Thursday, July 25, 2013

“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan - Part 7”


“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan”
Part 7
Gabriel masih terus memikirkan gadis yang baru saja ia jumpai tadi di sekolah. Entah apa yang dipikirkan Gabriel saat ini. Tapi ketika ia terus mengingat wajah si gadis itu, senyum yang terpancar dari bibir si gadis serta matanya yang membuat jantung Gabriel semakin berdetak dengan cepat. Mungkin detakan jantung Gabriel bisa mengalahkan jalannya kereta api. Kerasnya irama bunyinya sangatlah terasa, bahkan dari kejauhan sekalipun. Entah apa yang membuatnya memiliki suatu rasa terhadap gadis itu. Ia masih terus menerus tersenyum ketika ia mencoba mengingat kembali pertemuannya dengan si gadis berlesung pipi itu di koridor sekolah tadi siang.
“Nama gue Gabriel” Jawab pria itu
“Senang berkenalan denganmu gabriel” Ucap sivia sambil menyodorkan tangannya dengan tersenyum
“Iya vi, gue juga” Balas Gabriel dengan tersenyum dan perasaan senang. Sehingga membuatnya salah tingkah
“Gue kesana dulu ya yel” Ucap sivia yang sepertinya Gabriel tidak merespon ucapannya. Gabriel terlihat seperti sedang melamun atau bengong kelihatannya. Sivia kemudian langsung meninggalkan Gabriel dengan raut wajah heran. Sedangkan Gabriel ia masih memegang tangannya. Mencoba untuk tidak melupakan dan merasakan sentuhan tangan si gadis tersebut. Gejolak asmara itu sepertinya sedang hadir dan terus menghantui Gabriel.

∞QuotesShivers∞
“Pangeran kecil gue lo sekarang dimana sih? Elo tau nggak sih gue kangen sama lo” Ify seolah sedang berbicara dengan sebuah foto yang sedang ia pandangi itu.
“Andai lo kagak pergi, pasti sekarang kita masih bareng bareng, gue juga nggak kesepian kaya gini. Elo kan pernah bilang ke gue kalo gue sendiri tinggal panggil elo sekarang malah elo yang ninggalin gue sendiri. Trus gue gimana donk?”  Ify masih tetap memandangi foto yang ada dihadapannya itu.  Sosok pria yang ada di foto itu masih sangat membekas dihatinya. Bahkan bertahun tahun sudah ia tidak bertemu dengan lelaki tersebut ify masih terus mengingatnya. Bahkan ify sepertinya tidak bisa melupakannya. Ia kembali merangkul foto itu kedalam dekapannya. Ia mencoba mengingat masa masa ketika ia bersama pangeran kecilnya tersebut. Ia lihat kembali foto tersebut. Ada sedikit kesedihan ketika ify melihatnya kembali. Yah Ify sangat merindukan sosok pangeran kecilnya yang selalu menghiasi harinya dulu.
“Fy, lagi liatin siapa sih lo” Ucap Cakka yang tiba tiba masuk ke kamarnya Ify. Ify heran dan kaget tiba tiba cakka datang. Yah semenjak orang tua Ify dipindahkan tugas mereka semua pindah ke Jakarta. Kota yang asing bagi Ify. Namun ia beruntung Ia betemu dengan Alvin, Cakka serta Ray yang menjadi sahabat sekaligus sudah ia anggap seperti keluarga. Mereka juga sering bersama dengan Ify bahkan mereka sering menghibur satu sama lain. Mungkin inilah yang membuat salah satu alas an Ify betah tinggal di Jakarta.
“Eh elo kka, gue lagi liat foto pangeran kecil gue nih, yang dulu pernah gue certain ke kalian” Ucapnya sambil menunjukkan foto tersebut pada Cakka
“Yaelah elo masih mikirin dia mau sampai kapan Fy, Please Fy lo udah segede ini masih aja mikirin cinta pertama lo yang gak jelas dimana dia sekarang itu, dianya aja belom tentu mikirin lo juga”
Ify kemudian memandang cakka, mungkin cakka benar, untuk apa dia masih memikirkan sosok pangeran kecilnya itu yang entah dimana keberadaannya sekarang. Entah pangeran kecilnya itu juga sekarang ikut merasakan getaran rindu pada dirinya atau tidak. Namun apa daya hati tak bisa berbohong. Perasaan yang susah dimengerti seperti air sungai perasaan ini juga terus mengalir.
∞QuotesShivers∞
Rio melepaskan dahaganya, segelas air putih membuat tenggorokannya begitu segar kembali. Ia kemudian mencoba mencari makanan didapur namun tak ada yang ia temukan. Ia pun mencari Shilla, ia bermaksud menyuruh Shilla untuk memasakkan makanan untuknya karena ia sudah kelelahan sepulang kerja tadi. Ternyata Shilla berada di halaman belakang rumahnya tidak biasanya Rio melihat adikknya itu melamun sendirian dibelakang rumah. Seperti ada sesuatu yang terjadi pada adiknya itu. Tampak raut wajah kesedihan yang terlihat dari wajah shilla tersebut.
“Shill, lo ngapain disini”
“Eh kak Rio gue… guee..” Jawab Shilla dengan gugup dan tertunduk seakan tidak mau melihat wajah sang kakak tersebut.
“Elo kenapa” Ucap Rio sambil menegakkan dagu Shilla yang membuat wajah Shilla menjadi terlihat. Shilla hanya masih terdiam ia tidak tahu harus bagaimana ia menjelaskan kepada Rio mengenai kejadian di Rumah Makan tadi siang.
“Elo habis nangis ya? Siapa yang bikin lo nangis kaya gini? Biar gue yang kasih pelajaran tuh sama mereka yang bikin elo kaya gini” Rio mengatakan itu dengan sedikit emosi.
“Enggak kak, aku nggak kenapa napa kok” Ucap shilla menyela kakaknya sambil mencoba menahan air mata yang hendak mengalir kembali
“Gak mungkin lo sampai nangis gini kalo elo lagi nggak ada masalah, cerita donk Shill, kakak nggak mau cuman kamu yang sedih, Kakak juga ingin kesedihan kamu itu juga kesedihan kakak” Ujar Rio sambil menatap mata Shilla. Shilla yang tak kuasa menahan airmatanya hanya bisa menangis dalam kesedihannya.
“Gu.. gu.. gu..e di..pe..ca..t ka..k” Ucap Shilla terbata bata dengan pelan namun masih bisa didengar oleh Rio
“Apa? Nggak mungkin elo kan udah lama kerja disitu masa mereka tega mecat lo. Elo nggak bohong kan shill? Haha” Rio tertawa pelan seakan dia mencoba untuk tidak percaya dengan pernyataan yang shilla katakana barusan.
“Kak, gue nggak bohong. Gue dipecat karena keteledoran gue kak, maafin gue kak”  Tangis Shilla kembali membendung, Rio hanya bisa memeluk Shilla ia mencoba menenangkan hati Shilla. Namun Rio juga ikut terdiam ditengah keheningan malam tersebut.
“Kak,…”
“Iya”
“Kakak marah yah sama shilla karena shilla dipecat”
Rio masih terdiam.
“Kakak kok nggak mau jawab”
“Trus elo maunya gue jawab apa”
“Tuh kan jawabannya gak nyambung banget”
“Ya udahlah mau diapain lagi. Ini udah terjadi. Yah kita gak usah terlarut dalam kesedihan terus”
“Tapi Shilla nggak mau ngeliat beban kakak jadi bertambah. Shilla nggak mau kakak semua yang memikirkan persoalan ekonomi kita”
“Ya udahlah Shill, biar gimanapun kakak kan kakak kamu, kakak punya tanggung jawab juga. Kakak nggak merasa terbebani kok” Ucapnya sambil menolehkan senyum diwajahnya
“Trus shilla sekarang harus gimana kak?” Shilla kembali bersedih dipelukan Rio
“Mungkin masih ada pekerjaan sampingan lain buat kamu yang membuatmu lebih nyaman, lo harus semangat donk shill, jangan cengeng gini donk” Ucapnya sembari melepaskan pelukannya itu dan mencoba menyemangati shilla. Shilla melihat kakaknya itu begitu menyemangatinya ada perasaan mengganjal dihati Shilla, ia merasa bersalah karena ia akan membuat kakaknya jauh lebih terbebani kembali. Namun ia mencoba tegar kembali dihadapannya Rio . Ia tak boleh membuat Rio jauh lebih khawatir melihat dirinya terus menerus bersedih. Seulas senyum pun keluar dari bibir tersenyum. Shilla menatap kakaknya itu.  Rio pun  membalas pandangan Shilla tersebut dengan senyuman kasnya.
“Nah gitu donk, adek gue nggak boleh sedih mulu, harus tetap semangat apapun yang terjadi gue akan terus ada disamping loe kok shill, gue akan selalu ngedukung adik gue ini” Rio kembali menyemangati Shilla
“Makasih ya kak elo memang kakak gue yang terbaik deh” Ucap Shilla sembari mencubit pinggul Rio
“Awww.. apa apaan kok dicubit sih?”
“Itu hadiah buat kakak hahaha” Tawa Shilla. Rio pun membalas Rio dengan menyubitnya sehingga mereka berdua seperti sedang bermain cubit mencubit. Malam itu biarpun ada kesedihan tapi mereka tetap saling melepas tawa dan duka satu sama lain. Itulah mereka. Walaupun mereka hanya berdua namun mereka mempunyai cara sendiri untuk membuat satu sama lain merasa senang.
“Kak kakak janji nggak akan berubah kan,walau gue dipecat”
“Loe kira gue itu keturunan power ranger atau sejenisnya apa yang bisa berubah ubah gitu” Canda Rio
“Ya elah malah bercanda gak seru ih” Ujar shilla dengan cemberut
“Nggak ada yang berubah kok Shill walaupun elo dipecat, elo boleh dipecat mereka. Tapi elo gak bakal gue pecat jadi adik gue” Ujar Rio sambil mengacak Rambut Shilla
“Apaan sih kak, gombalannya basi banget kaya bau telor yang udah gak kepake berbulan bulan” Balas Shilla sambil memanyunkan bibirnya
“Kaya elo pernah makan telor basi aja”
“Hahaha, kagak pernah kalo ada juga udah gue kasih ke kakak kali”
“Trus gue yang makan gitu? Ogah! Gakmauu~~”  Ujar Rio seperti gaya anak kecil
Shilla sangat tertawa lepas melihat reaksi Rio. Kadang sifat Rio begitu dewasa saat member nasihat. Kadang ia berusaha membuat kekonyolan yang membuat mereka saling tertawa.
“Ngomong ngomong soal telor gue laper Shill, elo masak sana lo kagak liat apa perut gue udah ngadain konser dari tadi”
“Hahaha iya kakakku sayang ntar gue masakin telor special deh khusus buat kakak, oh iya kak mending elo mandi deh”
“Loh kok elo tau gue belom mandi emang keliatan? Perasaan gue mandi sama gak mandi tetap aja keliatan cakep” Ujar Rio memuji diri sendiri sambil senyam senyum
“Idih pantes aja dari tadi kaya ada bau amis, ternyata elo yah kak” Ucap Shilla sambil bercanda kemudian berlari kedalam rumah
“Sialan, Gue dikatain bau amis, Awas lo Shill” Ucap Rio sambil berlari menyusul Shilla kedalam rumah.
∞QuotesShivers∞
“Jadi gadis itu selama ini bekerja sebagai pelayan?”
Semenjak kejadian yang baru saja ia lihat tadi siang dirumah makan entah kenapa ia masih memikirkannya secara terus menerus.Waktu tengah menunjukkan pukul sebelas malam. Ia pun mencoba memejamkan matanya untuk tidur. Namun wajah itu entah kenapa masih terbayang dipikirannya. Wajahnya yang sedang marah, sedih, tertawa entah kenapa sering muncul dipikirannya. Mungkinkah itu suatu tanda baginya.
“Bodoh ngapain sih gue merhatiin tuh cewek, peduli amat gue ke dia, kenal dekat juga engga”  Ucapnya sambil mengacak ngacak rambutnya sendiri dan kembali mencoba tidur. Mungkin hari besok akan jauh lebih baik daripada hari ini dan hari hari kemarin.
BERSAMBUNG…
Kritik dan saran boleh mention ke @Quotesshivers kok ;)




No comments:

Post a Comment