaaaa” teriakku..
“Apaan sih lo kak teriak-teriak di mobil.” Kata Shanin disebelahku… Sepertinya Shanin terganggu dengan teriakkanku ini…
“Maaf deh..”
Sampai
disekolah Aku melihat jam ditanganku.. “What… udah jam 07.05” kataku
dengan gelisah. Ya sudahlah mau lari juga sepertinya tidak bisa melewati
hukuman dari Pak Tanto. Aku berjalan dikoridor dengan santai. Sampai
pada dikelas Pak Tanto sudah mengajar dan menerangkan bab pelajaran yang
baru. Dengan perasaaan yang gelisah dan jantung deg-degan Aku mengetok
pintu.
Tok..tokk…tokkk…
“Permisi Pak….” Kataku dengan hati-hati.
Tidak
ada jawaban dari Pak Tanto. Apa seasyik itukah seorang guru kalau lagi
mengajar dan menghiraukan suara dari luar?? Tapi Aku semakin takut untuk
masuk ruangan kelasku sendiri, kelasku kini sangat HORROR sekali.
Tok…tokk….tokkk…..
“Permisi Pak….” Kataku lagi dengan hati-hati, semakin takut saja Aku.
Sekali
lagi tidak ada jawaban dari Pak Tanto, apa suaraku belum kencang ya?
Tapi teman-temanku sudah melihat kehadiranku, bahkan Nisa dan Anin juga
melihat Aku. Semakin tambah deg-degan Aku.
Tok….tokk….tokkkk…..
“Perimisi Pak Tantooooo…..” kataku untuk ketiga kalinya.
Dan akhirnya Pak Tanto menoleh keluar dan mengarah kepadaku..
“Oh
ada Shillaaaaaaa….. Silakan masuk.” Akhirnya Pak Tanto mempersilakan
Aku untuk masuk. Kemudian Aku masuk kedalam ruang kelas semua mata
teman-teman memandang kearahku. Tapi yang lebih menakutkan adalah
tatapan mata Pak Tanto.
“Sekarang jam berapa Shilla???” Tanya Pak Tanto siap-siap ingin menerkamku.
“Maaf
Pak.. Maaf Saya telat, maaf sekali lagi Pak.. sekarang jam 7 lewattt 7
menit Pak” Aku tidak berani untuk menantap Pak Tanto jadi lebih baik aku
menunduk saja.
“Tatap saya Ashillaaaaa!!!!” Teriak Pak Tanto
Mau tidak mau akhirnya Aku menatap kearah Pak Tanto…
“Iiiii… iiiiyaaa Pak Maaf…” Aku benar-benar takut sekali.
“Ya
sudah sebagai hukumannya kamu Bapak suruh berdiri di depan selama 45
menit.. atau ada yang mau nemenin Shilla untuk berdiri di depan?” Tanya
Pak Tanto..
Tiba-tiba seorang laki-laki yang duduknya deretan belakang berdiri dan maju kedepan…
Teman-teman sekelas bingung dengan tingkah laki-laki ini, begitu juga dengan Pak Tanto dan Shilla.
“Ada apa kamu mau kedepan?” Tanya Pak Tanto heran.
“Tadi Bapak nanyakan siapa yang mau nemenin shilla untuk berdiri di depan?” Tanya laki-laki itu...
“Iya… Kamu anak baru ya? Siapa namamu?” Tanya pak Tanto
“Iya
Pak Saya anak baru disini, nama Saya I Made Panca Wardana. Bapak
panggil saja Saya dengan nama Panca atau Made” Kata Panca menjawab
pertanyaan Pak Tanto. Ternyata laki-laki itu adalah Panca.
“Iya
sudahlah berdiri saja kalian berdua. Oh ya keluar saja jangan berdiri
disini nanti mengganggu KBM saya..” Pak Tanto mempersilakan Aku dan
Panca keluar.
Saat di luar Shilla semakin tidak karuan perasaanya, Shilla hanya bias diem dan diem. Panca yang memulai pembicaraan.
“Lo kenapa bias telat sih?” Tanya Panca..
Shilla hanya menjawab satu kata saja “Macet” dan Panca hanya membalas dengan ber oh ria.. “Ohhh”
Kembali
terdiam dalam kesunyian.. kemudian Shilla angkat bicara, “Eh lo ngapain
sih ikut-ikutan berdiri diluar kayak gini??” Tanya Aku kesal.
“Gue
mau minta maaf tentang masalah kemarin, maafin gue ya Shill? Maafin
semua kesalahan gue sama Lo.. Lo mau gak maafin gue?” Tanya Panca sambil
mengulurkan tangannya ke Shilla.
Tapi tidak ada respon dari
Shilla, kemudian Panca melanjutkan pembicaraannya “Gue kepengen berdiri
sama Lo diluar ini buat nebus semua kesalahan Gue sama Lo. Gimana Lo
maukan maafin gue?” Kata Panca tulus.
Aku mulai merasakan sesuatu
yang tidak asing lagi, Aku kembali teringat akan masa kecilku bersama
Made. Hal yang dilakukan Panca sama dengan yang dilakukan Made saat Made
melakukan kesalahan kepadaku. Ya waktu SD Made memecahkan botol air
minumku dan besoknya Aku terlambat dan saat itu juga Made ikut berdiri
diluar bersamaku. Dan kini apa yang dilakukan Panca sama seperti yang
dilakukan Made kepadaku.
“Shill, apa lo mau maafin gue?” Tanya Panca sekali lagi.
“Iya Gue maafin Lo kok. Mungkin kemarin itu Gue lagi sensitive aja jadi ya gituu..” kata Aku.
“Thanks
banget ya Shill, Lo ternyata Baik banget yaa… Gue pikir Lo jutek gitu
dan sombong… Tapi nyatanya gak sama sekali.” Kata Panca kepadaku.
“Your welcome (: … Hmm jangan ngeliat seseorang dari luarnya aja Panca.” Kataku menasehatinya
“hahaha iya deh.. Oh ya Lo mau gak dateng ke acara Ulang tahun Gue?” Tanya Panca
“Emang Lo kapan ulang tahun?” kataku kepada Panca.
“Malam minggu ini… Bisa gak? Masih ada waktu 4 hari lagi kok untuk memikirkan ini.. hehe” kata Panca.
“Malam minggu ini??? Kayaknya gak bisa deh Gue ada job nyanyi di ulang tahun juga. Maaf ya?” kata Aku dengan wajah yang melas.
“Oh
ya udah gak apa-apa. Oh ya Gue lupa kalau Lo artis kan jadi sibuk gitu,
sorry ya Gue kan bukan siapa-siapa Lo” kata Panca kemudian.
“Ya
ampun Ca, Lo jangan kayak gitu dong. Gue gak suka kalau ada yang mandang
Gue artis gitu, anggep aja Gue ini temen kalian. Gue justru gak enak
kalau gue di bilang artis.” Kata Aku menjelaskan.
Pancapun
merasakan sesuatu yang berbeda kini perasaan Panca menjadi tidak karuan
mendengarkan apa yang diucapkan Shilla kepada dirinya. Gadis ini
benar-benar Baik hatinya dan Shillapun tidak seperti artis lainnya.
Tanpa disadari Panca mengucapkan “Gilaaa Gue jatuh cinta sama Lo shill”
lalu kemudian Aku tersentak kaget mendengarkan pernyataan dari Panca
“HAH APA???” Aku sadar bahwa tadi Aku berteriak kemudian Aku menunduk
dan…
“SHILLAAAAA!!!” Suara Pak Tanto kembali membuatku jantunganku ingin copot.
Kemudian Pak Tanto keluar dari kelas, dan menghampiri Aku dan Panca.
“Kalian
saya suruh keluar untuk tidak ganggu pelajaran saya, tapi tetap saja
kalian mengganggu pelajaran saya. Dan terutama kamu SHILLA…
teriak-teriak. Ya sudah kalian lebih baik masuk dari pada diluar membuat
kekacauan saja.” Kata Pak Tanto dengan tegas.
Kemudian Aku dan
Panca kembali duduk dibangku kami dan Pak Tanto kembali mengajar tapi
Pak Tanto kembali berbicara “TUNGGUU!! Panca dan Shilla kenapa kalian
duduk sebangku?” Tanya Pak Tanto.
Kemudian Panca yang menjelaskan
“Gini lho Pak, kemarin Pak Teguh nyuruh saya untuk duduk sebangku dengan
Shilla karena hanya ada bangku kosong satu yaitu di tempat Shilla ini
Pak.”
Pak Tanto memperhatikan Aku dan Panca dengan teliti sekali,
dan kemudian Pak Tanto berbicara kembali “Oh begitu. Tapi kalau Saya
pikir-pikir kalian itu cocok ya?? Panca dan Shilla.. kalau disatuin jadi
PANCASILA” Kata Pak Tanto sambil menulis nama PANCASILA di White board
itu dan membentuk tulisan itu menjadi Love. Semua anak dikelas histeris
berteriak “CIEEEEEEEE PANCA SAMA SHILLA”
“Lo cocok beneran deh Shill sama Panca, asli gga bohong Gue” kata Indie
Anin dan Nisa hanya tersenyum melihat Aku di cie-ciein sama anak-anak sekelas ini.
Hari ini benar-benar hari terburuk Aku.
Tettttt… tetttttttt
“Oke jam pelajaran Saya selesai. Semoga kalian langgeng ya PANCASILA hehehe” tawa Pak Tanto kemudian keluar kelas.
Semua anak-anak mulai memberikan selamat kepadaku.
Dan ini membuat Aku kesal, ini semua gara-gara Pak Tanto nih.
Kemudian Panca mulai berbicara “Sabar ya Shill”
Aku
ingat dengan kata-kata Panca tadi diluar ‘Gila gue jatuh cinta sama lo
shil’ Apa benar Panca suka sama Aku? Ah ini mungkin perasaan Aku saja
dan Aku sama Panca baru kenal kemarin. Tapi Aku merasa Aku sudah kenal
Panca lama sekali.
Begitu juga dengan yang dialami Panca, Panca sepertinya sudah kenal lama dengan Shilla.
Saat istirahat Shilla, Anin, dan Nisa pergi ke kantin.
“Shillaaaaaa…
Shillaaaa tunggu woiiii” Panca berteriak mengejar Shilla melewati
koridor kelas. Namun sepertinya Shilla tidak mendengar Panca
berteriak-teriak memanggil namanya.
“Shillaaaaa… woiii kidalllll” Panca mulai meledeknya lagi.
Kemudian
Shilla berbalik dan melihat Panca sudah terlihat keringatan berusaha
untuk mengejar Shilla. Anin dan Nisa terlihat sangat heran sekali.
“Ada apa lo teriak-teriak panggil gue terus? Manggilnya gga tanggung-tanggung lagi pakai kidal” Tanya Aku.
“Tau lo. Bisakan panggil Dia pake Shilla aja?” sambar Anin.
“Iya nih panggilnya kidal-kidal aja muka lo noh kadal.” Sambar Nisa dengan candaannya.
Panca sedang mengatur nafasnya itu yang tidak karuan.
“So…So…Sorr… Sorry…” Jawab Panca terbata-bata.
“Udah deh cepetan kita itu mau ke kantin.” Kata Anin kesal.
“Iya aduh bawel banget sih nih cewek-cewek cantik.” Kata Panca sambil memuji Shilla, Anin, dan Nisa.
“Eh, kelamaan banget ya Lo ngomongnya Panca” kata Nisa ikutan kesal.
“Sabar
dong. Gue mau minta maaf sama Nisa dan Anin sorry gue gga ada maksud
buat ngatain sahabat lo kidal. Terutama buat lo Shill, gue minta maaf
dengan kata-kata gue yang tadi pas kita dihukum itu sorry banget gga ada
maksud.” Jelas Panca.
“Iya udah gue maafin” kata Aku dan kemudian
ingin kembali melangkahkan kakinya menuju kantin namun langkahan itu
dihentikan oleh Nisa.
“Tunggu!!!” kata Nisa menghentikan langkahan Shilla dan Anin
“Kenapa Nis?” Tanya Aku heran.
“Gak apa-apa kok, gue cuma mau tanya si Panca ngomong apa sama Lo Shill?” tanya Nisa
“Tau
tuh anak aneh gga usah di dengerin.” Kata Aku menutupi semua kejadian
tadi di depan kelas saat Aku dan Panca di hukum. Lalu Panca hanya
tersenyum.
‘Shilla itu benar-benar baik ya. Kok Gue ngerasa ada
sesuatu yang berbeda banget ya dari sosok Shilla, Gue ngerasa kayak udah
kenal lama banget sama dia dan gue kalau ngatain dia juga kayak biasa
aja.’ Kata Panca dalam hati.
Lalu Panca berjalan sendiri kembali ke kelasnya dan dia bertemu dengan David dan Panca menyapa David “Vid..” kata Panca senyum.
“Oiii…” kata David membalas sapaan dari Panca.
“Gue mau nanya dong?” kata Panca kemudian.
“Ok mau tanya apa Bro?” Jawab David.
“Shilla udah punya pacar belum?” kata Panca
“Setau gue sih ya dia belum punya pacar. Kenapa Ca? Lo naksir yaaaa?” kata David meledek Panca.
“Apa sih lo. Gga kok gue gga naksir dia hehe…” Kata Panca untuk meyakinkan David
“Ya udah deh Bro, Gue mau ke kantin dulu laper.” Kata David sambil say good bye.
***
Malam
sudah datang dan bulanpun memancarkan sinarnya begitupun
bintang-bintang yang selalu menghiasi langit malam agar terlihat indah
dan terlihat canitk dengan kilauan kerlap-kelipnya.
Entah kenapa
malam ini nama Panca masuk dalam pikiranku, dan terus membayangiku. Aku
bingung dengan perasaanku ini Apa aku benar-benar suka dengan Panca atau
hanya perasaanku saja. Lalu Handphoneku bernyanyi-nyanyi…
Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry
call I'm desperate for your voice
listening to the song we used to sing
In the car, do you remember
Butterfly, Early Summer
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet
Lalu Aku melihat layar LCDku tertera nama “Kak Gina”
Lalu aku segera angkat telepon dari Kak Gina.
“Hallo, Iya ada apa Kak?” Kataku
“Hallo Shilla, maaf kakak ganggu kamu malem-malem gini.” Kata Kak Gina disebrang telepom sana.
“Oh gak apa-apa Kak, ada apa kak?” kataku kembali
“Hmm.. Kakak cuma pengen undang kamu ke acara Ultah sepupu kakak hari sabtu ini bisa dek?” kata Kak Gina
“Sabtu
ini ya Kak?? Maaf kak, aku ada job buat nyanyi di acara ultah juga.
Maaf banget ya Kak Gina..” Jawabku dengan perasaan yang tidak enak
menolak permintaan Kak Gina.
“Oh gak apa-apa kok dek hehehe.. Kakak tau kalau kamu sibuk hehhee..” kata Kak Gina dengan tawanya.
“Maaf ya Kak Gina jadi gak enak nih sama kakak.” Kataku menyesal.
“Iya dek gak apa-apa hehe.. Gimana disekolah tadi?” kata Kak Gina.
Aku teringat kejadian tadi disekolah. “Begitulah Kak…Hari ini Aku apes banget Kak hehhe…” kataku dengan canda.
“Apes kenapa dek?” tanya Kak Gina.
Lalu
Akupun menceritakan tentang kejadian tadi disekolahan kepada Kak Gina.
Kak Gina mendengarkan dengan seksama dan memberikan saran kepadaku.
Entah kenapa Aku lega saat cerita kepada Kak Gina dan saran yang Kak
Gina kasih berguna untuk Aku. Lalu Aku juga merasa tidak enak dengan Kak
Gina bercerita tentang masalahku dan Aku pun minta maaf ke Kak Gina.
“Kak Sorry ya Aku malah cerita ke kakak.” Kataku tidak enak.
“Gak
apa-apa lagi dek, kakak justru malah seneng kamu cerita ke kakak
berarti kakak dikasih kepercayaan ke kamu. Dan kakak seneng bisa kenal
sama kamu lebih deket lagi. Lagian kamu udah kakak anggep sebagai Adik
kakak sendiri kok hehhe..” Kata Kak Gina dengan ramah.
Aku kaget
dengar kata-kata Kak Gina, Dia menganggap Aku seperti Adiknya sendiri
dan Aku ingin sekali punya Kakak yang bisa diajak cerita dan memberikan
Aku saran. Kak Gina juga baik sekali.
“Kak Gina, Aku juga udah
anggep Kakak itu seperti Kakak kandungku sendiri. Thanks ya Kak Gina,
udah mau dengerin ceritaku dan ngasih saran untuk Aku.” Kataku dengan
senang.
“Iya dek sama-sama. Dek, kamu gak bobo? Ini udah malem lho, besokkan masih sekolah? Kakak juga nih hehehe…” kata Kak Gina
Lalu Aku melihat jam dinding dikamarku sudah menujukan arah jarum jam 9 malam.
“Oh
iya Kak…. Keasyikan ngobrol jadi gak inget jam kak hehhe… Makasih ya
Kak sekali lagi dan maaf aku gak bisa dateng ke acara ultah sepupu
kakak.” Kataku dengan jelas.
“Iya dek gak apa-apa dan sama-sama. Good Night Shilla…” Kata Kak Gina
“Iya Kak, Good Night too… Bye..” Kataku
“Byeee..” kata Kak Gina
Telepon dari Kak Gina sudah putus dan Aku masih memikirkan nama Panca.
Pada
waktu yang sama dirumah Panca tepatnya dikamar Panca. Panca duduk
sambil menghirup udara malam hari, dan memikirkan seseorang yang dia
kagumkan yaitu seorang gadis bernama Shilla. Nama Shilla kini menghiasi
hati Panca, Panca sepertinya jatuh cinta kepada Shilla. Lalu Panca
membuka album foto yang dia simpan rapi di lemari rak bukunya. Lalu
Panca membuka setiap halaman demi halaman foto tersebut ada sebuah foto
Panca dan anak kecil perempuan berwajah cantik sedang foto bersama
Panca, anak perempuan ini bernama Lala. Panca selalu memanggil namanya
dengan nama Lala, dan Lala memanggilnya dengan nama Made. Panca
menghembuskan nafas pelan-pelan dan berkata “Andai aja Shilla itu Lo
Lala, gue pasti seneng banget bisa ketemu dan bersama-sama lo lagi. Lo
dimana ya sekarang La? Gue kangen banget sama Lo. Semenjak Gue pindah
dan ninggalin Lo ke Bali gue udah gak pernah denger berita tentang Lo
lagi. Kalau kita ketemu apa Lo masih inget gue ya?? La, kalau gue
perhatiin Lo sama Shilla mirip loh. Oh ya La, Gue hari sabtu ultah Lo
masih inget gak ya sama ultah gue? Gue pengen banget undang Lo ke acara
pesta ultah gue. Hmm.. Lala dimanapun Lo berada gue kangen dan sayang
banget sama Lo. Tuhan Aku mohon Engkau selalu jaga Sahabatku Lala. ”
Lalu Panca mencium kening Lala di foto tersebut. Kini Panca hanya bisa
berharap semoga Shilla itu adalah Lala sahabat masa kecilnya.
Panca yakin kalau dia benar-benar suka dengan Shilla dan Panca berharap Shilla hadir dalam acara ultahnya sabtu ini.
***
Hari ini sudah cepat sekali hari Jumat dan Panca melihat Aku sedang berjalan dikoridor.
“Shill… Shillaaa tunggu…” kata Panca sambil mengejarku di koridor kelas.
“Ada apa Panca?” Tanyaku heran.
“Lo beneran gak bisa dateng ke acara Ultah gue? Pleaseeeee” Mohon Panca
Aku merasa tidak tega sekali dengan permohonan Panca kepadaku.
“Hmmm.. Maaf Panca, Gue bener-bener gak bisa dateng. Sorry banget ya??” Kataku tidak tega.
“Shill,
Shill Lo gak apa-apa kok datengnya telat yang penting Lo dateng ya??
Kalau job lo udah selesai Lo bisa dateng ke acara ultah Gue..
Pleaseeeee!!!” Mohon Panca sekali lagi.
Aku bingung sekali tapi
sebenarnya Aku kalau ada waktu sih bisa aja tapi kalau gak ada dan
acaranya sampai malam gimana. Nanti yang ada mengecewakan Panca.
“Shillaaa pleaseeeeee gue mohon sama Lo….” Kata Panca sambil memohon untuk ketiga kalinya.
“Hmm.. Ya udah deh Gue usahakan ya Panca. Tapi gue gak bisa janji.” Kataku dengan senyuman.
Terlihat wajah Panca yang sangat senang sekali dan tanpa disadari Panca memeluk Aku.
“Thanks bangettt Shill… Thankssss… Gue berharap Lo dateng ya…” kata Panca sambil memelukku dan belum melepaskan pelukannya.
Lalu Aku segera melepaskan pelukanku dari Panca dan terlihat wajah Panca yang salah tingkah begitupun dengan Aku.
Aku
ngerasa pelukan itu benar-benar pelukan harapan dari Panca, dan Panca
merasakan senang sekali karena Shilla mau mengusahakan dateng ke acara
Ultahnya.
Lalu dikelas Panca mengundang teman-temannya satu kelas,
dan Panca bercerita kepada Anin dan Nisa tentang perasaannya kepada
Shilla, dan Panca merencanakan sesuatu pada acara ultahnya itu. Kedua
sahabat Shilla rupanya setuju sekali dengan rencanaku itu.
Panca hanya dapat berdoa agar semua harapannya dapat terkabulkan dan berjalan dengan lancar.
***
Aku
kembali meraih album fotoku bersama Made dan tanpaku sadari Aku
benar-benar kangen dengan Made, Aku melihat foto Made sedang ulangtahun
yang ke 4. Di foto itu Aku dan Made difoto bersama oleh Papaku. Aku baru
sadar bahwa sabtu ini Made ulangtahun.
“Madeeee… Andai aja Lo
masih disini gue pengen adain acara ultah lo bareng-bareng lagi disini…
Gue nyanyiin lagu That’s What Friends are for buat Lo… sekarang suara
gue udah lumayan bagus loh heheh gak kayak dulu waktu kecil hehhehe”
kataku dengan tangisan.
Tiba-tiba Handphoneku berbunyi lagi
Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry
call I'm desperate for your voice
listening to the song we used to sing
In the car, do you remember
Butterfly, Early Summer
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet
Aku melihat Layar LCDku “Tante Metta”
Aku segera angkat telepon dari Tante Metta.
“Hallo.. Iya Tante ada apa?” kataku
“Hallo, Kak Shilla gak lupakan besok ada job nyanyi di acara ultah anaknya Pak Putu?” kata Tante Metta.
“Gak kok Tante, Aku inget hehhe…” kataku
“Oh bagus deh kalau begitu. Kak Shilla mau bawain lagu apa?” kata Tante Metta
“Hmm… apa ya Tante.. yang jelas Happy Birthday dong Tante.. hehhehe…” kataku dengan candaan
“Hahhaa Kak Shilla bisa aja deh.” Kata Tante Metta diikuti dengan tawa.
“Oh ya Tante, Aku mau bawain lagu That’s What Friends are for aja Tante. Anaknya Pak Putu umur berapa tahun sih Tante?” tanyaku
“13 Tahun deh..” jawab Tante Metta
“Oh gitu ya udah aku bawain lagu itu aja ya Tante?” pintaku
“Oh oke deh Kak. Sampai ketemu besok ya?” kata Tante Metta
“Oke deh Tante… Bye Tante…” Kataku sambil mengakhiri telepon.
“Byeee” balas Tante Metta.
Aku
sengaja membawakan lagu That’s What Friends Are For lagu ini Aku
persembahkan untuk anaknya Pak Putu juga untuk Made sahabatku.
Walaupun sahabatku entah dimana keberadaanya tapi Kamu tetap selalu dihatiku Made.
***
Sabtu Sore…
Handphoneku kembali berdering…
Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry
call I'm desperate for your voice
listening to the song we used to sing
In the car, do you remember
Butterfly, Early Summer
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet
Lalu Aku melihat layar LCDku “Nisa”
“Hallo… Iya Nis? Kenapa?” tanyaku
“Hallo… Lo datengkan Nis ke ultahnya Panca???” tanya Nisa.
“Aduhhh gue gak janji. Tapi Gue usahain dateng yaa???” kataku.
“Iya Shilla, Lo harus dateng Panca bener-bener mengharapkan kehadiran Lo.” Kata Nisa dengan lembut.
“Iya deh Nis gue usahain dateng.” Kataku.
“Gituuu dong…” Balas Nisa.
Lalu teleponpun dimatikan.
Kini Aku hanya bisa berharap semoga Aku tidak mengcewakan Panca.
Sabtu Malam..
Dirumah
Panca sudah terlihat sangat indah sekali dekorasi ruangan ini
benar-benar indah sekali, dan tamu-tamupun sudah berdatangan begitupun
teman-teman satu kelasnya Panca. Anin dan Nisa juga sudah datang, mereka
semua matanya ditutupi oleh topeng, kini tinggal menunggu Shilla.
Terlihat dari wajah Panca cemas sekali memikirkan Shilla dan kepala
Panca celingak-celinguk mencari sesosok wanita yang Ia tunggu-tunggu.
Namun sampai sekarang belum terlihat batang hidungnya.
Diwaktu
yang bersamaan Aku dan Tante Metta menuju rumah Pak Putu. Untung saja
tidak macet dan akhirnya dalam waktu 30 menit Aku sudah sampai dirumah
Pak Putu. Sekarang Aku siap-siap untuk mempersembahkan sebuah lagu untuk
anaknya Pak Putu dan sahabat kecilku yang entah dimana sekarang.
Kemudian Panca kembali ke kamarnya dan melihat langit malam dan bercerita kepada bintang-bintang.
“Apa
Shilla tidak datang ke acara ultah gue? Ahhh… Gue cowo yang malang
banget ya… udah Shilla gak dateng dan Aku pun sampai sekarang tidak
bertemu dengan Lala. Lala dulu diwaktu kita masih kecil disaat Aku ulang
tahun kamu selalu menyanyikan Aku Happy Birthday dan diikuti dengan
lagu That’s what friends are for, Aku kangen suara kamu…Aku kangen kamu…
” kata Panca sambil melihat kerlap-kerlip bintang.
“Selamat
malam semuanyaaa…Saya mau mempersembahkan sebuah lagu untuk anak dari
Om Putu… Semoga semuanya terhibur yaaa…. Dan Happy Birthday buat anaknya
Om Putu.. Ok selamat mendengarkan…”
And I never thought I'd feel this way
And as far as I'm concerned
I'm glad I got the chance to say
That I do believe I love you
And if I should ever go away
Well then close your eyes and try
To feel the way we do today
And then if you can remember
Panca kemudian turun mendengarkan lantunan sebuah lagu yang dinyanyiikan oleh seorang wanita ini.
Dan Pancapun kembali mendengarkanya.
Keep smiling, keep shining
Knowing you can always count on me, for sure
That's what friends are for
For good times and bad times
I'll be on your side forever more
That's what friends are for
Well you came in loving me
And now there's so much more I see
And so by the way I thank you
And then for the times when we're apart
Well then close your eyes and know
The words are coming from my heart
And then if you can remember
Oh…
Keep smiling, keep shining
Knowing you can always count on me, for sure
That's what friends are for
For good times and bad times
I'll be on your side forever more
That's what friends are for
Ohhh… wooo ohhh…
Keep smiling, keep shining
Knowing you can always count on me, for sure
That's what friends are for
For good times and bad times
I'll be on your side forever more
That's what friends are for
Semua tamu memberikan tepuk tangan yang meriah untuk Aku, Aku sangat senang sekali.
“Cewek ini siapa? Kenapa dia menyanyikan lagu ini saat Aku ultah?” Tanya Panca dalam hati.
Lalu
Aku melihat cowok yang familiar sekali di depan sana, Dia Panca.
“Kenapa Panca ada disini? Loh bukannya dia juga ultah ya hari
ini.”kataku dalam hati.
Lalu Aku membuka topeng mataku.
Dan semua remaja yang ada didepanku memanggil namaku “SHILLLAAAAA???”
Aku tersentak kaget, “Kenapa mereka juga mengenaliku?” tanyaku dalam hati.
“SHILLAAAA!!!!!” teriak Panca dan menghampiriku.
“Lo…. Lo…” kemudian Panca memeluk Aku untuk kedua kalinya.
Dan para tamu membuka topeng matanya. Semua memperhatikan Aku dan Panca.
Lalu Aku kembali melepaskan pelukan Panca.
Aku melihat teman-teman sekelas Aku.
Lalu Om Putu melihat kearahku dan berkata “Shilla ini Lala bukan?” tanya Om Putu hati-hati.
“Papa inget Lala juga Pa?” kata Panca.
Lala, nama itu adalah nama panggilanku dari Made.
“Jawabbbb…. Lo Lala kan??” tanya Panca sambil menatap mataku.
“Jawab SHILLA!! Lo itu Lala sahabat masa kecil gue kan?” tanya Panca untuk kedua kalinya.
Semua teman-teman semakin memperhatikan Aku dan Panca.
“Jawab
SHILLA!!!! Gue yakin Lo ini Lala sahabat Gue. Lala yang selalu nyanyiin
lagu That’s what friends are for saat gue ultah.” Tanya panca untuk
ketiga kalinya.
Akupun benar-benar tidak percaya kalau didepan Aku ini benar-benar Made dan Made sebenarnya ada disampingku.
“Iya.. Ini Gue Lala sahabat masa kecil lo dulu.” Kataku sambil meneteskan air mata.
“Gue
seneng banget lala akhirnya gue bertemu dengan Lo juga. Udah sekian
lama gue cari lo dan Cuma berharap aja dan kini gue dipertemukan sama
lo. Gue janji gak akan ninggalin Lo lagi untuk kedua kalinya. Gue pengen
sama lo dan selalu bersama-sama Lo.”
Firasatku benar kalau Panca itu adalah Made kini terbukti dan begitupun dengan Panca.
Semua
tamu bingung dengan maksud ini semua kecuali Nisa dan Anin mereka sudah
Aku ceritakan lalu Panca menjelaskan tentang Aku dan Panca, dan semua
tamupun ikut senang sekali.
“Para Tamu, Saya minta perhatianya sebentar.”
Semua tamupun kembali memperhatikan Panca yang sedang bercuap-cuap.
“Sudah
hampir 8 Tahun Saya dan Shilla berpisah dan kini Saya tidak mau
dipisahkan oleh gadis cantik ini. Oleh karena itu Saya ingin berjanji
untuk tidak akan meninggalkan Shilla lagi. Dan Saya ingin menyatakan
perasaan Saya kepada Shilla.”
“Shilla…. Apakah kamu mau jadi pacar Aku?” kata Panca dengan hati yang deg-degan.
Aku bingung benar-benar bingung harus jawab apa.
Tapi Kak Gina pernah berpesan sama Aku..
“Kalau
kamu sayang sama seseorang katakan yang sesungguhnya jangan membohongin
perasaan kamu. Kalau kita membohongi perasaan kita, maka kita akan
menyesal sampai kapanpun. Katakan yang sesungguhnya kalau kamu sayang
Dia.”
Lalu semakin yakin Aku akhirnya menjawab.
“Hmmm… Iya Aku mau kok Panca jadi pacar kamu…” kataku mlau-malu.
“Seriusss Shilla???” tanya Panca tidak percaya.
“Iya Seriusss!” kataku
“Thanks Shillaaa… Thanksss… I LOVE YOU…” kata Panca sambil mengecup keningku.
“I LOVE YOU TOO” Kataku dengan senyuman..
Lalu teman-temanku berteriakkkk “PANCASILAAAAAAAAA”
Lalu Panca menberikan Aku sebuah Kalung yang berliontin P&S
Panca mengajakku ke seorang gadis lalu memperkenalkan Aku dengan seorang gadis itu.
“Kak Ginaaa… Ini Pacarku.. Shilla..” lalu Kak Gina tersenyum…
“Shilla ini Kak Gina sepupu Aku.” Lalu Aku kembali memberikan senyuman.
“Aku
udah kenal Shilla kok.. Shilla ini Kak Gina yang telepon kamu yang kamu
ajak cerita itu hehhehe…Selamat yaaa Shilla kamu udah dengerin kata
hati kamu. “ kata Kak Gina
“Ini Kak Ginaaaa???? Ya ampuuun Kak…. Ternyata Panca itu sepupu kakak??” tanyaku tidak yakin.
“Iyaaa hehehe.. Aku juga baru tau kalau yang ngisi acara itu kamu shilla hehhee…” Kata Kak Gina dengan tawaan.
“Dunia ini emang sempit yaa…” kata Panca nimbrung.
“Ya
udah kalian Longlast yaaaa… Panca jagain Shilla…Lo sering cerita sama
Gue pengen ketemu Lala dan sekarang Lala udah depan mata Lo jagain dia
yaaa??? Selalu Jagain orang yang Lo sayang.” kata Kak Gina sambil
menasehati Panca.
“Siiiiaaaapppp Bossss!!!!” kata Panca sambil memberikan hormat.
“Nama kalian cocok juga yaaa PANCASILA hehhee” kata Kak Gina dengan candaanya.
“Iyaaa donggggg…”
“Cieeeeee
aduuh Gue sama Nisa seneng deh kalian udah bersatu lagi… Gue harap
kalian gak pisah lagi yaa??” kata Anin sabil menggoda kami.
“Iyaa tenang aja Gue jagain sahabat lo berdua.” Kata Panca
“Selamat yaaa Panca Shilla” kata Nisa dan Anin.
“Makasih yaaa sahabatkuuu” peluk Aku.
Lalu Aku dan Panca berteriak bersama-sama
“I LOVE YOUUUUU PANCASILAAAAAAAA”
***THE END***
By: REGINA KRISNA SANTI
JANGAN COPY PASTEEEE!!!!!!!!!
REGINA CUMA COPY PASTE KE FB FC INI AJA!!!!