“Antara Cinta, Materi dan Pengorbanan”
“Perasaan ini akan selalu buat elo, elo yang
special dihati gue”
Gelisah,
marah dan perasaan aneh lainnya mengelilingi Rio. Ia tak tahu lagi harus
berbuat apalagi. Ia pergi ke taman dan mencari bangku kosong itu berpikir. Yah
kepalanya terasa pusing atas kejadian yang ia alami hari ini. Belum lagi ia
terlihat sangat menyesal atas perkataannya tadi. Ia tak tahu lagi apa yang akan
dikatakannya saat kembali ke rumah, saat melihat muka shilla dan sebagaianya.
Ia duduk termenung seorang diri.
“
Gue tahu ini emang egois tapi gue gak mau elo jadi bahan hinaan shill” Ujar Rio
seolah berbicara pada bayangan shilla
∞QuotesShivers∞
-5 tahun lalu-
Siang itu saat sedang istirahat sekolah
seorang gadis manis terlihat baru keluar dari ruang guru. Mukanya terlihat
tertekuk, lemas dan tidak bersemangat.
“Liat tuh si anak miskin abis dimarahin pasti
itu”
“Heh anak miskin ngapain sih elo masih
sekolah harusnya elo itu gak usah sekolah”
“ sekolah kan emang gak cocok bagi orang miskin
kaya elo”
“Harusnya kan elo cari duit sana”
“Liat tuh kakak adek yang miskin”
“Sekolah kagak mau nampung anak miskin kaya
kalian”
“Harusnya kalian berdua dikeluarkan dari
sini, bayar spp aja selalu nunggak”
“Hahaha anak miskin..”
Begitulah yang terdengar setiap kali
istirahat. Mereka yang melihat Shilla ataupun Rio selalu mengatakan hal itu.
Diluar sekolah pun ketika mereka berjumpa mereka seolah tidak mengenal Rio dan
Shilla. Mereka selalu menganggap Rio dan Shilla adalah sampah. Yang tidak
pantas untuk diterima bersekolah disekolah yang cukup lumayan favorite itu.
“Udah cukup kalian menghina kita! Sekarang
kalian pergi dari sini” Ujar Rio sambil membentak murid murid yang sedang
menghina Shilla itu. Shilla yang melihat itu hanya tersenyum melihatnya.
“Ngapain sih kak kaya gitu aja diladenin
mending sekarang kita pulang deh” Ujar Shilla sambil merangkul tangan Rio
“Pulang?”
“Iya kak, lihat ini…” Ujar Shilla sambil
menyerahkan sepucuk surat yang baru ia dapatkan dari ruang guru itu.
“Shill, gue akan coba ngomong ke guru lagi”
Ucap Rio sambil bergegas menuju kantor guru itu.
“Udah ah kak ga usah, mending sekarang kita
pulang shilla capek kak, shilla pengin istirahat dirumah” Ujar shilla setengah
memohon
“Baiklah”
Kemudian mereka pulang kerumah. Semenjak itu
mereka tidak pernah lagi kembali ke sekolah itu. Yah mereka dikeluarkan. Tidak
sanggup membayar biaya sekolah. Uang tabungan Rio sudah tidak cukup untuk
melanjutkan sekolah ditempat elite seperti itu.
Mereka kemudian pindah ke sebuah sekolah yang cukup sederhana. Dari
sekolah baru itulah mereka bertemu sivia. Anak dari kepala sekolah baru mereka
yang ternyata dulu bersekolah di sekolah elite tempat mereka dulu sekolah. Ia
keluar juga karena ia tak tahan melihat perlakuan anak anak yang sering
membully ia. Bukan karena sivia miskin tapi karena sesuatu hal.
∞QuotesShivers∞
“Biar
bagaimanapun juga Shilla itu adik lo dan elo itu kakanya, kalian jangan
bertengkar karena hal ini donk” Tiba tiba terdengar suara lembut seorang gadis
“Nih
gue bawa roti sama minuman botol, gue tahu kok elo pasti belom makan kan? Elo
seharian mencari pekerjaan kan?” Ujar gadis itu kembali dengan tersenyum
simpul.
Rio
hanya memandanginya. Dan menerima Roti yang diberikan gadis itu. Sebenernya dia
enggan menerimanya tapi perutnya sudah tidak bisa diajak berkompromi kembali.
Ia langsung memakan roti itu dengan lahap. Sedangkan gadis itu hanya bisa
tersenyum melihat tingkah cowok yang disukainya dari dulu itu.
“Thanks
vi, berkat roti ini gue kenyang” Ujar Rio
“Iya
sama sama” Ujar sivia sambil membersihkan sisa roti yang menempel didekat bibir
rio. Kemudian Rio mengelak tangan sivia.
“Kenapa
lo kesini?” Tanya Rio pada sivia
“Gue
tahu elo kesini makanya gue juga kesini” Sivia kembali lagi tersenyum pada Rio.
Dan kali ini Rio pun merasa luluh dengan senyuman manis sivia itu.
“Gimana
dengan Shilla? “ tanya Rio langsung
“Yah
Shilla tetap ngotot pengen masuk disitu, besok kita akan mendaftar bersama, gue
harap kali ini lo biarkan shilla memilih pilihannya” Ujar sivia sambil melihat
kebawah
“Gue
tahu mungkin elo gak suka, tapi elo tahu shilla itu gadis yang tegar ia pasti
bisa melewati semua ini,gue yakin kok dia pasti bisa. Plis. Rio .”
“Mungkin
gue bukanlah seorang figure kakak yang baik. Gue masih belom bisa membahagiakan
shilla. Atau mungkin gue… telah gagal menjadi seorang kakak” Ucap Rio dengan
terpatah patah
“Enggak,
Lo itu kakak yang luar biasa. Mungkin jika gue yang menjadi shilla gue akan
sangat bangga punya kakak kaya elo”
“Sayangnya
elo bukan Shilla, dan gak ada yang bisa seperti Shilla, Shilla itu hanya satu.
Shilla adik gue”
Sivia
diam Rio juga ikut terdiam. Ia memandang langit. Kala itu langit sedang dihiasi
oleh bintang. Banyak bintang yang bertaburan di langit. Namun hanya ada satu
bintang yang menjadi perhatian Rio saat itu.
“Bintang
yang bersinar itu ibarat Shilla, ia sudah memberikan sinar di hidup gue dan gue
gak mau ngerusak sinarnya. Gue akan tetap berusaha mempertahankan sinarnya
apapun caranya” Ujar Rio sambil melihat bintang itu.
“Dan
jika gue diibaratkan sebagai teman bintang itu, gue juga gak pengin ngelihat
terang di bintang itu pudar karena ia tertutup oleh sinar bintang yang lain”
Sivia mengatakan hal itu sambil memandang bintang itu juga.
Rio
memandang Sivia. Rio tersadar selama ini ia sering menyakiti hati sivia namun
sivia terus menemaninya. Bahkan selalu ada disamping Rio dan selalu
menyemangati Rio sama seperti Shilla. Namun rasa sayang sivia ke rio itu
berbeda sangatlah berbeda dengan shilla. Sayangnya Rio masih belum peka akan hal
itu. Hal itulah yang membuat sivia selalu merasa canggung saat berhadapan
dengan Rio.
“Elo
mau janji kan bakal jagain adik gue juga” Ucapan Rio membuat Sivia terkejut.
Namun Sivia tersenyum dan mengangguk. Kemudian ia bersender di pundak Rio.
Sedangkan Rio masih terus memandang bintang itu. Sepertinya ia tak sadar jika
sivia menyandarkan kepalanya ke pundaknya.
“Rio,
aku… “
“Apa
vi?”
“Aku…”
“Aku
apa?”
“Aku…”
“Vi,
udah dulu yah gue mau balik kerumah. Udah jam segini lagian kan gak enak elo
sama gue berduaan ditempat sepi kaya gini entar kita dikira macem macem lagi,
lagian gue pengen ngomong soal ini ke Shilla, makasih ya atas saran loe tadi”
Ucap Rio sembari berdiri dari kursi yang membuat sivia kaget. Kemudian ia meninggalkan
sivia yang belom selesai meneruskan perkataannya tadi.
Sivia
terus melihat punggung Rio dari kejauhan.Perlahan lahan punggung itu sudah tak
terlihat. Air mata terlihat mengalir begitu saja dari bola mata sivia. Sivia
pun termenung sendiri dibangku taman masih dengan diliputi perasaan sedih.
“Mungkin
sekarang bukan saatnya gue menyatakan hal ini, namun gue akan tetap menyimpan
perasaan ini hanya buat elo seorang yo..”
BERSAMBUNG…
Kritik dan saran boleh mention ke
@Quotesshivers kok ;)
No comments:
Post a Comment