Thursday, July 25, 2013

“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan - Part 8”


“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan”
Part 8
Ketika semua orang menanti akan datangnya suatu cinta mereka berharap sosok cinta yang akan menghampiri mereka adalah sosok yang mereka dambakan selama ini. Namun ketika cinta itu datang tiba tiba apakah mereka akan bisa mendapatkannya. Tidaklah mudah untuk mendapatkan sosok sempurna yang akan dijadikan sebagai pendamping hidup kita.
Brukk..
“Sory tadi gue kagak ngeliat tadi gue buru buru sorry yah” Ujar sesosok pria sambil mencoba memungut buku yang terjatuh dari genggaman seorang gadis
“ Iya gapapa kok”  Ujar gadis itu sambil memungut beberapa buku yang masih terlihat berantakan di lantai itu. Ketika dia hendak mengambil satu buku yang tersisa tangannya dan tangan pria tersebut pun bersentuhan. Sehingga mereka berdua reflex menjadi salah tingkah. Dan mereka sontak menarik tangan mereka itu. Diam dan mencoba mengatur nafas mereka kembali. Shilla kemudian mengambil buku itu langsung setelah pria itu mencoba berdiri.
“Sory yah gue gak sengaja sini gue bantuin lo berdiri” Ucap pria tersebut sambil mengulurkan tangannya. Gadis tersebut pun hanya membalas uluran tangan pria tersebut. Dan dia berdiri disamping pria tersebut.
“Iya gapapa kok” Ucapnya sambil memandang kea rah lain
“Eh elo yang waktu itu diparkiran kan?”
“Yang waktu itu berantem sama Alvin” Sambung pria tersebut yang membuat gadis itu kaget dan memandang pria tersebut.
“Iya bener, ternyata elo masih inget ya sama gue. Kirain udah lupa” Ucapnya sambil melihat pria itu
“Hehe abis muka loe nggak bisa terlupakan sih” Canda pria tersebut yang membuat gadis itu tersenyum
“Iya gue ngerti deh tampang gue kan jelek wajarlah loe  inget apalagi gue disitu lagi marah marah tambah deh 360 derajat kejelekan gue” Ujarnya sembari tertawa pada pria itu dan pria itupun ikut tertawa mendengarnya.
“Kata siapa loe jelek? Loe nggak jelek kok. Nggak ada perempuan yang jelek. Semua perempuan itu cantik. Kecantikan mereka itu berbeda satu sama lain tergantung bagaimana kamu bisa melihatkan kecantikan lahir dan batinmu pada orang lain. Termasuk kamu. Kamu itu cantik kok menurut aku” Ucap pria itu secara spontan yang membuat wajah gadis itu menjadi merah. Ia sangatlah tersipu malu mendengar pria itu berkata barusan. Ia belom pernah dipuji sebelumnya oleh orang lain kecuali oleh kakaknya sendiri.
“Halah elo pasti bohong kan? Hahahaaa” Gadis itu mencoba membalas perkataan Pria tersebut. Namun pria itu lagi lagi hanya tersenyum mendengar perkataan gadis itu.

“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan - Part 7”


“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan”
Part 7
Gabriel masih terus memikirkan gadis yang baru saja ia jumpai tadi di sekolah. Entah apa yang dipikirkan Gabriel saat ini. Tapi ketika ia terus mengingat wajah si gadis itu, senyum yang terpancar dari bibir si gadis serta matanya yang membuat jantung Gabriel semakin berdetak dengan cepat. Mungkin detakan jantung Gabriel bisa mengalahkan jalannya kereta api. Kerasnya irama bunyinya sangatlah terasa, bahkan dari kejauhan sekalipun. Entah apa yang membuatnya memiliki suatu rasa terhadap gadis itu. Ia masih terus menerus tersenyum ketika ia mencoba mengingat kembali pertemuannya dengan si gadis berlesung pipi itu di koridor sekolah tadi siang.
“Nama gue Gabriel” Jawab pria itu
“Senang berkenalan denganmu gabriel” Ucap sivia sambil menyodorkan tangannya dengan tersenyum
“Iya vi, gue juga” Balas Gabriel dengan tersenyum dan perasaan senang. Sehingga membuatnya salah tingkah
“Gue kesana dulu ya yel” Ucap sivia yang sepertinya Gabriel tidak merespon ucapannya. Gabriel terlihat seperti sedang melamun atau bengong kelihatannya. Sivia kemudian langsung meninggalkan Gabriel dengan raut wajah heran. Sedangkan Gabriel ia masih memegang tangannya. Mencoba untuk tidak melupakan dan merasakan sentuhan tangan si gadis tersebut. Gejolak asmara itu sepertinya sedang hadir dan terus menghantui Gabriel.

Tuesday, July 23, 2013

"Cerpen - PancaSila"


Whattttt… udah jam 6 lewat 15… matiii gueee” sambil melihat jam dindingku. Lagi-lagi aku telat bangun dan hari ini ada pelajaran Pak Tanto, beliau adalah Guru Matematikaku yang dikenal sangat killer oleh murid-murid. Aku harus segera mandi karena kalau bisa datang terlambat kesekolah aku bisa mendapatkan hukuman dari Guru killer itu. Akupun segera mandi dan bergegas untuk berangkat kesekolah.
“Sayang, sarapan dulu?” Mama memanggil Aku untuk sarapan tapi sepertinya tidak ada waktu untuk sarapan karena Aku kalau makan sangat lama sekali. “Ma, maaf sepertinya Aku gak bisa ikut sarapan pagi ini. Aku harus sampai sekolah tepat waktu, karena ada pelajaran Pak Tanto, nanti Aku pasti sarapan disekolah kok. Maaf ya, Mama dan Papa?” Semoga penjelasan dariku membuat Mama dan Papa mengerti dan Aku bisa langsung berangkat, tapi Mama memanggilku lagi “Memangnya kamu semalam pulang jam berapa?” Tanya Mama.
“Jam 10 malem Ma, banyak fans Aku yang minta foto dan tandatangan lalu bertanya tentang sekolahku.” Jelasku. Aku adalah seorang penyanyi cilik yang sampai sekarang masih saja disuruh untuk bernyanyi disetiap acara, entah itu acara resmi maupun acara biasa saja.
“Oh ya sudah kalau begitu, bawa ini untuk sarapan kamu ya? Mama sengaja membuatkan ini untuk kamu karena Mama tahu pasti kamu akan bangun telat dan tidak sempat sarapan, jadi Mama menyiapkan sarapan untuk kamu bawa kesekolah. Oh ya Shanin berangkat sama Papa kamu saja.” Mama ternyata sudah menyiapkan sarapan untukku, Mama sangat baik sekali selalu memperhatikan Aku.
“Terima kasih ya Ma?” sambil mengecup kening Mama dan berpamitan dengan Mama, Papa, dan Adikku.

Akhirnya Aku sampai juga disekolah, untung masih ada sepuluh menit lagi untuk mempersiapkan diri mengikuti Pelajaran Pak Tanto.
“Hey Shill, tumben udah dateng? Biasanya kalau abis ada show lo dateng telat terus.” Tanya Anin sahabatku.
“Iya Nin, masa gue mau dateng telat terus sih? Kegiatan gue diluar bukan untuk suatu alesan gue untuk telat bangunkan? Tapi ya gue emang sering telat sih.” jawab Aku dengan engan.
“Oh ya ada anak baru lho? Lo tau gak?” Tanya Anin kembali.
“Oh ya? Gue gak tau Nin, eh ya siapa namanya?”
“Gue gak tau namanya siapa, tapi kata anak-anak sih dia masuk kelas kita.” Penjelasan Anin sesuai dengan informasi yang dia dapatkan.
“Oh ya, Nisa kok belum dateng ya???” Tanya Aku sambil mencari sosok sahabatku yang ceria ini.
“Sebentar lagi juga dateng, noh dia…..” sambil menujuk kearah Nisa.
“Hey Shill, Nin.” Sapa Nisa.
“Hey juga” Sapa kembali Aku dan Anin.
“Kok pada gak masuk kelas?” Tanya Nisa kepada Aku dan Anin.
“Nanti aja Nis, Pak Tanto belum dateng lagian belum bel juga.” Jawab Anin.
“Oh.. Oh ya Shill, gimana kemaren show Lo? Sukses?” Tanya Nisa tentang show Aku yang semalam Aku kerjakan.
“Sukses kok Nis, Gue ketemu banyak artis-artis dan penyanyi-penyanyi senior juga.” Jawabku dengan senyuman.
“Ok deh. Tapi Lo gak lupa sama kita-kita kan?” Tanya Nisa dengan harapan persahabatan yang sudah lama terjalin tidak boleh putus hanya karna profesi Aku sebagai penyanyi.
“Gue gak akan lupain Lo kok Nis, Nin. Gue pasti inget kalian terus. Makasih ya udah setia jadi sahabat gue, saat gue gak sekolah Lo berdua masih bisa ngertiin gue ngasih gue catetan dan ngajarin pelajaran yang tertinggal. Thanks My bestie” Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan karena telah memberikan kedua orang sahabat yang mengerti Aku dan sangat baik sekali.
“Sama-sama” jawab Nisa dan Anin bersamaan.

Bunyi bel pun berdering sangat kencang sekali. Semua murid-murid masuk kekelas masing-masing, untung saja Aku, Nisa, dan Anin selalu sekelas.
“Selamat Pagi anak-anak?” Sapa Pak Teguh. Pak Teguh adalah Wali Kelas kami yang sangat baik, ramah dan disiplin.
“Pagi Pak….” Balas anak-anak sekelas.
“Pagi ini Pak Tanto tidak bisa datang karena ada urusan ke Yogyakarta dan kalian diberikan tugas oleh Pak Tanto disuruh mengerjakan Latihan 6 dan 7 lalu dikumpulkan.” Pemberitahuan Pak Teguh sangat memberatkan hati kami semua, karena lebih baik ada Pak Tanto dari pada harus mengerjakan Latihan 6 dan 7.
“Oh ya satu lagi, ada kabar menyenangkan untuk kalian semua. Kita kedatangan Murid baru dari Bali. Mari silakan masuk?” Pak teguh memperkenalkan Murid baru itu kepada kami semua dan mempersilakan masuk.
Aku tidak menghiraukan kedatangan murid baru itu, Aku mulai mengerjakan soal-soal matematika yang diberikan Pak Tanto supaya nanti Aku dapat selesai dengan cepat dan bisa tidur dikelas, karena sebenarnya Aku masih ngantuk sekali. Namun, Pak Teguh memanggilku “Shilla???” Aku tersentak kaget, lalu Aku melihat Pak Teguh dengan wajah yang tiba-tiba menakutkan.
“Iya Pak.” Aku menjawab dengan lantang.
“Kamu jangan sibuk dengan pekerjaanmu dulu.” Peringatan Pak Teguh. Lalu Aku diam dan memperhatikan murid baru itu.
“Perkenalkan nama saya I Made Panca Wardana, kalian boleh memanggil saya dengan Made, atau Panca. Dan saya sangat senang bisa berkenalan dengan kalian, semoga saya bisa beradaptasi dengan kalian. Terima kasih.” Perkenalan singkat ini membuat murid-murid mengetahui nama Murid baru ini. Lalu Pak Teguh mencari-cari kursi yang masih kosong.
“Shilla???” Lagi-lagi Pak Teguh mengagetkan Aku lagi, untung saja Aku tidak mempunyai penyakit jantungan kalau saja punya Aku bisa langsung meninggal karena Pak Teguh selalu mengagetkan Aku. Suara Pak Teguh yang bariton dan lantang.
“Iya Pak?” tanyaku kepada Pak Teguh.
“Kamu duduk dengan Panca ya? Karena satu-satunya bangku yang masih kosong hanya bangku kamu. Ok Panca mulai sekarang kamu boleh bergabung dengan teman-teman kamu dan tentunya teman sebangku kamu.” Hal ini membuat Aku sangat mengagetkan sekali, tapi percuma saja kalau Aku harus menolak ini semua karena Pak Teguh tidak mungkin mendengarkan Aku. Dan saat ini Aku mempunyai teman sebangku bernama Panca.
“Ok semuanya Bapak tinggal dulu, dan jangan mengganggu kelas lain ya?” kemudian Pak Teguh menghilang dari kelas. Tapi semua murid dikelas ini menjadi berisik, semuanya terlihat sedang sibuk untuk bekerjasama dan yang anak ceweknya mulai tebar pesona dengan anak baru ini. Aku merasa tidak nyaman dengan keadaan ini, lalu Aku menyuruh Nisa untuk mendiamkan anak-anak supaya tidak berisik karena Nisa adalah Ketua Kelas dan akhirnya Nisa berhasil untuk mendiamkan anak-anak sekelas, Aku bangga kepada Nisa karena Nisa seorang yang tegas sekali dengan tanggung jawabnya.
Aku mulai menulis kembali dan mengerjakan soal-soal latihan ini, tiba-tiba tanpa sengaja Aku memergoki Panca sedang memperhatikan Aku. Kemudian pandangan Panca menjadi kelihatan salah tingkah dan memperhatikan Aku menulis.
“Ni buruan Lo kerjain, nanti dikumpul.” Aku memberikan pinjaman buku matematika kepada Panca, dan kami mengerjakan soal matematika itu bersama-sama.
“Eh kalau nulis itu pakai tangan kanan bukan kiri, gak bisa bedain kanan sama kiri ya?” tanya Panca dengan ketus.
“Gue kidal!” Jawab Aku sekenanya.
“Oh. Sini gue ajarin.” Panca menarik tanganku untuk mengajari Aku.
“Ih apa-apaan sih Lo, gue bisa nulis walaupun gue kidal. NGERTI???” Jawab Aku dengan emosi, lalu Anin dan Nisa menoleh kebelakang. Karena tempat duduk kami depan belakang, dan Anin pun ikut dalam perdebatan Aku dan Panca.
“Iya Panca, si Shilla emang kidal dan dia bisa nulis kok walaupun dia kidal. Jadi Lo jangan buat temen gue kesel?” kata Anin membela Aku. Aku memang sudah sering diajarin oleh Anin dan Nisa untuk menulis pakai tangan kanan tapi tidak bisa, Aku hanya bisa makan saja menggunakan tangan kanan.

“Udah deh Lo gak usah bawel mending Lo sekarang kerjain tugas dari Pak Teguh..” potong aku dengan emosi yang cukup meninggi. Aku sangat tidak suka dengan sikap Panca, dia selalu mengomentari setiap hal yang aku lakukan. Aku memang kidal sejak kecil dan aku sudah berusah untuk belajar menggunakan tangan kanan , bahkan Nisa dan Anin selalu membantu Aku untuk menggunakan tangan kanan tetapi itu sulit sekali.
“Ya udah sih gak usah marah gitu, nanti cepet tua lho?” jawab Panca sambil melihat buku cetak matematikaku. Lalu Aku mulai mengerjakannya lagi, tiba-tiba handphoneku bergetar. Aku melihat layar LCDku ternyata dari Managerku yaitu Tante Metta, Tante Metta adalah adik dari Mama, lalu Aku segera angkat telepon tersebut.
“Hallo Tante, ada apa?” tanyaku sambil melihat disekelilingku berharap tidak ada guru yang datang.
“Kak Shilla maaf Tante menggangu belajar Kakak Shilla, Kak malam minggu ini Kakak diundang ke acara Ulang tahun anaknya Bapak Putu, Kakak bisa datang?” Tanya Tante Metta diujung telepon.
“Oh oke Tante bisa kok jam berapa??”
“Sekitar jam 7 malam, Kak. Tante jemput Kakak aja ya?? ”
“Oke Tante, makasih ya informasinya. Makasih banyak ya Tante selalu membantu Aku.”
“Iya Kak sama-sama” Akhirnya Aku menyudahi telepon dari Tante Metta, dan Aku kembali mengerjakan soal-soal latihan ini kembali. Sunyi dan tenang sekali kelas ini, Aku menyukai susanan kelas yang seperti ini.
“Eh, emangnya boleh ya saat pelajaran berlangsung telepon-teleponan??” Tanya Panca dengan wajah yang sangat tajam.
“Gak boleh.” Jawabku singkat.
“Kalau gak boleh kenapa telepon-teleponan?” Tanya Panca kembali dengan tatapa tajamnya.
“Lo berisik banget sih dari tadi…???” Jawabku dengan kesal.
“Pancaaaaaa… Shilla… bisa diem gak sih kalian?? Dari tadi ribut terus, nanti kalian gue jodohin baru tau rasa kalian… hahahaha” kata Nisa dengan kejahilannya.
“Apaan sih Lo, Nis? Jodohin? Ogah banget gue sama dia, udah bawel banyak maunya, selalu kometarin orang, terus terus…….”
“Terus ganteng ya, Shill?” kata Anin memotong pembicaraanku. Aku melihat wajah Panca sekilas, ya memang Panca tampan dan ada sesuatu yang terlukiskan didalam wajah Panca, sepertinya Aku tidak asing melihat wajah Panca.
“Shilll.. shill…” Aku masih memandangi wajah Panca dan Aku memikirkan sesuatu, aku baru ingat wajah Panca mirip sekali dengan sahabatku waktu kecil. Ya Panca sangat mirip sekali dengan Made.
“Woy… Shilla???” Aku kaget saat Panca memanggilku, dan Aku melihat anak-anak sedang melihat kearahku. Aku sangat malu sekali karena tanpa sadar dari tadi Aku memandangi wajah Panca.
“Cieeeee Shilla memandangi wajah si Panca aja nih??” kata Bima sambil menepuk tanganin Aku.
“Apaan sih Lo? Aneh!” Lalu Aku segera keluar kelas dan menuju ke toilet, saat Aku meninggalkan kelas suasana di dalam kelas masih terdengar sangat berisik. Lalu Anin dan Nisa menututi Aku ke toilet.
“Shill, Lo kenapa sih tadi? Jadi aneh gitu? Terus Lo ngapain mandangin si Panca?” Tanya Nisa dengan melihat wajahku.
“Aduh gue juga gak tau Nis, tiba-tiba gue mandangin wajah dia.” Lalu aku meneteskan air mata. Dan Anin melihat Aku meneteskan air mata. “Shill, Lo kenapa nangis?” Tanya Anin heran.
“Gue keinget sahabat gue, Nin. Lo ingetkan dulu gue pernah cerita tentang Made?”
“Iya inget kok, terus apa hubungannya sama Panca?”
“Tadi Lo bilang dia gantengkan, terus tiba-tiba gue pengen ngeliat muka dia tapi setelah gue liat muka dia, dia mirip sama Made. Gue jadi keinget Made dan gue kangen sama Made, Nin.” Jelasku dengan suara yang serak karena Aku kini mulai menangis. Aku sudah cukup bisa melupakan Made, namun entah kenapa Aku jadi kangen dengan Made.
“Sabar ya Shill jangan nangis lagi, gue tau Lo sayang banget sama Made. Tapi jangan nangis gitu donk. Nanti jelek lho?” Canda Anin menghiburku disaat Aku sedang sedih.
“Oh ya Shill, namanya si Panca kan ada Made - Madenya gitu. Kalau gak salah I Made Panca Wardana” kata Nisa memberitahuku nama panjang Panca.
“Oh iya Shill, bener tuh ada Madenya.” Anin menyetujui kata Nisa.
“Terus kalau dia ada nama Madenya, itu Made sahabat gue waktu kecil? Gak mungkin, lagian si Panca itu sikap dan sifatnya sangat JAUH berbeda sekali dengan sikap dan sifat Made.” Jawab Aku dengan ketidak yakinan bahwa itu bukanlah Made sahabatku dulu.
“Ya udah deh mending sekarang kita kekelas aja yuk?” ajak Nisa
“Lo berdua aja deh, gue masih mau disini. Oh ya nanti gue mau ke UKS aja, gue titip buku gue ya Nis?”
“Lo yakin, Shill?”
“Iya Nis, nanti kalau gue ke kelas anak-anak malah jadi berisik.” Jelasku kepada Nisa kalau Aku tidak ingin masuk ke kelas, Aku ingin menenangkan diri dulu.

***

Akhirnya Aku sudah sampai dirumah, dan Aku segera masuk ke kamar untuk tidur tetapi ada adikku Shanin, dia sedang main laptopku lalu dia melihat foto-foto waktu kecil. Foto-foto itu hanya sebagian Aku simpan di dalam laptopku, sebagian lagi di album foto, Aku masih ingat semua tentang kejadian yang berlangsung di dalam foto ini, foto-foto ini banyak sekali kenangan di masa kecil. Lalu Aku membuka album foto itu, Aku melihat wajahku yang masih sangat kecil dan seorang anak laki-laki tampan merangkul Aku dengan hangat, anak laki-laki itu bernama Made kecil. Aku mengingat akan sebuah kejadian lalu, waktu itu Aku difoto oleh Ayahnya Made saat itu Aku dan Made sedang bermain basket bersama, menyanyiakan sebuah lagu persahabatan yaitu “That’s what friends are for”. Aku dengan Made tidak pernah bosan untuk mendengarkan lagu ini setiap hari pasti menyanyikan lagu ini entah lagu ini mempunyai arti persahabatan untuk Aku dan Made. Made selau hadir saat Aku kesepian dan Madelah yang selalu membuat Aku tersenyum dan tertawa, Aku dan Made selalu menghabiskan waktu di rumah pohon yang dihadiahkan Ayah Made untuk Made namun kini rumah pohon itu sudah tidak layak untuk Aku huni karena bangunanya sudah tua sekali bahkan sudah kotor dan dipenuhi oleh debu-debu. Tapi Aku berniat untuk membersihkan rumah pohon itu kembali, Aku ingin rumah pohon itu menjadi bukti persahabatan Aku dan Made terbentuk menjadi persahabatan yang sangat berharga. Walaupun Made sekarang entah dimana rumah pohon ini menjadi sebuah kenangan persahabatan kami.
“Kak… Kak Shilla?” Shanin memanggil Aku namun Aku tidak menyadari panggilan Shanin, Aku masih saja mengingat semua kejadian indah dimasa kecilku bersama Made. Lalu selintas nama Panca memasuki pikiranku, Aku mengingat tentang kejadian tadi disekolah kalau nama Panca itu I Made Panca Wardana namun apa benar kalau Panca itu adalah Made sahabat kecilku? Selintas pertanyaan dalam benakku, namun sikap dan sifatnya bukanlah seperti Made sahabatku, Panca sangat jahil dan selalu mengomentari orang lain. Tapi wajah Panca dan Made ada kemiripan dan dari tatapan matanya pun seperti tatapan Made. Panca bukanlah sahabatku Made adalah sahabatku. Semua pikiran terus masuk dalam pikiranku, entah itu Panca maupun Made, Aku sangat penat dengan pikiran ini dan Aku sendiri malu dengan sikapku tadi disekolahan yang memandangi Panca dengan penuh seksama, ah Aku sangat malu sekali.
“Kak…” lagi-lagi Shanin memanggilku namun Aku masih saja memikirikan kedua nama itu.
“KAK SHILLA!!!!!” suara Shanin hampir membuat telingku sakit.
“Apaaaaaa sih? Kalau panggil pelan-pelan dong, Shan?” omel Aku kepada Shanin.
“Kakak Shilla yang BOLOT… dari tadi Aku panggil Kakak tapi Kakak gak denger, lagi mikirin siapa sih Kak?” jawab Shanin dengan memperhatikan album fotoku, sepertinya Shanin sudah memperhatikanku dari tadi.
“Itu Shan, kamu taukan si Panca anak baru sekolah kita?” Aku menjelaskan kepada Shanin.
“Iya Kak, Aku tau kok emang knp kak sm dia? Terus urusannya sama foto itu apa kak?” Tanya Shanin dengan tidak mengerti.
“Panca mirip Made, Shan. Terus nama Panca itu ada Made-madenya gitu, I Made Panca Wardana” lalu Aku meceritakan tentang kejadian hari ini dikelasku. Aku menceritakan semua ini kepada Shanin dari awal sampai akhir, dan Shanin pun sangat kaget dan tidak menyangka bahwa kakak kelasnya yang baru itu bernama Made alias Panca.
Shanin mengetahui perasaan Aku seperti apa saat ini, Aku yang selalu ingin bertemu Made kembali dan kini anak baru disekolah kami mirip sekali dengan Made.
“Kak, kalau Shanin pikir ya memang ada kemiripan antara Kak Made dan Kak Panca, coba deh Kak lihat di bagian dekat kening Kak Panca sebelah kanan ada tanda lahir gitu, dan di bagian kening sebelah kanan Kak Made juga ada tanda lahir.” Kata Shanin sambil mengingat-ingat kejadian tadi disekolah saat bertemu dengan Panca. Lalu Akupun baru menyadari benar apa yang dikatakan oleh Shanin bahwa mereka berdua mempunyai kesamaan di tanda lahir mereka, bukan hanya mata mereka yang sama melainkan tanda lahir. Dan sepertinya tanda lahir tidak akan pernah ada yang lain.
“Shan, kalaupun itu Made kenapa dia tidak ngenalin Kakak?” Tanya Aku kepada Shanin.
“Kak, kalian kan dulu punya nama panggilan masing-masing.. Mungkin aja Kak Panca hanya ingat nama panggilan kalian dulu.” Jawab Shanin membuat Aku menjadi penasaran akan nama Made dan Panca.
Aku baru ingat kalau Aku mempunyai Lagu kesukaan yaitu That’s What Friends Are For bersama Made saat kami kecil. Dan semoga saja ini menjadi point keberuntunganku untuk mengetahui apakah panca itu Made.
“Oh ya Shan, kita tidur yuk? Makasih ya udah dengerin cerita Kakak.” Kataku sambil memeluk Shanin dengan penuh kasih sayang. Aku bersyukur karna mempunyai Adik seperti Shanin yang selalu membuat Aku semangat dalam menghadapi suatu hal. Ya, memang Aku dan Shanin lebih tegaran Shanin dari pada Aku. Lalu Aku terpejam dalam tidurku.

***

Aku menyambut pagi ini dengan senyuman, Aku sangat berharap kalau hari ini jauh lebih baik dari hari kemarin. Dan sekarang Aku, Shanin, Mama, dan Papa sudah ada dimeja makan untuk sarapan bersama. Aku melihat Handphoneku tertera nomor tidak dikenal, Mama memperhatikan Aku begitupun Papa. Aku tau kalau kita tidak boleh angkat telepon saat makan, namun saat ini Mama dan Papa mengijinkan Aku untuk angkat telepon.
“Siapa sayang?” Tanya Mama.
“Gak tau nih Ma, Aku gak kenal nomornya..” kataku sambil melihat layar LCDku.
“Angkat aja Sayang.” Kata Mama penuh dengan senyuman. Entah kenapa setiap kali Mama senyum hatiku jadi tenang. Lalu Aku mengangkat telepon itu.
“Hallo…” kataku
“Hallo.. Ini Shilla yang penyanyi itu ya?” kata seseorang disebrang telepon sana.
“Hmm.. Iya…” kataku.
“Aduh seneng banget deh bisa denger suara kamu dan bisa ngobrol sama kamu. Aku Gina, hmm.. Aku dapet nomor HP kamu dari adik kamu. Kemarin Aku telepon kerumah kamu Cuma sayangnya kamu gak ada shill lagi les, yang angkat telepon aku adik kamu. Maaf Aku tau nomor telepon rumah kamu dari Kakakku yang kenal sama Mama kamu.” Katanya kembali.
Ternyata dari salah satu fans Aku.
“Oh Terima Kasih ya, oh dari adikku..” kataku kembali
“Maaf ya Shill, ganggu kamu pagi-pagi gini. Aku Cuma mau mastiin ini nomor HP kamu atau bukan.. maaf ya sekali lagi ganggu kamu..” kata gina seperti orang yang merasa bersalah. Tapi lucu juga ya kalau ngeliat fans ketakutan kayak gini, hehehe tawaku dalam hati.
“hmm.. gak apa-apa kok. Kamu kelas berapa?” tanyaku, aku sering bertanya seperti ini karena kalau dia lebih tua dari aku berarti aku harus memanggil dia Kakak, dan sebaliknya kalau dia lebih muda dari pada aku ya aku panggil dia Adik.
“Oh Aku kelas 12 shill. Kamu kelas 7 ya?” Tanya Gina.
“Iya, Kak. Aku kelas 7. Kak, nama kakaknya kakak siapa?” tanyaku kembali.
“Namanya Kak Agnes, shilla.” Jawab Gina dengan santai.
“Oh… Suster Agnes ya? Oh Aku kenal dia Kak. Hehehe” Ternyata Kak Gina itu adiknya Kak Agnes. Mama melihat kearahku dan tersenyum.
“Oh iya Shill. Shill, hmm… kamu lagi apa? Belum berangkat sekolah?”
“Aku lagi makan Kak, ini sebentar lagi berangkat kok.”
“Oh ya udah kamu makan dulu aja, maaf ya sekali lagi ganggu kamu… Salam kenal sekali lagi.” Kata Gina sebelum menyudahi telponnya.
Sepertinya Kak Gina itu baik sekali deh, dia sama seperti Suster Agnes yang baik dan ramah sekali terhadap pasien-pasiennya.
Lalu Aku berangkat kembali ke sekolah…
“Aduh kenapa harus macet sihhh…” gerutuku
“Bisaaaa diterkam lagi deh nih sama Pak Tantoo.. huaaaaaa” teriakku..
“Apaan sih lo kak teriak-teriak di mobil.” Kata Shanin disebelahku… Sepertinya Shanin terganggu dengan teriakkanku ini…
“Maaf deh..”
Sampai disekolah Aku melihat jam ditanganku.. “What… udah jam 07.05” kataku dengan gelisah. Ya sudahlah mau lari juga sepertinya tidak bisa melewati hukuman dari Pak Tanto. Aku berjalan dikoridor dengan santai. Sampai pada dikelas Pak Tanto sudah mengajar dan menerangkan bab pelajaran yang baru. Dengan perasaaan yang gelisah dan jantung deg-degan Aku mengetok pintu.
Tok..tokk…tokkk…
“Permisi Pak….” Kataku dengan hati-hati.
Tidak ada jawaban dari Pak Tanto. Apa seasyik itukah seorang guru kalau lagi mengajar dan menghiraukan suara dari luar?? Tapi Aku semakin takut untuk masuk ruangan kelasku sendiri, kelasku kini sangat HORROR sekali.
Tok…tokk….tokkk…..
“Permisi Pak….” Kataku lagi dengan hati-hati, semakin takut saja Aku.
Sekali lagi tidak ada jawaban dari Pak Tanto, apa suaraku belum kencang ya? Tapi teman-temanku sudah melihat kehadiranku, bahkan Nisa dan Anin juga melihat Aku. Semakin tambah deg-degan Aku.
Tok….tokk….tokkkk…..
“Perimisi Pak Tantooooo…..” kataku untuk ketiga kalinya.
Dan akhirnya Pak Tanto menoleh keluar dan mengarah kepadaku..
“Oh ada Shillaaaaaaa….. Silakan masuk.” Akhirnya Pak Tanto mempersilakan Aku untuk masuk. Kemudian Aku masuk kedalam ruang kelas semua mata teman-teman memandang kearahku. Tapi yang lebih menakutkan adalah tatapan mata Pak Tanto.
“Sekarang jam berapa Shilla???” Tanya Pak Tanto siap-siap ingin menerkamku.
“Maaf Pak.. Maaf Saya telat, maaf sekali lagi Pak.. sekarang jam 7 lewattt 7 menit Pak” Aku tidak berani untuk menantap Pak Tanto jadi lebih baik aku menunduk saja.
“Tatap saya Ashillaaaaa!!!!” Teriak Pak Tanto
Mau tidak mau akhirnya Aku menatap kearah Pak Tanto…
“Iiiii… iiiiyaaa Pak Maaf…” Aku benar-benar takut sekali.
“Ya sudah sebagai hukumannya kamu Bapak suruh berdiri di depan selama 45 menit.. atau ada yang mau nemenin Shilla untuk berdiri di depan?” Tanya Pak Tanto..
Tiba-tiba seorang laki-laki yang duduknya deretan belakang berdiri dan maju kedepan…
Teman-teman sekelas bingung dengan tingkah laki-laki ini, begitu juga dengan Pak Tanto dan Shilla.
“Ada apa kamu mau kedepan?” Tanya Pak Tanto heran.
“Tadi Bapak nanyakan siapa yang mau nemenin shilla untuk berdiri di depan?” Tanya laki-laki itu...
“Iya… Kamu anak baru ya? Siapa namamu?” Tanya pak Tanto
“Iya Pak Saya anak baru disini, nama Saya I Made Panca Wardana. Bapak panggil saja Saya dengan nama Panca atau Made” Kata Panca menjawab pertanyaan Pak Tanto. Ternyata laki-laki itu adalah Panca.
“Iya sudahlah berdiri saja kalian berdua. Oh ya keluar saja jangan berdiri disini nanti mengganggu KBM saya..” Pak Tanto mempersilakan Aku dan Panca keluar.
Saat di luar Shilla semakin tidak karuan perasaanya, Shilla hanya bias diem dan diem. Panca yang memulai pembicaraan.
“Lo kenapa bias telat sih?” Tanya Panca..
Shilla hanya menjawab satu kata saja “Macet” dan Panca hanya membalas dengan ber oh ria.. “Ohhh”
Kembali terdiam dalam kesunyian.. kemudian Shilla angkat bicara, “Eh lo ngapain sih ikut-ikutan berdiri diluar kayak gini??” Tanya Aku kesal.
“Gue mau minta maaf tentang masalah kemarin, maafin gue ya Shill? Maafin semua kesalahan gue sama Lo.. Lo mau gak maafin gue?” Tanya Panca sambil mengulurkan tangannya ke Shilla.
Tapi tidak ada respon dari Shilla, kemudian Panca melanjutkan pembicaraannya “Gue kepengen berdiri sama Lo diluar ini buat nebus semua kesalahan Gue sama Lo. Gimana Lo maukan maafin gue?” Kata Panca tulus.
Aku mulai merasakan sesuatu yang tidak asing lagi, Aku kembali teringat akan masa kecilku bersama Made. Hal yang dilakukan Panca sama dengan yang dilakukan Made saat Made melakukan kesalahan kepadaku. Ya waktu SD Made memecahkan botol air minumku dan besoknya Aku terlambat dan saat itu juga Made ikut berdiri diluar bersamaku. Dan kini apa yang dilakukan Panca sama seperti yang dilakukan Made kepadaku.
“Shill, apa lo mau maafin gue?” Tanya Panca sekali lagi.
“Iya Gue maafin Lo kok. Mungkin kemarin itu Gue lagi sensitive aja jadi ya gituu..” kata Aku.
“Thanks banget ya Shill, Lo ternyata Baik banget yaa… Gue pikir Lo jutek gitu dan sombong… Tapi nyatanya gak sama sekali.” Kata Panca kepadaku.
“Your welcome (: … Hmm jangan ngeliat seseorang dari luarnya aja Panca.” Kataku menasehatinya
“hahaha iya deh.. Oh ya Lo mau gak dateng ke acara Ulang tahun Gue?” Tanya Panca
“Emang Lo kapan ulang tahun?” kataku kepada Panca.
“Malam minggu ini… Bisa gak? Masih ada waktu 4 hari lagi kok untuk memikirkan ini.. hehe” kata Panca.
“Malam minggu ini??? Kayaknya gak bisa deh Gue ada job nyanyi di ulang tahun juga. Maaf ya?” kata Aku dengan wajah yang melas.
“Oh ya udah gak apa-apa. Oh ya Gue lupa kalau Lo artis kan jadi sibuk gitu, sorry ya Gue kan bukan siapa-siapa Lo” kata Panca kemudian.
“Ya ampun Ca, Lo jangan kayak gitu dong. Gue gak suka kalau ada yang mandang Gue artis gitu, anggep aja Gue ini temen kalian. Gue justru gak enak kalau gue di bilang artis.” Kata Aku menjelaskan.
Pancapun merasakan sesuatu yang berbeda kini perasaan Panca menjadi tidak karuan mendengarkan apa yang diucapkan Shilla kepada dirinya. Gadis ini benar-benar Baik hatinya dan Shillapun tidak seperti artis lainnya. Tanpa disadari Panca mengucapkan “Gilaaa Gue jatuh cinta sama Lo shill” lalu kemudian Aku tersentak kaget mendengarkan pernyataan dari Panca “HAH APA???” Aku sadar bahwa tadi Aku berteriak kemudian Aku menunduk dan…
“SHILLAAAAA!!!” Suara Pak Tanto kembali membuatku jantunganku ingin copot.
Kemudian Pak Tanto keluar dari kelas, dan menghampiri Aku dan Panca.
“Kalian saya suruh keluar untuk tidak ganggu pelajaran saya, tapi tetap saja kalian mengganggu pelajaran saya. Dan terutama kamu SHILLA… teriak-teriak. Ya sudah kalian lebih baik masuk dari pada diluar membuat kekacauan saja.” Kata Pak Tanto dengan tegas.
Kemudian Aku dan Panca kembali duduk dibangku kami dan Pak Tanto kembali mengajar tapi Pak Tanto kembali berbicara “TUNGGUU!! Panca dan Shilla kenapa kalian duduk sebangku?” Tanya Pak Tanto.
Kemudian Panca yang menjelaskan “Gini lho Pak, kemarin Pak Teguh nyuruh saya untuk duduk sebangku dengan Shilla karena hanya ada bangku kosong satu yaitu di tempat Shilla ini Pak.”
Pak Tanto memperhatikan Aku dan Panca dengan teliti sekali, dan kemudian Pak Tanto berbicara kembali “Oh begitu. Tapi kalau Saya pikir-pikir kalian itu cocok ya?? Panca dan Shilla.. kalau disatuin jadi PANCASILA” Kata Pak Tanto sambil menulis nama PANCASILA di White board itu dan membentuk tulisan itu menjadi Love. Semua anak dikelas histeris berteriak “CIEEEEEEEE PANCA SAMA SHILLA”
“Lo cocok beneran deh Shill sama Panca, asli gga bohong Gue” kata Indie
Anin dan Nisa hanya tersenyum melihat Aku di cie-ciein sama anak-anak sekelas ini.
Hari ini benar-benar hari terburuk Aku.
Tettttt… tetttttttt
“Oke jam pelajaran Saya selesai. Semoga kalian langgeng ya PANCASILA hehehe” tawa Pak Tanto kemudian keluar kelas.
Semua anak-anak mulai memberikan selamat kepadaku.
Dan ini membuat Aku kesal, ini semua gara-gara Pak Tanto nih.
Kemudian Panca mulai berbicara “Sabar ya Shill”
Aku ingat dengan kata-kata Panca tadi diluar ‘Gila gue jatuh cinta sama lo shil’ Apa benar Panca suka sama Aku? Ah ini mungkin perasaan Aku saja dan Aku sama Panca baru kenal kemarin. Tapi Aku merasa Aku sudah kenal Panca lama sekali.
Begitu juga dengan yang dialami Panca, Panca sepertinya sudah kenal lama dengan Shilla.

Saat istirahat Shilla, Anin, dan Nisa pergi ke kantin.
“Shillaaaaaa… Shillaaaa tunggu woiiii” Panca berteriak mengejar Shilla melewati koridor kelas. Namun sepertinya Shilla tidak mendengar Panca berteriak-teriak memanggil namanya.
“Shillaaaaa… woiii kidalllll” Panca mulai meledeknya lagi.
Kemudian Shilla berbalik dan melihat Panca sudah terlihat keringatan berusaha untuk mengejar Shilla. Anin dan Nisa terlihat sangat heran sekali.
“Ada apa lo teriak-teriak panggil gue terus? Manggilnya gga tanggung-tanggung lagi pakai kidal” Tanya Aku.
“Tau lo. Bisakan panggil Dia pake Shilla aja?” sambar Anin.
“Iya nih panggilnya kidal-kidal aja muka lo noh kadal.” Sambar Nisa dengan candaannya.
Panca sedang mengatur nafasnya itu yang tidak karuan.
“So…So…Sorr… Sorry…” Jawab Panca terbata-bata.
“Udah deh cepetan kita itu mau ke kantin.” Kata Anin kesal.
“Iya aduh bawel banget sih nih cewek-cewek cantik.” Kata Panca sambil memuji Shilla, Anin, dan Nisa.
“Eh, kelamaan banget ya Lo ngomongnya Panca” kata Nisa ikutan kesal.
“Sabar dong. Gue mau minta maaf sama Nisa dan Anin sorry gue gga ada maksud buat ngatain sahabat lo kidal. Terutama buat lo Shill, gue minta maaf dengan kata-kata gue yang tadi pas kita dihukum itu sorry banget gga ada maksud.” Jelas Panca.
“Iya udah gue maafin” kata Aku dan kemudian ingin kembali melangkahkan kakinya menuju kantin namun langkahan itu dihentikan oleh Nisa.
“Tunggu!!!” kata Nisa menghentikan langkahan Shilla dan Anin
“Kenapa Nis?” Tanya Aku heran.
“Gak apa-apa kok, gue cuma mau tanya si Panca ngomong apa sama Lo Shill?” tanya Nisa
“Tau tuh anak aneh gga usah di dengerin.” Kata Aku menutupi semua kejadian tadi di depan kelas saat Aku dan Panca di hukum. Lalu Panca hanya tersenyum.
‘Shilla itu benar-benar baik ya. Kok Gue ngerasa ada sesuatu yang berbeda banget ya dari sosok Shilla, Gue ngerasa kayak udah kenal lama banget sama dia dan gue kalau ngatain dia juga kayak biasa aja.’ Kata Panca dalam hati.
Lalu Panca berjalan sendiri kembali ke kelasnya dan dia bertemu dengan David dan Panca menyapa David “Vid..” kata Panca senyum.
“Oiii…” kata David membalas sapaan dari Panca.
“Gue mau nanya dong?” kata Panca kemudian.
“Ok mau tanya apa Bro?” Jawab David.
“Shilla udah punya pacar belum?” kata Panca
“Setau gue sih ya dia belum punya pacar. Kenapa Ca? Lo naksir yaaaa?” kata David meledek Panca.
“Apa sih lo. Gga kok gue gga naksir dia hehe…” Kata Panca untuk meyakinkan David
“Ya udah deh Bro, Gue mau ke kantin dulu laper.” Kata David sambil say good bye.
***
Malam sudah datang dan bulanpun memancarkan sinarnya begitupun bintang-bintang yang selalu menghiasi langit malam agar terlihat indah dan terlihat canitk dengan kilauan kerlap-kelipnya.
Entah kenapa malam ini nama Panca masuk dalam pikiranku, dan terus membayangiku. Aku bingung dengan perasaanku ini Apa aku benar-benar suka dengan Panca atau hanya perasaanku saja. Lalu Handphoneku bernyanyi-nyanyi…
Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry
call I'm desperate for your voice
listening to the song we used to sing
In the car, do you remember
Butterfly, Early Summer
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet

Lalu Aku melihat layar LCDku tertera nama “Kak Gina”
Lalu aku segera angkat telepon dari Kak Gina.

“Hallo, Iya ada apa Kak?” Kataku
“Hallo Shilla, maaf kakak ganggu kamu malem-malem gini.” Kata Kak Gina disebrang telepom sana.
“Oh gak apa-apa Kak, ada apa kak?” kataku kembali
“Hmm.. Kakak cuma pengen undang kamu ke acara Ultah sepupu kakak hari sabtu ini bisa dek?” kata Kak Gina
“Sabtu ini ya Kak?? Maaf kak, aku ada job buat nyanyi di acara ultah juga. Maaf banget ya Kak Gina..” Jawabku dengan perasaan yang tidak enak menolak permintaan Kak Gina.
“Oh gak apa-apa kok dek hehehe.. Kakak tau kalau kamu sibuk hehhee..” kata Kak Gina dengan tawanya.
“Maaf ya Kak Gina jadi gak enak nih sama kakak.” Kataku menyesal.
“Iya dek gak apa-apa hehe.. Gimana disekolah tadi?” kata Kak Gina.
Aku teringat kejadian tadi disekolah. “Begitulah Kak…Hari ini Aku apes banget Kak hehhe…” kataku dengan canda.
“Apes kenapa dek?” tanya Kak Gina.
Lalu Akupun menceritakan tentang kejadian tadi disekolahan kepada Kak Gina. Kak Gina mendengarkan dengan seksama dan memberikan saran kepadaku. Entah kenapa Aku lega saat cerita kepada Kak Gina dan saran yang Kak Gina kasih berguna untuk Aku. Lalu Aku juga merasa tidak enak dengan Kak Gina bercerita tentang masalahku dan Aku pun minta maaf ke Kak Gina.
“Kak Sorry ya Aku malah cerita ke kakak.” Kataku tidak enak.
“Gak apa-apa lagi dek, kakak justru malah seneng kamu cerita ke kakak berarti kakak dikasih kepercayaan ke kamu. Dan kakak seneng bisa kenal sama kamu lebih deket lagi. Lagian kamu udah kakak anggep sebagai Adik kakak sendiri kok hehhe..” Kata Kak Gina dengan ramah.
Aku kaget dengar kata-kata Kak Gina, Dia menganggap Aku seperti Adiknya sendiri dan Aku ingin sekali punya Kakak yang bisa diajak cerita dan memberikan Aku saran. Kak Gina juga baik sekali.
“Kak Gina, Aku juga udah anggep Kakak itu seperti Kakak kandungku sendiri. Thanks ya Kak Gina, udah mau dengerin ceritaku dan ngasih saran untuk Aku.” Kataku dengan senang.
“Iya dek sama-sama. Dek, kamu gak bobo? Ini udah malem lho, besokkan masih sekolah? Kakak juga nih hehehe…” kata Kak Gina
Lalu Aku melihat jam dinding dikamarku sudah menujukan arah jarum jam 9 malam.
“Oh iya Kak…. Keasyikan ngobrol jadi gak inget jam kak hehhe… Makasih ya Kak sekali lagi dan maaf aku gak bisa dateng ke acara ultah sepupu kakak.” Kataku dengan jelas.
“Iya dek gak apa-apa dan sama-sama. Good Night Shilla…” Kata Kak Gina
“Iya Kak, Good Night too… Bye..” Kataku
“Byeee..” kata Kak Gina
Telepon dari Kak Gina sudah putus dan Aku masih memikirkan nama Panca.

Pada waktu yang sama dirumah Panca tepatnya dikamar Panca. Panca duduk sambil menghirup udara malam hari, dan memikirkan seseorang yang dia kagumkan yaitu seorang gadis bernama Shilla. Nama Shilla kini menghiasi hati Panca, Panca sepertinya jatuh cinta kepada Shilla. Lalu Panca membuka album foto yang dia simpan rapi di lemari rak bukunya. Lalu Panca membuka setiap halaman demi halaman foto tersebut ada sebuah foto Panca dan anak kecil perempuan berwajah cantik sedang foto bersama Panca, anak perempuan ini bernama Lala. Panca selalu memanggil namanya dengan nama Lala, dan Lala memanggilnya dengan nama Made. Panca menghembuskan nafas pelan-pelan dan berkata “Andai aja Shilla itu Lo Lala, gue pasti seneng banget bisa ketemu dan bersama-sama lo lagi. Lo dimana ya sekarang La? Gue kangen banget sama Lo. Semenjak Gue pindah dan ninggalin Lo ke Bali gue udah gak pernah denger berita tentang Lo lagi. Kalau kita ketemu apa Lo masih inget gue ya?? La, kalau gue perhatiin Lo sama Shilla mirip loh. Oh ya La, Gue hari sabtu ultah Lo masih inget gak ya sama ultah gue? Gue pengen banget undang Lo ke acara pesta ultah gue. Hmm.. Lala dimanapun Lo berada gue kangen dan sayang banget sama Lo. Tuhan Aku mohon Engkau selalu jaga Sahabatku Lala. ” Lalu Panca mencium kening Lala di foto tersebut. Kini Panca hanya bisa berharap semoga Shilla itu adalah Lala sahabat masa kecilnya.
Panca yakin kalau dia benar-benar suka dengan Shilla dan Panca berharap Shilla hadir dalam acara ultahnya sabtu ini.

***
Hari ini sudah cepat sekali hari Jumat dan Panca melihat Aku sedang berjalan dikoridor.
“Shill… Shillaaa tunggu…” kata Panca sambil mengejarku di koridor kelas.
“Ada apa Panca?” Tanyaku heran.
“Lo beneran gak bisa dateng ke acara Ultah gue? Pleaseeeee” Mohon Panca
Aku merasa tidak tega sekali dengan permohonan Panca kepadaku.
“Hmmm.. Maaf Panca, Gue bener-bener gak bisa dateng. Sorry banget ya??” Kataku tidak tega.
“Shill, Shill Lo gak apa-apa kok datengnya telat yang penting Lo dateng ya?? Kalau job lo udah selesai Lo bisa dateng ke acara ultah Gue.. Pleaseeeee!!!” Mohon Panca sekali lagi.
Aku bingung sekali tapi sebenarnya Aku kalau ada waktu sih bisa aja tapi kalau gak ada dan acaranya sampai malam gimana. Nanti yang ada mengecewakan Panca.
“Shillaaa pleaseeeeee gue mohon sama Lo….” Kata Panca sambil memohon untuk ketiga kalinya.
“Hmm.. Ya udah deh Gue usahakan ya Panca. Tapi gue gak bisa janji.” Kataku dengan senyuman.
Terlihat wajah Panca yang sangat senang sekali dan tanpa disadari Panca memeluk Aku.
“Thanks bangettt Shill… Thankssss… Gue berharap Lo dateng ya…” kata Panca sambil memelukku dan belum melepaskan pelukannya.
Lalu Aku segera melepaskan pelukanku dari Panca dan terlihat wajah Panca yang salah tingkah begitupun dengan Aku.
Aku ngerasa pelukan itu benar-benar pelukan harapan dari Panca, dan Panca merasakan senang sekali karena Shilla mau mengusahakan dateng ke acara Ultahnya.
Lalu dikelas Panca mengundang teman-temannya satu kelas, dan Panca bercerita kepada Anin dan Nisa tentang perasaannya kepada Shilla, dan Panca merencanakan sesuatu pada acara ultahnya itu. Kedua sahabat Shilla rupanya setuju sekali dengan rencanaku itu.
Panca hanya dapat berdoa agar semua harapannya dapat terkabulkan dan berjalan dengan lancar.

***
Aku kembali meraih album fotoku bersama Made dan tanpaku sadari Aku benar-benar kangen dengan Made, Aku melihat foto Made sedang ulangtahun yang ke 4. Di foto itu Aku dan Made difoto bersama oleh Papaku. Aku baru sadar bahwa sabtu ini Made ulangtahun.
“Madeeee… Andai aja Lo masih disini gue pengen adain acara ultah lo bareng-bareng lagi disini… Gue nyanyiin lagu That’s What Friends are for buat Lo… sekarang suara gue udah lumayan bagus loh heheh gak kayak dulu waktu kecil hehhehe” kataku dengan tangisan.
Tiba-tiba Handphoneku berbunyi lagi
Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry
call I'm desperate for your voice
listening to the song we used to sing
In the car, do you remember
Butterfly, Early Summer
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet

Aku melihat Layar LCDku “Tante Metta”
Aku segera angkat telepon dari Tante Metta.
“Hallo.. Iya Tante ada apa?” kataku
“Hallo, Kak Shilla gak lupakan besok ada job nyanyi di acara ultah anaknya Pak Putu?” kata Tante Metta.
“Gak kok Tante, Aku inget hehhe…” kataku
“Oh bagus deh kalau begitu. Kak Shilla mau bawain lagu apa?” kata Tante Metta
“Hmm… apa ya Tante.. yang jelas Happy Birthday dong Tante.. hehhehe…” kataku dengan candaan
“Hahhaa Kak Shilla bisa aja deh.” Kata Tante Metta diikuti dengan tawa.
“Oh ya Tante, Aku mau bawain lagu That’s What Friends are for aja Tante. Anaknya Pak Putu umur berapa tahun sih Tante?” tanyaku
“13 Tahun deh..” jawab Tante Metta
“Oh gitu ya udah aku bawain lagu itu aja ya Tante?” pintaku
“Oh oke deh Kak. Sampai ketemu besok ya?” kata Tante Metta
“Oke deh Tante… Bye Tante…” Kataku sambil mengakhiri telepon.
“Byeee” balas Tante Metta.
Aku sengaja membawakan lagu That’s What Friends Are For lagu ini Aku persembahkan untuk anaknya Pak Putu juga untuk Made sahabatku.
Walaupun sahabatku entah dimana keberadaanya tapi Kamu tetap selalu dihatiku Made.

***

Sabtu Sore…
Handphoneku kembali berdering…
Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry
call I'm desperate for your voice
listening to the song we used to sing
In the car, do you remember
Butterfly, Early Summer
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet

Lalu Aku melihat layar LCDku “Nisa”

“Hallo… Iya Nis? Kenapa?” tanyaku
“Hallo… Lo datengkan Nis ke ultahnya Panca???” tanya Nisa.
“Aduhhh gue gak janji. Tapi Gue usahain dateng yaa???” kataku.
“Iya Shilla, Lo harus dateng Panca bener-bener mengharapkan kehadiran Lo.” Kata Nisa dengan lembut.
“Iya deh Nis gue usahain dateng.” Kataku.
“Gituuu dong…” Balas Nisa.
Lalu teleponpun dimatikan.
Kini Aku hanya bisa berharap semoga Aku tidak mengcewakan Panca.

Sabtu Malam..
Dirumah Panca sudah terlihat sangat indah sekali dekorasi ruangan ini benar-benar indah sekali, dan tamu-tamupun sudah berdatangan begitupun teman-teman satu kelasnya Panca. Anin dan Nisa juga sudah datang, mereka semua matanya ditutupi oleh topeng, kini tinggal menunggu Shilla. Terlihat dari wajah Panca cemas sekali memikirkan Shilla dan kepala Panca celingak-celinguk mencari sesosok wanita yang Ia tunggu-tunggu. Namun sampai sekarang belum terlihat batang hidungnya.
Diwaktu yang bersamaan Aku dan Tante Metta menuju rumah Pak Putu. Untung saja tidak macet dan akhirnya dalam waktu 30 menit Aku sudah sampai dirumah Pak Putu. Sekarang Aku siap-siap untuk mempersembahkan sebuah lagu untuk anaknya Pak Putu dan sahabat kecilku yang entah dimana sekarang.
Kemudian Panca kembali ke kamarnya dan melihat langit malam dan bercerita kepada bintang-bintang.
“Apa Shilla tidak datang ke acara ultah gue? Ahhh… Gue cowo yang malang banget ya… udah Shilla gak dateng dan Aku pun sampai sekarang tidak bertemu dengan Lala. Lala dulu diwaktu kita masih kecil disaat Aku ulang tahun kamu selalu menyanyikan Aku Happy Birthday dan diikuti dengan lagu That’s what friends are for, Aku kangen suara kamu…Aku kangen kamu… ” kata Panca sambil melihat kerlap-kerlip bintang.

“Selamat malam semuanyaaa…Saya mau mempersembahkan sebuah lagu untuk anak dari Om Putu… Semoga semuanya terhibur yaaa…. Dan Happy Birthday buat anaknya Om Putu.. Ok selamat mendengarkan…”
And I never thought I'd feel this way
And as far as I'm concerned
I'm glad I got the chance to say
That I do believe I love you

And if I should ever go away
Well then close your eyes and try
To feel the way we do today
And then if you can remember

Panca kemudian turun mendengarkan lantunan sebuah lagu yang dinyanyiikan oleh seorang wanita ini.
Dan Pancapun kembali mendengarkanya.

Keep smiling, keep shining
Knowing you can always count on me, for sure
That's what friends are for
For good times and bad times
I'll be on your side forever more
That's what friends are for

Well you came in loving me
And now there's so much more I see
And so by the way I thank you

And then for the times when we're apart
Well then close your eyes and know
The words are coming from my heart
And then if you can remember
Oh…
Keep smiling, keep shining
Knowing you can always count on me, for sure
That's what friends are for
For good times and bad times
I'll be on your side forever more
That's what friends are for
Ohhh… wooo ohhh…
Keep smiling, keep shining
Knowing you can always count on me, for sure
That's what friends are for
For good times and bad times
I'll be on your side forever more
That's what friends are for

Semua tamu memberikan tepuk tangan yang meriah untuk Aku, Aku sangat senang sekali.

“Cewek ini siapa? Kenapa dia menyanyikan lagu ini saat Aku ultah?” Tanya Panca dalam hati.
Lalu Aku melihat cowok yang familiar sekali di depan sana, Dia Panca. “Kenapa Panca ada disini? Loh bukannya dia juga ultah ya hari ini.”kataku dalam hati.
Lalu Aku membuka topeng mataku.
Dan semua remaja yang ada didepanku memanggil namaku “SHILLLAAAAA???”
Aku tersentak kaget, “Kenapa mereka juga mengenaliku?” tanyaku dalam hati.
“SHILLAAAA!!!!!” teriak Panca dan menghampiriku.
“Lo…. Lo…” kemudian Panca memeluk Aku untuk kedua kalinya.
Dan para tamu membuka topeng matanya. Semua memperhatikan Aku dan Panca.
Lalu Aku kembali melepaskan pelukan Panca.
Aku melihat teman-teman sekelas Aku.
Lalu Om Putu melihat kearahku dan berkata “Shilla ini Lala bukan?” tanya Om Putu hati-hati.
“Papa inget Lala juga Pa?” kata Panca.
Lala, nama itu adalah nama panggilanku dari Made.
“Jawabbbb…. Lo Lala kan??” tanya Panca sambil menatap mataku.
“Jawab SHILLA!! Lo itu Lala sahabat masa kecil gue kan?” tanya Panca untuk kedua kalinya.
Semua teman-teman semakin memperhatikan Aku dan Panca.
“Jawab SHILLA!!!! Gue yakin Lo ini Lala sahabat Gue. Lala yang selalu nyanyiin lagu That’s what friends are for saat gue ultah.” Tanya panca untuk ketiga kalinya.
Akupun benar-benar tidak percaya kalau didepan Aku ini benar-benar Made dan Made sebenarnya ada disampingku.
“Iya.. Ini Gue Lala sahabat masa kecil lo dulu.” Kataku sambil meneteskan air mata.
“Gue seneng banget lala akhirnya gue bertemu dengan Lo juga. Udah sekian lama gue cari lo dan Cuma berharap aja dan kini gue dipertemukan sama lo. Gue janji gak akan ninggalin Lo lagi untuk kedua kalinya. Gue pengen sama lo dan selalu bersama-sama Lo.”
Firasatku benar kalau Panca itu adalah Made kini terbukti dan begitupun dengan Panca.
Semua tamu bingung dengan maksud ini semua kecuali Nisa dan Anin mereka sudah Aku ceritakan lalu Panca menjelaskan tentang Aku dan Panca, dan semua tamupun ikut senang sekali.
“Para Tamu, Saya minta perhatianya sebentar.”
Semua tamupun kembali memperhatikan Panca yang sedang bercuap-cuap.
“Sudah hampir 8 Tahun Saya dan Shilla berpisah dan kini Saya tidak mau dipisahkan oleh gadis cantik ini. Oleh karena itu Saya ingin berjanji untuk tidak akan meninggalkan Shilla lagi. Dan Saya ingin menyatakan perasaan Saya kepada Shilla.”
“Shilla…. Apakah kamu mau jadi pacar Aku?” kata Panca dengan hati yang deg-degan.
Aku bingung benar-benar bingung harus jawab apa.
Tapi Kak Gina pernah berpesan sama Aku..
“Kalau kamu sayang sama seseorang katakan yang sesungguhnya jangan membohongin perasaan kamu. Kalau kita membohongi perasaan kita, maka kita akan menyesal sampai kapanpun. Katakan yang sesungguhnya kalau kamu sayang Dia.”
Lalu semakin yakin Aku akhirnya menjawab.
“Hmmm… Iya Aku mau kok Panca jadi pacar kamu…” kataku mlau-malu.
“Seriusss Shilla???” tanya Panca tidak percaya.
“Iya Seriusss!” kataku
“Thanks Shillaaa… Thanksss… I LOVE YOU…” kata Panca sambil mengecup keningku.
“I LOVE YOU TOO” Kataku dengan senyuman..
Lalu teman-temanku berteriakkkk “PANCASILAAAAAAAAA”
Lalu Panca menberikan Aku sebuah Kalung yang berliontin P&S
Panca mengajakku ke seorang gadis lalu memperkenalkan Aku dengan seorang gadis itu.
“Kak Ginaaa… Ini Pacarku.. Shilla..” lalu Kak Gina tersenyum…
“Shilla ini Kak Gina sepupu Aku.” Lalu Aku kembali memberikan senyuman.
“Aku udah kenal Shilla kok.. Shilla ini Kak Gina yang telepon kamu yang kamu ajak cerita itu hehhehe…Selamat yaaa Shilla kamu udah dengerin kata hati kamu. “ kata Kak Gina
“Ini Kak Ginaaaa???? Ya ampuuun Kak…. Ternyata Panca itu sepupu kakak??” tanyaku tidak yakin.
“Iyaaa hehehe.. Aku juga baru tau kalau yang ngisi acara itu kamu shilla hehhee…” Kata Kak Gina dengan tawaan.
“Dunia ini emang sempit yaa…” kata Panca nimbrung.
“Ya udah kalian Longlast yaaaa… Panca jagain Shilla…Lo sering cerita sama Gue pengen ketemu Lala dan sekarang Lala udah depan mata Lo jagain dia yaaa??? Selalu Jagain orang yang Lo sayang.” kata Kak Gina sambil menasehati Panca.
“Siiiiaaaapppp Bossss!!!!” kata Panca sambil memberikan hormat.
“Nama kalian cocok juga yaaa PANCASILA hehhee” kata Kak Gina dengan candaanya.
“Iyaaa donggggg…”
“Cieeeeee aduuh Gue sama Nisa seneng deh kalian udah bersatu lagi… Gue harap kalian gak pisah lagi yaa??” kata Anin sabil menggoda kami.
“Iyaa tenang aja Gue jagain sahabat lo berdua.” Kata Panca
“Selamat yaaa Panca Shilla” kata Nisa dan Anin.
“Makasih yaaa sahabatkuuu” peluk Aku.
Lalu Aku dan Panca berteriak bersama-sama

“I LOVE YOUUUUU PANCASILAAAAAAAA”




***THE END***


By: REGINA KRISNA SANTI


JANGAN COPY PASTEEEE!!!!!!!!!
REGINA CUMA COPY PASTE KE FB FC INI AJA!!!!

“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan - Part 6”


“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan”
Part 6

“Hari ini hari pertama gue maasuk sekolah, semoga hari ini menjadi hari yang menyenangkan bagi gue! Semangat Shilla”
Begitulah tulisan yang tertera di diary shilla pagi ini, tidak terasa  sekarang ia sudah memakai seragam SMA itu artinya sekarang dia bukan anak SMP lagi, dia sudah bisa bersikap dewasa tidak berpikir secara ke kanak kanakan lagi dan sudah bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk baginya.
Shilla kemudian menutup buku diary miliknya itu kemudian ia segera sarapan waktu sudah menunjukan pukul enam lewat empat puluh lima menit. Selang beberapa hari kemudian setelah ia melakukan pendaftaran dan testing disekolah barunya kini ia sudah siap untuk memasuki sekolah barunya itu . Jika ia tidak bergegas berangkat kemungkinan ia akan terlambat di hari pertama masuk sekolahnya.
“Pagi kak” Ujar Shilla menyapa Rio yang baru selesai mempersiapkan sarapan
“Pagi” Ujar Rio jutek.
Yah walaupun beberapa hari lalu masalah mereka sudah selesai namun sepertinya Rio masih bersikap jutek ke shilla, tapi shilla tidak terlalu begitu menanggapinya. Baginya wajar saja Rio bersikap seperti itu. Mungkin itu salah satu bentuk rasa pedulinya terhadap Shilla.
“Kak gue berangkat dulu yaa”
“Elo makan dulu sana, percuma donk gue masak tapi elonya kagak makan”
“Yaudah gue bikin ke bekal aja, ntar di sekolah gue makan deh”
“Gila aja loe udah SMA masih bawa bekal nggak takut loe diledekin sama temen temen lo, apalagi disitu temen temenlo serba elit semua”
“Engga kak, tenang aja deh, percaya sama Shilla” Ucap Shilla sambil memasukkan sarapan kedalam bekalnya.
“Gue berangkat dulu ya kak” Ujar shilla sembari mencium tangan Rio
“Hati hati dijalan yah”
“Byee”
Shilla kemudian melangkahkan kaki untuk bergegas menuju sekolah. Rio hanya bisa berdoa yang terbaik buat adiknya itu. Kemudian Rio bersiap siap mandi kemudian pergi untuk bekerja pada pekerjaan barunya sekarang.

“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan - Part 5”


“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan”
Part 5

Malam berlalu begitu cepatnya sekarang pagi hari datang kembali. Matahari kembali menampakkan sinarnya. Kemarin telah berlalu kini hari baru ia harus hadapi kembali.
“Vi, yakin lo ini sekolahnya?” Ujar shilla sambil terus menatap gedung megah yang ada didepannya itu
“Iya Shil”
Setelah mereka melakukan administrasi pembayaran pertama mereka segera melihat lihat ke sekeliling sekolah. Luas sekolah itu emang tak terbatas. Mereka cukup beruntung untuk berada disini.
Tin … tinn
Terdengar suara klakson mobil yang ternyata berada didepan Sivia. Shilla kaget mendengarnya dan seketika ia melihat Sivia telah terjatuh tersungkur ke belakang.
“Heh kalo mau jalan liat liat donk, lo kagak punya mata ya” Ucap seseorang yang keluar dari dalam mobil
“Sory gue gak sengaja” Ujar Sivia sambil mencoba berdiri dibantu oleh Shilla
“Sory sory mobil gue jadi lecet tuh” Ujar si pemilik mobil itu
“Iya maaf yah, gue ngaku gue salah” Ujar sivia sambil mencoba mengulurkan tangannya untuk minta maaf
“Apaa? Maaf enak aja lo minta maaf setelah lo ngusakin barang orang” Ujar si pemilik mobil itu dengan membentak sivia dengan keras
“Eh elo lo ga usah ngebentak gitu juga kali. Jelas jelas dia udah minta maaf” Shilla kemudian berbicara karena tidak terima sahabatnya diperlakukan begitu saja
“Elo siapa sih? Gue gada urusan sama elo kenapa jadi lo yang sewot?”
“Ya urusan dia berarti urusan gue. Dia temen gue itu juga berarti gue berhak ngebela temen gue dari cowo kaya lu” Ucap shilla dengan kasar
“Lo tuh ya sama aja kaya dia” Ujar si pemilik mobil itu sambil melihat shilla dengan tatapan sinis

“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan - Part 4”


“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan”
Part 4
“Perasaan ini akan selalu buat elo, elo yang special dihati gue”
Gelisah, marah dan perasaan aneh lainnya mengelilingi Rio. Ia tak tahu lagi harus berbuat apalagi. Ia pergi ke taman dan mencari bangku kosong itu berpikir. Yah kepalanya terasa pusing atas kejadian yang ia alami hari ini. Belum lagi ia terlihat sangat menyesal atas perkataannya tadi. Ia tak tahu lagi apa yang akan dikatakannya saat kembali ke rumah, saat melihat muka shilla dan sebagaianya. Ia duduk termenung seorang diri.
“ Gue tahu ini emang egois tapi gue gak mau elo jadi bahan hinaan shill” Ujar Rio seolah berbicara pada bayangan shilla
∞QuotesShivers∞
-5 tahun lalu-
Siang itu saat sedang istirahat sekolah seorang gadis manis terlihat baru keluar dari ruang guru. Mukanya terlihat tertekuk, lemas dan tidak bersemangat.
“Liat tuh si anak miskin abis dimarahin pasti itu”
“Heh anak miskin ngapain sih elo masih sekolah harusnya elo itu gak usah sekolah”
“ sekolah kan emang gak cocok bagi orang miskin kaya elo”
“Harusnya kan elo cari duit sana”
“Liat tuh kakak adek yang miskin”
“Sekolah kagak mau nampung anak miskin kaya kalian”
“Harusnya kalian berdua dikeluarkan dari sini, bayar spp aja selalu nunggak”
“Hahaha anak miskin..”
“Anak miskin..”

“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan - Part 3”


“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan”
Part 3

 “Terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi apabila kita mau berusaha maka yakinlah suatu saat ada jalan lain yang lebih baik lagi”
 “Enggak, Enggak boleh”
“Tapi kan kak Shilla pengen disitu”
“Kakak bilang enggak yah enggak kamu denger omongan kakak gak sih”
“Kak, kakak harus dengerin shilla kali ini, ini kan salah satu sekolah favorit shilla, kak boleh ya”
“Enggak kakak gak bakal setuju dengan usul kamu kali ini”
“Kak..”
“Cukup Shilla kamu mau kamu menjadi bahan ejekan lagi seperti SMP? Kamu mau mereka selalu mengejek kamu gitu? Kamu suka terus terusan dihina gini” Ujar rio dengan perasaan marah dan emosi
“Enggak kak, tapi kalo gak kaya gini shilla gak akan bisa ngeliat kakak senang. Shilla ingin kakak bangga sama shilla karena shilla masuk ke sekolah itu dengan beasiswa kak” Ujar Shilla
“Tapi kan bukan sekolah seperti itu, masih banyak sekolah lainnya Shill” Ujar Rio
“Tapi shilla penginnya yang ini kak “ Ujar Shilla meninggalkan Rio dan berlari menuju kamar. Rio hanya bisa terdiam melihat Shilla berlari menuju kamarnya. Rio merasa bersalah namun ia tetap tidak menyetujui adekknya itu untuk bersekolah disitu.
Tok tok tok…
Suara ketukan pintu terdengar dari luar, Rio yang mendengarnya segera membukakan pintu tersebut.
“Permisi kak “
“Elo? Mo ngapain lo kesini? “

“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan - Part 2”


“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan”
Part 2
“Terkadang kamu berpikir seseorang telah berubah tetapi tanpa kita sadari mungkin kita lah yang membuat orang itu menjadi berubah”
Siang ini matahari bersinar dengan terangnya. Panasnya membuat orang merasa cepat lelah, lesu dan tidak bersemangat. Terlihat Rio duduk dipinggiran jalan trotoar yang biasa digunakan untuk berjalan kaki. Nampaknya ia sudah kelelahan mencari pekerjaan ke sana kemari namun hasilnya tak ada satupun perusahaan yang mau menerima lulusan SMA sepertinya untuk bekerja. Lowongan pekerjaan yang sedikit tidak sesuai dengan para pencari kerja yang semakin lama semakin membludak apalagi ia harus bersaing dengan sekian ratus ribu orang di ibu kota untuk mendapatkan suatu pekerjaan.
“Mang, es botolnya 1 yah “ Ujar Rio pada seorang pedagang asongan yang tengah mangkal dipinggiran jalan itu
“Ini Mas” Ujar penjual itu sambil menyerahkan botol minuman yang telah dipesan oleh rio
“Makasih mang, berapa nih?
“5ribu mas”
“Nih” ucap rio sambil memberi uang satu lembar lima ribuan kepada si pedagang itu
“Makasih Mas” Ucap pedagang itu dan kemudian bergegas pergi untuk menjajakan lagi dagangannya ke seberang jalan.
Rio masih duduk lemas, ia tak tahu lagi harus kemana. Mencari pekerjaan itu tidak semudah seperti yang ia pikirkan kebelumnya.
“Ah sial sekarang gue harus kemana nih, mana panas banget lagi siang ini” ucap Rio menggerutu sendiri. Tiba tiba disaat ia sedang memandang ke sekeliling jalan ia melihat ada seorang gadis yang tengah berteriak minta tolong. Rio yang melihat itu memandang ke sekitar jalanan, nampaknya jalanan ini sedang sepi  kemudian Rio pun berlari untuk menolong gadis itu.
∞QuotesShivers∞
“Hah? Gue gak salah ngitung kan? Kok banyak banget sih biayanya? Ah gak jadi kesini deh liat yang lain aja yuk shill” Ujar sivia saat membaca brosur sebuah iklan sekolah.
“Tapi ini kan keren vi, aku pengin sekolah disini. Kapan lagi coba kita sekolah di tempat yang kaya gini? Mumpung kita berdua dapet beasiswa vi” Ujar shilla sambil terus memandangi brosur itu
“Ya tapi kan ini sekolah elit shill, gue takut kalo nanti kita cuman jadi bahan ejekan aja disitu. Gue nggak mau kalo masa masa sekolah gue penuh dengan bully anak anak orang kaya” Ujar sivia ketus
“Ya tapi kan setidaknya kita coba dulu vi, jangan negative dulu deh, kan kita punya beasiswa ya itu kan bisa jadi salah satu keunggulan kita kan? “ Ujar shilla sambil memegang tangan sivia untuk menyakinkan sivia. Nampaknya sivia tidak terlalu suka dengan usul shilla baginya itu memang tidak terlalu berat toh kondisi keluarga sivia berbeda dengan shilla, tapi ia tak mau kalo Shilla sahabatnya itu akan menjadi sasaran bullying anak anak elit itu.
“Vi.. jawab donk jangan cuman ngelamun aja vi,.. viaaaa” Ucap shilla sambil menggoyang goyanggkan badan sivia
“Hmm.. gimana ya shill, “
“Viaaaa…”
“Ya gue sih gak masalah tapi….”
“Horeeeee! Sivia baik deh muaaahhh” Ujar shilla sambil bersorak gembira
“Shill, dengerin gue dulu” Ucap sivia keras saat shilla tengah bergembira
“Apa vi? “ Ucap shilla sambil menatap mata sivia
“Elo udah ngomong ke Kak Rio soal ini? “ Ucap sivia dengan pelan
“ Belom, tapi gue yakin pasti kak Rio akan ngijinin gue secara gue kan adik kesayangannya pasti dia mau nurutin gue deh” Ucap Shilla sambil tertawa ringan
“Gitu ya? “ Ucap sivia tidak yakin bahwa Rio akan mengijinkan Shilla bersekolah disitu.
“Terus kapan kita mulai mendaftar Vi? 
“Gimana kalo besok aja? Kan pendaftaran terakhirnya besok? Nih liat” Ucap Sivia sambil memperlihatkan tanggal terakhir pendaftaran sekolah itu.
“Oke siap boss” Ucap Shilla dengan sumringah.
Sivia yang melihat itu hanya bisa diam. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi. Yang penting untuk saat ini dia bisa melihat shilla tertawa lepas seperti itu. Walau diapun tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya.

“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan - Part 1”


“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan”
Part 1

“Malam ini aku memandang bintang dari dekat jendela kamar, rasanya aku ingin sekali pergi mengambil bintang itu tapi aku hanya bisa melihatnya bersinar dengan terangnya hanya dari balik jendela ini, aku ingin suatu saat ada seseorang yang bisa aku lihat sinarnya dan selalu menerangi hatiku seperti bintang itu”

 “Ngelamun mulu, mikirin siapa sih? Gue yah?” Ujar seorang cowok yang terlihat cukup cool
“Apaan sih kak mau tau aja lagian kan ini urusan gue kak, lagi elo pede banget kak, kurang kerjaan banget gue mikirin elo, mending gue mikirin kambing yang ada dipasar sana “ Ujar cewek itu ketus
“Hahaha, iya adekku sayang gue tau kok perasaan elo saat ini, gue kan Cuma mau ngehibur elo, jangan ngambek gitu donk, entar bedaknya luntur lagi kalo loe nangis” Ujar cowo itu sambil mencubit pipi gadis itu
“Ih apaan sih kak jangan asal cubit donk sakit tau, masa Ashilla nangis sih, aku nggak ngambek kok kakk” Ujar si gadis berambut panjang yang bernama shilla itu sambil memegangi pipinya yang merah karena bekas cubitan kakaknya itu.
“Nah gitu donk kakak kan jadi seneng liat kamu udah gak murung lagi sekarang ayo kita kedapur, kamu kan dari tadi pagi belom makan ntar sakit loh, kalo sakit ntar siapa yang tanggung jawab coba? Biaya rumah sakit kan gak murah shill “ Ujar cowok itu sambil memandangi shilla dengan penuh perhatian layaknya seorang kakak yang khawatir tentang adik satu satunya itu.
“Iya kakak Rioku sayang kita makan yuk biar kakak seneng deh, hehe” Ucap shilla dengan ceria sambil menggandeng tangan Rio untuk menuju ke dapur.
Mereka pun pergi ke dapur untuk menyantap makan malam dengan berbagai obrolan yang diselingi dengan tawa renyah yang menghiasi kesunyian malam mereka.
Yah Shilla dan Rio adalah kakak beradik namun mereka bukan kakak adik kandung.  Sejak kecil shilla sudah hidup di panti namun ia tidak betah tinggal disana, baginya hidup dipanti itu seperti narapidana yang selalu terpenjara hidupnya, tidak bisa merasakan betapa luasnya dunia ini sehingga ia mencoba beberapa kali kabur dan setelah berkali kali gagal kabur kini ia berhasil kabur dan akhirnya ia bertemu dengan Rio. Rio yang baru saja ditinggal pergi oleh Ibunya. Ibunya meninggalkan Rio dengan mengatakan bahwa ia akan membelikan Rio sebuah mainan yang besar agar Rio dapat bermain seperti anak anak lainnya. Namun apa yang terjadi berhari hari Rio menunggu ibunya di Terminal namun ibunya tidak kunjung datang. Dan akhirnya Rio memilih untuk sadar bahwa ibunya takkan pernah datang lagi untuk menemuinya. Ia berusaha setegar mungkin menghadapi kerasnya hidup di kota. Ketika itu ia masih seorang bocah yang sedang terlihat berusaha menghidupi dirinya sendiri. Bekerja siang dan malam, mengamen, mengemis, mencopet bahkan pernah ia lakukan demi mendapatkan sesuap nasi. Ia tak pernah memikirkan bagaimana kehidupannya dimasa mendatang. Entah apa cita citanya ia pun tak tahu. Sampai seseorang datang di kehidupannya. Seseorang yang memberi ia sedikit harapan untuk lebih berubah lebih baik lagi.
Malam itu ia melihat ada gadis kecil yang menangis di depan emperan sebuah toko.
“Hiksss..Hikksss…Shilla ada dimana ini? Shilla mau pulang.. Hiks,.. “ Tangis si gadis polo situ
“Adek yang cantik kamu ngapain malam malam sendirian disini? Mama papa kamu dimana?” Ucap Rio yang masih polos saat itu
“Mama papa Shilla udah gada, Aku kabur dari panti asuhan sekarang aku gatau ada dimana Hikksss hiksss..” Ujar shilla sambil menangis
“Oh yaudah kalo gitu kita sama donk, mama kakak juga ninggalin kakak di situ” Ujar Rio sambil menunjuk kea rah bangku yang ada di terminal tersebut.
Shilla memandang Rio dengan seksama. Ia tak tahu harus berkata apalagi. Ia sekarang merasa bersalah karena membuat orang lain merasa bersedih
“Oh gitu ya kak, ya udah kakak jangan ikut sedih donk, kan Shilla jadi gak enak”
“ Hahaha kamu lucu deh pede banget sih aku sedih karena hal kaya gini” Ucapnya dengan nada perlahan
“Ya udah sekarang kamu tinggal sama kakak aja, ya walaupun rumah kakak tidak sebesar rumah rumah yang disana” Ucap Rio sambil menunjuk ke sebuah pemukiman rumah yang cukup bagus rumahnya.
“Mau kok kak, Aku mau tinggal sama kakak. Tapi kak…”
“Tapi apa?”
“Shilla gak punya uang untuk bayar sewa tinggal dirumah kakak, uang shilla tinggal segini” Ujar shilla sambil menunjukkan uang selembar lima ribuan pada rio dan bermaksud menyerahkannya pada Rio
“Hahahah kamu lucu banget deh, siapa juga yang mau minta uang sewa dari kamu. Pokoknya gratis deh. Biaya makannya juga gratis deh. Asal…” Ucap Rio sambil tertawa melihat kepolosan Shilla
“Asal apa kakkk?” Ucap shilla penasaran
“Asal kamu mau bantu bantu beresin rumah, hehehe” Ucap rio sambil meringis
“Oke deh kakkk! Makasih ya kakkk! Pokoknya pekerjaan rumah pasti beres deh ntar sama shilla, kalo bisa sampe rumah kakak kinclong semua deh,hehe” Ucap Shilla sambil memeluk Rio dengan senang.
Semenjak kejadian itu Rio sudah menganggap Shilla seperti adiknya sendiri. Begitu juga dengan Shilla. Rio yang sangat perhatian padanya sehingga Shilla menganggap Rio sebagai kakaknya sekaligus pengganti orang tuanya. Karena hanya Riolah yang dimiliki shilla satu satunya sebelum akhirnya ia menemukan seseorang cowok yang berhasil meluluhkan hatinya, namun ternyata hati tidak sesuai dan tidak berpihak pada kenyataan yang akan terjadi”