Tuesday, July 23, 2013

“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan - Part 4”


“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan”
Part 4
“Perasaan ini akan selalu buat elo, elo yang special dihati gue”
Gelisah, marah dan perasaan aneh lainnya mengelilingi Rio. Ia tak tahu lagi harus berbuat apalagi. Ia pergi ke taman dan mencari bangku kosong itu berpikir. Yah kepalanya terasa pusing atas kejadian yang ia alami hari ini. Belum lagi ia terlihat sangat menyesal atas perkataannya tadi. Ia tak tahu lagi apa yang akan dikatakannya saat kembali ke rumah, saat melihat muka shilla dan sebagaianya. Ia duduk termenung seorang diri.
“ Gue tahu ini emang egois tapi gue gak mau elo jadi bahan hinaan shill” Ujar Rio seolah berbicara pada bayangan shilla
∞QuotesShivers∞
-5 tahun lalu-
Siang itu saat sedang istirahat sekolah seorang gadis manis terlihat baru keluar dari ruang guru. Mukanya terlihat tertekuk, lemas dan tidak bersemangat.
“Liat tuh si anak miskin abis dimarahin pasti itu”
“Heh anak miskin ngapain sih elo masih sekolah harusnya elo itu gak usah sekolah”
“ sekolah kan emang gak cocok bagi orang miskin kaya elo”
“Harusnya kan elo cari duit sana”
“Liat tuh kakak adek yang miskin”
“Sekolah kagak mau nampung anak miskin kaya kalian”
“Harusnya kalian berdua dikeluarkan dari sini, bayar spp aja selalu nunggak”
“Hahaha anak miskin..”
“Anak miskin..”
Begitulah yang terdengar setiap kali istirahat. Mereka yang melihat Shilla ataupun Rio selalu mengatakan hal itu. Diluar sekolah pun ketika mereka berjumpa mereka seolah tidak mengenal Rio dan Shilla. Mereka selalu menganggap Rio dan Shilla adalah sampah. Yang tidak pantas untuk diterima bersekolah disekolah yang cukup lumayan favorite itu.
“Udah cukup kalian menghina kita! Sekarang kalian pergi dari sini” Ujar Rio sambil membentak murid murid yang sedang menghina Shilla itu. Shilla yang melihat itu hanya tersenyum melihatnya.
“Ngapain sih kak kaya gitu aja diladenin mending sekarang kita pulang deh” Ujar Shilla sambil merangkul tangan Rio
“Pulang?”
“Iya kak, lihat ini…” Ujar Shilla sambil menyerahkan sepucuk surat yang baru ia dapatkan dari ruang guru itu.
“Shill, gue akan coba ngomong ke guru lagi” Ucap Rio sambil bergegas menuju kantor guru itu.
“Udah ah kak ga usah, mending sekarang kita pulang shilla capek kak, shilla pengin istirahat dirumah” Ujar shilla setengah memohon
“Baiklah”
Kemudian mereka pulang kerumah. Semenjak itu mereka tidak pernah lagi kembali ke sekolah itu. Yah mereka dikeluarkan. Tidak sanggup membayar biaya sekolah. Uang tabungan Rio sudah tidak cukup untuk melanjutkan sekolah ditempat elite seperti itu.  Mereka kemudian pindah ke sebuah sekolah yang cukup sederhana. Dari sekolah baru itulah mereka bertemu sivia. Anak dari kepala sekolah baru mereka yang ternyata dulu bersekolah di sekolah elite tempat mereka dulu sekolah. Ia keluar juga karena ia tak tahan melihat perlakuan anak anak yang sering membully ia. Bukan karena sivia miskin tapi karena sesuatu hal.
∞QuotesShivers∞
“Biar bagaimanapun juga Shilla itu adik lo dan elo itu kakanya, kalian jangan bertengkar karena hal ini donk” Tiba tiba terdengar suara lembut seorang gadis
“Nih gue bawa roti sama minuman botol, gue tahu kok elo pasti belom makan kan? Elo seharian mencari pekerjaan kan?” Ujar gadis itu kembali dengan tersenyum simpul.
Rio hanya memandanginya. Dan menerima Roti yang diberikan gadis itu. Sebenernya dia enggan menerimanya tapi perutnya sudah tidak bisa diajak berkompromi kembali. Ia langsung memakan roti itu dengan lahap. Sedangkan gadis itu hanya bisa tersenyum melihat tingkah cowok yang disukainya dari dulu itu.
“Thanks vi, berkat roti ini gue kenyang” Ujar Rio
“Iya sama sama” Ujar sivia sambil membersihkan sisa roti yang menempel didekat bibir rio. Kemudian Rio mengelak tangan sivia.
“Kenapa lo kesini?” Tanya Rio pada sivia
“Gue tahu elo kesini makanya gue juga kesini” Sivia kembali lagi tersenyum pada Rio. Dan kali ini Rio pun merasa luluh dengan senyuman manis sivia itu.
“Gimana dengan Shilla? “ tanya Rio langsung
“Yah Shilla tetap ngotot pengen masuk disitu, besok kita akan mendaftar bersama, gue harap kali ini lo biarkan shilla memilih pilihannya” Ujar sivia sambil melihat kebawah
“Gue tahu mungkin elo gak suka, tapi elo tahu shilla itu gadis yang tegar ia pasti bisa melewati semua ini,gue yakin kok dia pasti bisa. Plis. Rio .”
“Mungkin gue bukanlah seorang figure kakak yang baik. Gue masih belom bisa membahagiakan shilla. Atau mungkin gue… telah gagal menjadi seorang kakak” Ucap Rio dengan terpatah patah
“Enggak, Lo itu kakak yang luar biasa. Mungkin jika gue yang menjadi shilla gue akan sangat bangga punya kakak kaya elo”
“Sayangnya elo bukan Shilla, dan gak ada yang bisa seperti Shilla, Shilla itu hanya satu. Shilla adik gue”
Sivia diam Rio juga ikut terdiam. Ia memandang langit. Kala itu langit sedang dihiasi oleh bintang. Banyak bintang yang bertaburan di langit. Namun hanya ada satu bintang yang menjadi perhatian Rio saat itu.
“Bintang yang bersinar itu ibarat Shilla, ia sudah memberikan sinar di hidup gue dan gue gak mau ngerusak sinarnya. Gue akan tetap berusaha mempertahankan sinarnya apapun caranya” Ujar Rio sambil melihat bintang itu.
“Dan jika gue diibaratkan sebagai teman bintang itu, gue juga gak pengin ngelihat terang di bintang itu pudar karena ia tertutup oleh sinar bintang yang lain” Sivia mengatakan hal itu sambil memandang bintang itu juga.
Rio memandang Sivia. Rio tersadar selama ini ia sering menyakiti hati sivia namun sivia terus menemaninya. Bahkan selalu ada disamping Rio dan selalu menyemangati Rio sama seperti Shilla. Namun rasa sayang sivia ke rio itu berbeda sangatlah berbeda dengan shilla. Sayangnya Rio masih belum peka akan hal itu. Hal itulah yang membuat sivia selalu merasa canggung saat berhadapan dengan Rio.
“Elo mau janji kan bakal jagain adik gue juga” Ucapan Rio membuat Sivia terkejut. Namun Sivia tersenyum dan mengangguk. Kemudian ia bersender di pundak Rio. Sedangkan Rio masih terus memandang bintang itu. Sepertinya ia tak sadar jika sivia menyandarkan kepalanya ke pundaknya.
“Rio, aku… “
“Apa vi?”
“Aku…”
“Aku apa?”
“Aku…”
“Vi, udah dulu yah gue mau balik kerumah. Udah jam segini lagian kan gak enak elo sama gue berduaan ditempat sepi kaya gini entar kita dikira macem macem lagi, lagian gue pengen ngomong soal ini ke Shilla, makasih ya atas saran loe tadi” Ucap Rio sembari berdiri dari kursi yang membuat sivia kaget. Kemudian ia meninggalkan sivia yang belom selesai meneruskan perkataannya tadi.
Sivia terus melihat punggung Rio dari kejauhan.Perlahan lahan punggung itu sudah tak terlihat. Air mata terlihat mengalir begitu saja dari bola mata sivia. Sivia pun termenung sendiri dibangku taman masih dengan diliputi perasaan sedih.
“Mungkin sekarang bukan saatnya gue menyatakan hal ini, namun gue akan tetap menyimpan perasaan ini hanya buat elo seorang yo..”
BERSAMBUNG…
Kritik dan saran boleh mention ke @Quotesshivers kok ;)



No comments:

Post a Comment