“Antara
Cinta, Materi dan Pengorbanan”
Gabriel masih terus
memikirkan gadis yang baru saja ia jumpai tadi di sekolah. Entah apa yang
dipikirkan Gabriel saat ini. Tapi ketika ia terus mengingat wajah si gadis itu,
senyum yang terpancar dari bibir si gadis serta matanya yang membuat jantung
Gabriel semakin berdetak dengan cepat. Mungkin detakan jantung Gabriel bisa
mengalahkan jalannya kereta api. Kerasnya irama bunyinya sangatlah terasa,
bahkan dari kejauhan sekalipun. Entah apa yang membuatnya memiliki suatu rasa
terhadap gadis itu. Ia masih terus menerus tersenyum ketika ia mencoba
mengingat kembali pertemuannya dengan si gadis berlesung pipi itu di koridor
sekolah tadi siang.
“Nama gue Gabriel” Jawab
pria itu
“Senang berkenalan
denganmu gabriel” Ucap sivia sambil menyodorkan tangannya dengan tersenyum
“Iya vi, gue juga” Balas
Gabriel dengan tersenyum dan perasaan senang. Sehingga membuatnya salah tingkah
“Gue kesana dulu ya yel”
Ucap sivia yang sepertinya Gabriel tidak merespon ucapannya. Gabriel terlihat
seperti sedang melamun atau bengong kelihatannya. Sivia kemudian langsung
meninggalkan Gabriel dengan raut wajah heran. Sedangkan Gabriel ia masih
memegang tangannya. Mencoba untuk tidak melupakan dan merasakan sentuhan tangan
si gadis tersebut. Gejolak asmara itu sepertinya sedang hadir dan terus
menghantui Gabriel.
∞QuotesShivers∞
“Pangeran kecil gue lo
sekarang dimana sih? Elo tau nggak sih gue kangen sama lo” Ify seolah sedang
berbicara dengan sebuah foto yang sedang ia pandangi itu.
“Andai lo kagak pergi,
pasti sekarang kita masih bareng bareng, gue juga nggak kesepian kaya gini. Elo
kan pernah bilang ke gue kalo gue sendiri tinggal panggil elo sekarang malah
elo yang ninggalin gue sendiri. Trus gue gimana donk?” Ify masih tetap memandangi foto yang ada
dihadapannya itu. Sosok pria yang ada di
foto itu masih sangat membekas dihatinya. Bahkan bertahun tahun sudah ia tidak
bertemu dengan lelaki tersebut ify masih terus mengingatnya. Bahkan ify
sepertinya tidak bisa melupakannya. Ia kembali merangkul foto itu kedalam
dekapannya. Ia mencoba mengingat masa masa ketika ia bersama pangeran kecilnya
tersebut. Ia lihat kembali foto tersebut. Ada sedikit kesedihan ketika ify
melihatnya kembali. Yah Ify sangat merindukan sosok pangeran kecilnya yang selalu
menghiasi harinya dulu.
“Fy, lagi liatin siapa sih
lo” Ucap Cakka yang tiba tiba masuk ke kamarnya Ify. Ify heran dan kaget tiba
tiba cakka datang. Yah semenjak orang tua Ify dipindahkan tugas mereka semua
pindah ke Jakarta. Kota yang asing bagi Ify. Namun ia beruntung Ia betemu
dengan Alvin, Cakka serta Ray yang menjadi sahabat sekaligus sudah ia anggap
seperti keluarga. Mereka juga sering bersama dengan Ify bahkan mereka sering
menghibur satu sama lain. Mungkin inilah yang membuat salah satu alas an Ify
betah tinggal di Jakarta.
“Eh elo kka, gue lagi liat
foto pangeran kecil gue nih, yang dulu pernah gue certain ke kalian” Ucapnya
sambil menunjukkan foto tersebut pada Cakka
“Yaelah elo masih mikirin
dia mau sampai kapan Fy, Please Fy lo udah segede ini masih aja mikirin cinta
pertama lo yang gak jelas dimana dia sekarang itu, dianya aja belom tentu
mikirin lo juga”
Ify kemudian memandang
cakka, mungkin cakka benar, untuk apa dia masih memikirkan sosok pangeran
kecilnya itu yang entah dimana keberadaannya sekarang. Entah pangeran kecilnya
itu juga sekarang ikut merasakan getaran rindu pada dirinya atau tidak. Namun
apa daya hati tak bisa berbohong. Perasaan yang susah dimengerti seperti air sungai
perasaan ini juga terus mengalir.
∞QuotesShivers∞
Rio melepaskan dahaganya,
segelas air putih membuat tenggorokannya begitu segar kembali. Ia kemudian
mencoba mencari makanan didapur namun tak ada yang ia temukan. Ia pun mencari
Shilla, ia bermaksud menyuruh Shilla untuk memasakkan makanan untuknya karena
ia sudah kelelahan sepulang kerja tadi. Ternyata Shilla berada di halaman belakang
rumahnya tidak biasanya Rio melihat adikknya itu melamun sendirian dibelakang
rumah. Seperti ada sesuatu yang terjadi pada adiknya itu. Tampak raut wajah
kesedihan yang terlihat dari wajah shilla tersebut.
“Shill, lo ngapain disini”
“Eh kak Rio gue… guee..”
Jawab Shilla dengan gugup dan tertunduk seakan tidak mau melihat wajah sang
kakak tersebut.
“Elo kenapa” Ucap Rio
sambil menegakkan dagu Shilla yang membuat wajah Shilla menjadi terlihat.
Shilla hanya masih terdiam ia tidak tahu harus bagaimana ia menjelaskan kepada
Rio mengenai kejadian di Rumah Makan tadi siang.
“Elo habis nangis ya?
Siapa yang bikin lo nangis kaya gini? Biar gue yang kasih pelajaran tuh sama
mereka yang bikin elo kaya gini” Rio mengatakan itu dengan sedikit emosi.
“Enggak kak, aku nggak
kenapa napa kok” Ucap shilla menyela kakaknya sambil mencoba menahan air mata
yang hendak mengalir kembali
“Gak mungkin lo sampai
nangis gini kalo elo lagi nggak ada masalah, cerita donk Shill, kakak nggak mau
cuman kamu yang sedih, Kakak juga ingin kesedihan kamu itu juga kesedihan
kakak” Ujar Rio sambil menatap mata Shilla. Shilla yang tak kuasa menahan
airmatanya hanya bisa menangis dalam kesedihannya.
“Gu.. gu.. gu..e
di..pe..ca..t ka..k” Ucap Shilla terbata bata dengan pelan namun masih bisa
didengar oleh Rio
“Apa? Nggak mungkin elo
kan udah lama kerja disitu masa mereka tega mecat lo. Elo nggak bohong kan
shill? Haha” Rio tertawa pelan seakan dia mencoba untuk tidak percaya dengan
pernyataan yang shilla katakana barusan.
“Kak, gue nggak bohong.
Gue dipecat karena keteledoran gue kak, maafin gue kak” Tangis Shilla kembali membendung, Rio hanya
bisa memeluk Shilla ia mencoba menenangkan hati Shilla. Namun Rio juga ikut
terdiam ditengah keheningan malam tersebut.
“Kak,…”
“Iya”
“Kakak marah yah sama
shilla karena shilla dipecat”
Rio masih terdiam.
“Kakak kok nggak mau
jawab”
“Trus elo maunya gue jawab
apa”
“Tuh kan jawabannya gak
nyambung banget”
“Ya udahlah mau diapain
lagi. Ini udah terjadi. Yah kita gak usah terlarut dalam kesedihan terus”
“Tapi Shilla nggak mau
ngeliat beban kakak jadi bertambah. Shilla nggak mau kakak semua yang
memikirkan persoalan ekonomi kita”
“Ya udahlah Shill, biar
gimanapun kakak kan kakak kamu, kakak punya tanggung jawab juga. Kakak nggak
merasa terbebani kok” Ucapnya sambil menolehkan senyum diwajahnya
“Trus shilla sekarang harus
gimana kak?” Shilla kembali bersedih dipelukan Rio
“Mungkin masih ada
pekerjaan sampingan lain buat kamu yang membuatmu lebih nyaman, lo harus
semangat donk shill, jangan cengeng gini donk” Ucapnya sembari melepaskan
pelukannya itu dan mencoba menyemangati shilla. Shilla melihat kakaknya itu
begitu menyemangatinya ada perasaan mengganjal dihati Shilla, ia merasa
bersalah karena ia akan membuat kakaknya jauh lebih terbebani kembali. Namun ia
mencoba tegar kembali dihadapannya Rio . Ia tak boleh membuat Rio jauh lebih
khawatir melihat dirinya terus menerus bersedih. Seulas senyum pun keluar dari
bibir tersenyum. Shilla menatap kakaknya itu.
Rio pun membalas pandangan Shilla
tersebut dengan senyuman kasnya.
“Nah gitu donk, adek gue
nggak boleh sedih mulu, harus tetap semangat apapun yang terjadi gue akan terus
ada disamping loe kok shill, gue akan selalu ngedukung adik gue ini” Rio
kembali menyemangati Shilla
“Makasih ya kak elo memang
kakak gue yang terbaik deh” Ucap Shilla sembari mencubit pinggul Rio
“Awww.. apa apaan kok
dicubit sih?”
“Itu hadiah buat kakak
hahaha” Tawa Shilla. Rio pun membalas Rio dengan menyubitnya sehingga mereka
berdua seperti sedang bermain cubit mencubit. Malam itu biarpun ada kesedihan
tapi mereka tetap saling melepas tawa dan duka satu sama lain. Itulah mereka.
Walaupun mereka hanya berdua namun mereka mempunyai cara sendiri untuk membuat
satu sama lain merasa senang.
“Kak kakak janji nggak
akan berubah kan,walau gue dipecat”
“Loe kira gue itu
keturunan power ranger atau sejenisnya apa yang bisa berubah ubah gitu” Canda
Rio
“Ya elah malah bercanda
gak seru ih” Ujar shilla dengan cemberut
“Nggak ada yang berubah
kok Shill walaupun elo dipecat, elo boleh dipecat mereka. Tapi elo gak bakal
gue pecat jadi adik gue” Ujar Rio sambil mengacak Rambut Shilla
“Apaan sih kak,
gombalannya basi banget kaya bau telor yang udah gak kepake berbulan bulan”
Balas Shilla sambil memanyunkan bibirnya
“Kaya elo pernah makan
telor basi aja”
“Hahaha, kagak pernah kalo
ada juga udah gue kasih ke kakak kali”
“Trus gue yang makan gitu?
Ogah! Gakmauu~~” Ujar Rio seperti gaya anak
kecil
Shilla sangat tertawa
lepas melihat reaksi Rio. Kadang sifat Rio begitu dewasa saat member nasihat.
Kadang ia berusaha membuat kekonyolan yang membuat mereka saling tertawa.
“Ngomong ngomong soal
telor gue laper Shill, elo masak sana lo kagak liat apa perut gue udah ngadain
konser dari tadi”
“Hahaha iya kakakku sayang
ntar gue masakin telor special deh khusus buat kakak, oh iya kak mending elo
mandi deh”
“Loh kok elo tau gue belom
mandi emang keliatan? Perasaan gue mandi sama gak mandi tetap aja keliatan
cakep” Ujar Rio memuji diri sendiri sambil senyam senyum
“Idih pantes aja dari tadi
kaya ada bau amis, ternyata elo yah kak” Ucap Shilla sambil bercanda kemudian berlari
kedalam rumah
“Sialan, Gue dikatain bau
amis, Awas lo Shill” Ucap Rio sambil berlari menyusul Shilla kedalam rumah.
∞QuotesShivers∞
“Jadi gadis itu selama ini
bekerja sebagai pelayan?”
Semenjak kejadian yang
baru saja ia lihat tadi siang dirumah makan entah kenapa ia masih memikirkannya
secara terus menerus.Waktu tengah menunjukkan pukul sebelas malam. Ia pun
mencoba memejamkan matanya untuk tidur. Namun wajah itu entah kenapa masih
terbayang dipikirannya. Wajahnya yang sedang marah, sedih, tertawa entah kenapa
sering muncul dipikirannya. Mungkinkah itu suatu tanda baginya.
“Bodoh ngapain sih gue
merhatiin tuh cewek, peduli amat gue ke dia, kenal dekat juga engga” Ucapnya sambil mengacak ngacak rambutnya
sendiri dan kembali mencoba tidur. Mungkin hari besok akan jauh lebih baik
daripada hari ini dan hari hari kemarin.
BERSAMBUNG…
Kritik
dan saran boleh mention ke @Quotesshivers kok ;)
No comments:
Post a Comment